Jogja with my beloved friends

Sebenernya udah lama banget bercita-cita pingin ke Jogja bareng temen-temen geng-ku ini. Dari mulai jaman kuliah, sampai kita berempat kerja, baru kesampaian di tahun 2011. Kesibukan yang bikin kami berempat sussaaaaaaahhh banget ketemu. Paling saling bertukar kabar via sms, ym, email, telpon, di sela-sela kesibukan kami. Dann….layaknya doa yang delay dikabulkan, akhirnyaa…pada akhir tahun 2011 kami berempat memutuskan : Kabur ke Jogja hanya dengan rencana mendadak. Karena biasanya, rencana matang hanyalah tinggal rencana. Realisasinya…nol.
Berhubung aku ditugaskan ke Jogja di Jumat 30 Oktober 2011, kuhubungi Rita, Tiya, dan Bhekti, kemudian dengan semangat empat lima kuajak mereka ke Jogja. Dan gayungpun bersambut. Bhekti tidak ada agenda pada tanggal 1-2 Oktober. Rita juga libur kuliah (Miss yang satu ini mengambil kelas karyawan dengan kuliah di akhir minggu). Tapi…masalah muncul. Tiya, kebingungan. Karena dia ada UTS. Dengan bujuk rayu kami bertiga, dan mengatakan bahwa…Hallo…Tiya…UTS adalah Ujian Tidak Serius, kamu kan bisa ikut susulan. Dosenmu ada terus tiap minggunya, sedangkan kami, belum tentu available di waktu lain. Come on…
Tiya…dengan berat hati setengah pengen…akhirnya menurut. Deal!!!
Aku yang harus menunaikan tugas di Jogja berangkat lebih dulu by GA CGK-JOG-CGK dengan harga tiket Rp. 3.188.000. membuatku mengelus dada. Jauuuuh lebih mahal dibandingkan harga biasa. Katanya sih peak season, dan aku belinya mendadak. Sedangkan Rita, Tiya, dan Bhekti berencana menyusulku dengan bus malam. Tiya mengabariku, mereka sudah dapat tiket Bandung – Jogja @Rp. 90.000 by Bandung Express. Harga tsb udah termasuk ppn dan asuransi (apaan siiihh??)
Namun masalah lain timbul. Begitu mendarat, semua hotel di Jogja….Full!!!
Tapi dasar niat yang sudah diridhai Allah SWT, akhirnya selesai bertugas, aku dibantu oleh Pak Juwarman (Rekan kerja sekaligus seniorku dari Jakarta) dapet juga hotel. (makasih pak Ju…:))
Dan malam itu aku menginap di Hotel Abadi (Katanya dulunya Hotel Mendut. Setelah direnovasi, hotel tersebut berganti nama menjadi Hotel Abadi). Lokasinya di seberang Stasiun Tugu, dan dekat Sarkem (Pasar Kembang). Ow ow….agak geli deh denger lokasinya…
Tapi begitu sampai di hotel, ternyata bagus kok. Hotel Bintang 4 dengan fasilitas yang lumayan lengkap. Lobbynya dan restonya cukup keren. Meskipun jika dibandingkan dengan Hotel Santika, Quality, atau Inna Garuda, tempat biasa aku menginap, hotel ini masih kalah bagus.
Ratenya juga lumayan mahal. Dengan publish rate Rp. 675.000, tapi aku dapat potongan corporate jadi cukup bayar Rp. 350.000 saja per malamnya. Dan extra bed seharga Rp. 175.000/bed. But Anywaay….aku dapet kamar yang gedhe bangettt… sampe aku ngrasa serem sendirian di kamar. ranjangnya king size yang muat 4 orang. Fasilitasnya AC, ruang tamu, ruang rias, kamar mandi, lemari besar, dan televisi 24 inch. Sayangnya, meja rias, sofa, dan lemarinya agak kuno. Mungkin karena hotel ini dulunya adalah hotel mendut, yang sudah lama sekali.
Baru saja duduk di ranjang, leyeh-leyeh karena kecapekan pasca bertugas, Bhekti meneleponku sambil marah-marah. “Teteehh…please deh…temen-temen teteh pada belom dateng doongg…aku nungguin sendirian di terminal Cicaheum…”
“Whaattt???”
“Iya. Mana aku udah diomel-omelin nih sama supir bisnya…”
“Ya ampunn..kamu naik duluan aja bhek, nanti tiya sama Rita suruh tunggu dimana gitu…”
“Haloo teteh…kan tiketnya ada di teh Tiya…mana aku bisa naik tanpa tiket cobaaa??? Huaaa…”
Aku hanya bisa garuk-garuk kepala mendengar jeritan Bhekti. Kucoba menelepon Rita dan Tiya, dan ternyata….Mereka masih di dalam taksi menuju terminal Cicaheum.
“Lokasi dimana?” tanyaku pada Tiya.
“Mmmm…di Gatsoe.”
“OMG Tiya..itu si Bhekti udah diomelin supir bis.”
“Hahh??? Duh gimana ini…maceeett…” Rintih Tiya kebingungan.
“Turun, naik ojek ajah.”
“OH gitu yahhh…okeh…”
Eng ing eeeeengg….entah bagaimana caranya, mereka bisa bertemu di terminal Cicaheum, meskipun (kata Bhekti) mereka dikasih tampang jutek sama supir dan kenek bis. Sementara aku, bisa menghela nafas lega di Jogja. Paling tidak mereka sudah aman di dalam bis menuju Jogja.
Sehingga kutelepon sohibku dari jaman SMA. Daniel, untuk menjemputku, dan jalan-jalan keliling Jogja. Rencananya sih mau cari kue tart, buat merayakan ulang tahun Rita. Tapinya…di Jogja susah banget cari bakery or semacamnya lah. Aku udah muter-muter kawasan malioboro, wijilan, keraton, stasiun tugu, sampai ke jalan yang aku nggak ngerti namanya (Thanks Daniel, udah sabar banget nganterin aku nyari-nyari kue tart) – Nggak dapet juga. Dan inilah tampilan setelah muter-muter area Wijilan dan keraton.

Duh…gimana yah, pasti aku diomelin nih sama si Tiya dan Bhekti. Akhirnya aku ke restaurant hotel, dan memesan cake pada kepala resto. Dan apa jawabannya??? “Mbak, kami nggak menjual tart.”
“Kalau gitu saya minta dibuatkan aja Pak.”
“Waduh mbak, koki kami nggak bisa mbuat tart eh…paling hidangan utama saja.”
Aku menepuk jidat. “Puding dan semacamnya?”
Dia menggeleng. “Paling semacam kue jajanan pasar, mbak.”
Haaaaahh…tambah pening aku. “Adanya dimana? Yang jual kue ulang tahun.”
“Disini jarang mbak, ada, tapi jauh.”
“Dimana ya pak?”
“Daerah Bantul.”
Huaaaa…paraaah…jauh bangettt….disini yang banyak jual bakpia, bukan kue tart, brownies, atau semacamnya seperti di Bandung. Kalau di Bandung, segala kue ada. Di setiap tikungan ada. Bahkan, banyak mobil yang menjajakan kue tart, brownies, bolen pisang, yang mudah sekali ditemui di jajaran jalan Dago, RE. Martadinata, Cihampelas, dll.
Akhirnya…malam ini aku tertidur tanpa kue di kamarku. Sorry Rita, kejutan buatmu gagal.
Jogjakarta – Days 2
Jam lima pagi, aku dibangunkan oleh SMS dari Tiya.
“Rumpi…udah shalat shubuh belum?”
Segera kubalas. “Baru bangun. Udah nyampe mana Tiya?”
“Semarang.”
Aku mengerutkan keningku. Haaahh Semarang? Kok bisa sih? Itu berarti mereka mengambil Rute memutar. Padahal seharusnya, jam lima pagi mereka sudah bisa sampai di Jogja.
07.00.
Aku sarapan dengan handphone di tanganku. Rita sms, masih di Magelang. Ya ampun…beneran piknik tuh anak-anak.
09.00
Pintu kamarku diketuk, daaaann…
“Haaaaaaiiii akhirnya kami sampe jugaaaaaaaaaaaaaaaa…..”
Alhamdulillah… mereka nyampe juga dengan selamat sentausa 😀
Segera mereka bertiga bergantian mandi. Bhekti beres lebih dulu, sehingga kami berdua keluar hotel membeli tiket pulang. Bhekti ke stasiun Tugu, sedangkan aku ke counter Garuda Indonesia yang bertempat di Hotel Inna Garuda, Malioboro. Tujuanku adalah, memundurkan waktu kepulangan dari yang semula Minggu jam 08.00, menjadi Minggu jam 17.00. tapi ternyata, jam keberangkatan tersebut sudah full. Yang kosong hanya tinggal jam 11.00. yah…nggak apa-apa deh, daripada yang jam 08.00.
Bhekti dkk dapat tiket kereta api Mutiara Selatan jam 22.00, dengan harga @Rp. 140.000. lumayan mahal kalau dibandingkan dengan harga tiket bis yang hanya @Rp. 90.000.

bersambung….

1 comment

  • […] Sabtu, 15 Agustus 2015, Karena selalu ada alasan, untuk kembali ke Yogyakarta “Mau kemana kita hari ini?” Tanya Graf pagi itu. “Tamansari!” Jawab kami serentak. Maka pada jam 09.00 WIB, Saya, Dian, Grafitte dan Husni memulai hari dengan berkendara motor menuju Stadion Mandala Krida. Grafitti, Sahabat baru yang memberikan kami tumpangan untuk menginap di malam sebelumnya, pagi ini menjadi guide kami. Gadis berperawakan tinggi langsing dan mengenakan jilbab itu terampil sekali mengendarai motor dan meliuk-liuk di jalanan Yogyakarta. Hingga akhirnya, tak sampai lima belas menit kemudian, kami berempat sudah duduk di Warung Tenda yang berjajar di depan Stadion Mandala Krida. Banyak pilihan makanan di tempat ini, namun kami memilih menu Soto Banjar dan Lontong Sayur. Soto Banjar Satu porsinya dibanderol tak lebih dari Rp. 13.000, dengan harga minuman yang berkisar antara dua hingga lima ribu rupiah saja. Ditemani dengan semangkuk Soto Banjar yang meskipun rasanya terlalu asin, tapi masih bisa termaafkan. Apalagi kalau bukan karena suasana Jogja yang enak dinikmati dan melenakan? Perjalanan kami lanjutkan ke Tamansari Water Castle yang terletak di kawasan Keraton Yogyakarta Hadiningrat. Dengan dipandu oleh Graf, jam sepuluh kami sudah memasuki Gapura Taman Kraton Ngayogyakarta. Kami membayar parkir sebesar Rp. 3000/motor, dan tiket masuk 5 ribu rupiah/orang. Dengan tiket tersebut, kami sudah dapat menikmati Tamansari Watercastle yang juga tersambung dengan masjid bawah tanah. Baca juga ini: Jogja with my beloved friends […]

AdBlocker Message

Our website is made possible by displaying online advertisements to our visitors. Please consider supporting us by disabling your ad blocker.

Follow us

Don't be shy, get in touch. We love meeting interesting people and making new friends.