Menikmati Keindahan Benteng Tolukko dan Bella International Hotel Ternate

Benteng Tolukko

Sejarah Benteng Tolukko Ternate

Sebelum masuk ke Benteng Tolukko, saya sempat ngobrol sama Zul tentang asal mula Benteng ini. Dia malah bilang, “Ini lho mbak, yang buat syuting sama Bambang Pamungkas waktu iklan Kuku Bima Energi. Hehe…saya juga baru “ngeh”. Wajar sih, Benteng ini berdiri di atas bukit batuan beku yang memanjang ke arah barat laut tenggara. Letaknya menjorok ke laut dalam. Biru tua laut berpadu dengan birunya langit Ternate yang bersih. Hmm…nggak heran kenapa dulu Portugis bikin Benteng disini. Letaknya sangat strategis.

Sejarah Benteng Tolukko Ternate

Sejarah Benteng Tolukko Ternate

Benteng Tolukko dulunya bernama Benteng Santo Lucas. Benteng ini merupakan Benteng yang pertama dibuat di Ternate pada tahun 1512 oleh Fransisco Serraow, sebagai Benteng pertahanan oleh bangsa Portugis. Mereka datang menawarkan janji persahabatan dan perdagangan antarnegara. Lama-lama ngelunjak, ingin menguasai rempah-rempah milik masyarakat Ternate. Mereka membuat perjanjian monopoli terhadap perdagangan rempah-rempah tersebut. Tentu saja, perjanjian ini merugikan masyarakat Ternate yang harus menjual hasil buminya ke bangsa Portugis, dengan harga yang rendah. Hal ini menyulut kemarahan rakyat Ternate. 

Singkat cerita, Pada tahun 1661 Sultan Ternate Mandar Syah diberi ijin menempati Benteng Tolukko dengan personil sekitar 160 orang. Penyebutan Benteng Tolukko sendiri diberikan berdasarkan nama penguasa Ternate yang memerintah pada tahun 1692 (TOLUKKO).

Saat saya berkunjung ke tempat ini, keadaan sudah sepi. Mungkin karena sudah sore. Gerbang sudah ditutup dan dikunci. 

Sejarah Benteng Tolukko Ternate
Sejarah Benteng Tolukko Ternate
Sejarah Benteng Tolukko Ternate
 

Biaya masuk ke Benteng Tolukko Ternate

Masuk ke tempat ini gratis. Nggak tau tuh kalau misalkan kita boleh masuk ke dalam Benteng. Nggak ada tulisannya kita harus bayar berapa. Tapi yang pasti, tempat ini bersiiiih banget. Selesai berpose di Benteng Tolukko, saya memutuskan pulang ke Hotel. Shalat ashar, dzuhur, terus shalat maghrib. Jam 7 malam saya dijemput Zul buat makan malam. Kami memilih makan di pinggir laut, di kawasan Masjid Raya Ternate. Menunya, Coto Makassar. Sebenernya banyak sih makanan disitu, cuma rasanya Coto Makassar yang paling bisa diterima di lidah saya. Selesai makan, mampir ke pasar (Apa ya namanya? lupa). Saya beli perhiasan dari besi putih. Oleh-oleh khas Ternate. Saya kenal besi putih ini waktu saya berkunjung ke Ambon. Bentuk perhiasannya simpel, tapi berkesan elegan. Awet pula. Meskipun sering saya pakai waktu mandi, perhiasan dari besi putih ini nggak luntur warnanya.
Baca juga: Get Lost in Ternate

Love and Hate for Ternate

Saya suka sama Ternate, cuma nggak suka sama biaya hidupnya yang super tinggi. Maklum sih, pulau ini kan terletak jauh dari gugusan pulau-pulau besar di Indonesia. Saya suka pemandangannya, saya suka pantainya, danaunya, Lautnya juga. Bersiih..perpaduan warna hijau dan biru tua. Kalau langit sih jangan ditanya. Keren banget. Beberapa foto saya ambil dari Balkon hotel yang menghadap ke Pulau Tidore dan Maitara:
Sejarah Benteng Tolukko Ternate
Sejarah Benteng Tolukko Ternate
Sejarah Benteng Tolukko Ternate
Kalau yang di atas persis ini, fotonya diambil dari kamar saya, jam 7 pagi. Masih berkabut. Sedangkan dua foto di atasnya saya ambil dari balkon hotel, di lantai 2. Balkon ini memang diperuntukkan bagi pengunjung hotel yang hendak berfoto dengan pulau Tidore dan Maitara sebagai latar belakangnya. Saya sendiri puas ya dengan fasilitas hotel Bela International (*ini pendapat konsumen yang puas ya).

Bela International Hotel? Yes or NO?

Update 2018: Sekarang namanya jadi Grand Dafam Bela Ternate Hotel.
Pelayanan hotel ini terkesan lambaaat banget. Semestinya, kalau sudah kelas internasional ya layanan dipercepat gitu. Stafnya nanya ke saya berulang-ulang. Padahal saya nggak suka jika sekali saya kasih tahu, orang itu nggak ngerti. Pada saat check in awal, saya ditangani staf hotel yang rada maaf, onyon kayanya. Setelah dijelaskan berkali-kali, Dia sudah oke. Bilang kamar sedang dibersihkan. Nah, pas saya pulang jalan-jalan dan mau ambil kamar, ganti lagi tuh orangnya. Prosedurnya diulang dari awal. Haduuh cape deeh…ternyata staf yang tadi nggak ngasih tahu ke temennya dooong…
 
Ya sudahlah. Toh fasilitas hotel ini dan staf yang lain lumayan oke. Kamarnya luas, bersih, perabotnya bagus, dan balkonnya bisa lihat pemandangan keren. Pantes lah kalau dia menyandang bintang 5. Ini tampilan kamarnya :
Sejarah Benteng Tolukko Ternate
Sejarah Benteng Tolukko Ternate
Sejarah Benteng Tolukko Ternate
Grand Dafam Bela Ternate Hotel
Sejarah Benteng Tolukko Ternate
Sejarah Benteng Tolukko Ternate
Interior kamar
Oh iya, di hotel ini juga ada counter Garuda Indonesia. Jadi memudahkan saya. Tinggal city check-in, beres deh. Nggak usah ngantri lagi di Bandara Sultan Baabullah yang sempit itu :D. Sebagai penutup, saya kasih foto hasil jepretan saya dari tangga di Hotel Bella. 
Sejarah Benteng Tolukko Ternate
Pemandangan dari jendela hotel
 
Dann…marilah pulaang…
 
 

Add comment

AdBlocker Message

Our website is made possible by displaying online advertisements to our visitors. Please consider supporting us by disabling your ad blocker.

Follow us

Don't be shy, get in touch. We love meeting interesting people and making new friends.