Sepenggal Doa Buat Seno
Kutatap gundukan tanah merah di depanku. Masih basah. Airmataku jatuh satu persatu, lalu mengalir dengan derasnya ketika kutaburi bunga diatas pusaranya. Sungguh hati ini paham dan mengerti akan takdirNya. Aku berusaha rela dia pergi, aku juga berusaha ridha ketika yang maha kuasa memanggilnya…tapi entah kenapa, airmataku terus membuncah dan tak bisa kuhentikan.
Mungkin lu skarang udah ketemu sama Allah ya? Yang tenang ya robot, gue darisini request ke Allah, supaya elo dikasih tempat yang mulia disisi Allah, bersama para shalihin. Tempat yang enak, yang nggak bikin lu cape kaya disini. Disana nggak ada yang namanya macet, nggak ada polusi, dan yang pasti, nggak panas kayak di Jakarta…
ORION 04
“Gue Arif Senoaji. Biasa dipanggil Seno.”
Beberapa minggu perkenalan kami, kuketahui Seno adalah sosok yang sangat bersahaja. Dia sederhana, meskipun berasal dari keluarga yang mampu. Seno juga tidak banyak bicara, malah dapat digolongkan sebagai orang-orang non verbal. Antisosial, Introvert. Dia tidak bisa leluasa bicara kepada orang lain. Namun anehnya, di depanku dia bisa mengungkapkan isi hatinya. Kami berdua bisa ngobrol selama berjam-jam. Obrolan yang tak pernah ada habisnya. Kalau saja tidak ingat besok mau kuliah, atau banyak tugas yang belum dikerjakan, bisa-bisa aku dan Seno ngobrol sampai pagi.
Seno menatap layar komputerku dengan serius. Sejenak kulihat dia berpikir, lalu meneruskan makannya.
Enam bulan kemudian, Seno mengajakku ke tempat kostnya. Dia menyalakan computer kesayangannya, lalu menyuruhku duduk di depan computer itu.
Di layar tertulis, “Gue suka banget sama Nicholas Saputra…” dan seterusnya ocehanku yang tidak bermakna.
Ketika aku melongo karena takjub, Seno tersenyum lebar. Terlihat sekali kalau dia puas. Seminggu kemudian, Seno masuk televisi mempresentasikan hasil penelitiannya. Dia dapat penghargaan dari Menristek saat itu.
Januari 2006
Sedikit cerita tentang Roni. Aku menyebutnya Roni aneh karena dia memang aneh. Waktu itu aku sedang berada di kamar Seno, karena ada beberapa cd software yang hendak kupinjam. Yang punya kamar sedang asyik mandi. Nah, tiba-tiba si Roni ini masuk ke kamar, dan langsung loncat-loncat nggak jelas di kasur Seno. Kayaknya sih dia nyanyi, tapi….sumpah, aku belum pernah berhadapan dengan mahasiswa sejorok itu. Liriknya…Seno…kita pacaran yuukk…
Anehnya, Putri lebih akrab ngobrol denganku daripada dengan Seno. Dan Seno pun seperti makhluk asing di depan Putri. Ampun deh nih bocah…masih untunggg…si Putri mau sama dia. Bukannya diubah kek sikap robotnya. Malah menyerahkan kepadaku.
Putri tersenyum sumringah menatapku. Dimatanya kutangkap ada pancaran kelegaan hati. Sejak saat itu, kuanggap Putri seperti adikku sendiri.
Pendaftaran Wisuda
Saat itu juga aku langsung mencari Seno kemana-mana. Pertama ke laboratorium jurusannya, tidak ada. Ke tempat kosnya, tidak ada. Ke tempat nongkrongnya, tidak ada. Ke kosan teman-teman dekatnya, tidak ada juga. Akhirnya, karena sudah lelah mencari aku berjalan dengan lunglai ke tempat kosku. MasyaAllah…Seno…setiap gue susah elo selalu ada disamping gue. Bantuin gue, hibur gue….tapi giliran elo yang susah, elo malah pergi. Kenapa sih Seno?
“Pegel gue keliling Ciwaruga seharian!” sungutku. Putri tertawa mendengarnya.
“Mbak…Aa kemana yaa? Kok Putri hubungin ngga diangkat-angkat…” Suara Putri terdengar memelas di seberang sana.
“Sialan lo…ya udah. Waalaikumsalam warahmatullah.”
Tidak hanya waktu senggang saja yang kumanfaatkan untuk berbagi cerita dengan Seno. Setiap aku dalam perjalanan ke kantor, ke bandara, ke kampus, atau ke mall, aku pasti chatting dengan sahabatku yang satu itu. Lha wong dia itu kalong. Jam berapapun, pasti online. Kami bercerita tentang banyak hal, tentang cita-cita, harapan, dan masa depan kami.
Dalam hati aku berpikir…orang tua lu sudah cukup bangga dengan memiliki anak berbudi kayak elu Seno. Aku yakin, mereka tidak butuh apa-apa. Seno juga anak yang membanggakan kok. Meskipun IPK nya Wiro Sableng, tapi otaknya tidak sedangkal itu. Di kantornya, Seno termasuk staf andalan. Dan satu yang Seno tidak tahu. Dosen pembimbing yang dulu enggan mengaprove tugas akhirnya, sekarang malah begitu bangga pernah punya mahasiswa bimbingan seperti Seno. Penelitian Seno disimposiumkan dimana-mana. Namanya mewarnai dunia informatika di Indonesia. Hanya saja, Seno yang terlanjur merasa produknya gagal, tidak mau turut serta dalam pengembangannya.
“Seno…sekarang kan lu udah kerja. Posisi udah mapan, duit banyak, Putri juga udah lulus. Tunggu apa lagi? Lu lamar lah si Putri.” Celetukku suatu waktu.
Iya Seno…gue percaya sama kata-kata lu. Seumur hidup, gue nggak akan pernah bisa lupa sama lu. Nggak akan pernah. Karena lu selalu ada di hati gue.
Lagi-lagi Putri meneleponku soal Seno. Beberapa minggu ini dia diacuhkan oleh sahabatku yang edan itu. Aduhh Seno…kenapa sih elo bersikap gini sama gadis sebaik dan setulus Putri?? Kenapa…dan kenapa pula…elo berubah akhir-akhir ini?
“MasyaAllah Put…aku kenal banget sama Seno. Dia nggak bakalan melakukan itu ke Putri. Sungguh…” kataku berusaha meyakinkan Putri. Betapapun, masih terngiang dengan jelas kata-kata Seno dulu…
Buat gue, jatuh cinta dan mencintai seorang gadis itu hanya sekali Rin. Kalau cinta udah gue kasih ke Putri, InsyaAllah…sampai mati ya cuma Putri.
Putri sudah menangis di seberang sana. Ya Allah…sungguh aku tidak tega mendengar adikku menangis. Aku yakin…ada sesuatu di balik ini. Tapi apa…hanya Allah dan Seno yang tahu.
Kukonfirmasi ke Seno…tapi dia hanya terdiam saat kutelepon. Oh salah. Dia yang meneleponku karena berkali-kali aku meneleponnya, handphonenya mailbox.
Malam itu….10 Agustus 2010, selepas maghrib aku menerima sms dari Putri. Sms yang berisikan kalau Seno sudah meninggal. Aku mendengus. Dasar Seno kurang kerjaan. Nggak bosan-bosannya dia meledekku seperti ini. Mmm..ini hari Selasa. Lusa sudah puasa. Orang-orang mengirimkan sms permohonan maaf, ehhh ini malah bikin lelucon. Pake acara meninggal segala. Nyuruh Putri lagi. Entah apalagi keisengannya besok. Kayaknya smsnya ganti deh. Bangkit dari liang kubur?
Bodo amat ah. Kuacuhkan sms itu, lalu kulanjutkan pekerjaanku. Aku memang sedang dikejar deadline sebelum puasa. Aku ingin cepat-cepat menyelesaikannya karena hari ketiga bulan Ramadhan ini, Bang Raka kembali ke Indonesia. Aku ingin menjemputnya di Bandara tanpa terbebani dengan rutinitas kantor.
Malamnya….aku baru selesai bekerja jam 1 malam. Ufff…ngantuk sekali rasanya. Setelah shalat tahajud, aku bersiap tidur. Terpikir lagi sms dari Putri tadi. Aku bales apa yaa?? Tanganku sudah gatal ingin membalas kejahilan Seno. Ah tapi besok aja deh. Kan masih banyak waktu.
Tapi Seno hanya membalasnya dengan senyum, dan (lagi-lagi) dengan isyarat menyuruhku untuk tetap tinggal ditempat.
Seno ngapain sih? Kok pake acara pergi segala. Mana aku ditinggalin lagi. Jahat banget…aduh…ulu hatiku tiba-tiba nyerii sekali. Astaghfirullah…sakittt…ini pasti karena semalam aku minum kopi.
Dua hari kemudian….Kutelepon Seno. Tidak aktif. Kunyalakan yahoo messengerku. Seno tidak online..aduh…Seno kemana sih? Kan ini udah masuk bulan puasa…masa dia nggak minta maaf ke aku? Biasanya kan kita maaf-maafan, ngucapin met puasa, janjian buka bersama. Tapi ini kok ngga ada yaa?? Jangan-jangan…Ulu hatiku kembali nyeri.
aku hanya bisa tertegun, mencerna kata-kata Putri. Hingga akhirnya aku bisa kembali ke dunia nyata.
Aku hampir melupakan, kalau aku bersikap seperti ini, Putri akan makin terguncang.
Tapi aku juga tidak bisa terima kalau tiba-tiba sahabatku pergi. Ini nggak mungkin…baru kemarin dia ngobrol denganku…
Sungguh aku tidak menyangka….itulah kenangan terakhirku bersama Seno. Dua hari sebelum kepergiannya…
Tapi teringat mimpi itu…
di malam kepergiannya.
Apakah itu bentuk pamitnya padaku?
Innalillahi wa inna ilaihi rajiun…
Amin Put…
Ya Allah, di bulan Ramadhan ini aku kehilangan sahabatku. Sahabat yang paling kusayangi. Sahabat yang paling dekat dan mengerti aku. Engkau mengambilnya dariku Ya Allah…engkau mengambilnya…
Kerana takdir yang Maha Esa telah menetapkan
Sedih rasanya hati ini bila mengenangkan
Kau sahabatku kau teman sejatiTulus ikhlasmu luhur budimu bagai tiada pengganti
Senyum tawamu juga katamu menghiburkan kami
Memori indah kita bersama terus bersemadi
Kau sahabatku kau teman sejatiSudah ditakdirkan kau pergi dulu
Di saat kau masih diperlukan
Tuhan lebih menyayangi dirimu
Ku pasrah diatas kehendak yang Esa
Ya Allah,tempatkannya di tempat yang mulia
Tempat yang kau janjikan nikmat untuk hamba Mu
Sahabatku akan ku teruskan perjuangan ini
Walau ku tahu kau tiada di sisi
Perjuangan kita masih jauh beribu batu
Selagi roh masih di jasad hidup diteruskan
Sedih rasa hati ini mengenangkan dikau
Bagai semalam kau bersama kami
Moga amanlah dan bahagia dikau di sana
Setangkai doa juga Fatehah terus kukirimkan
Moga di sana kau bersama para solehin
Ku sahabatku kau teman sejati
Add comment