Taman Sriwedari |
Setelah dari Museum Batik Danarhadi dan makan bakso di Jl. Slamet Riyadi, kami balik ke Homestay dengan kondisi perut kekenyangan, rebahan sebentar, terus beli sendal jepit di warung depan Homestay. Ternyata kami ketemu penjaga keraton yang tadi. Pantesan dia mesam-mesem lihat kami. Lha wong dia juga wara-wiri ke homestay, pastinya sudah mengenali kami bertiga. Hehehe…
Oleh si ibu yang punya warung, kami dikasih tahu jadwal pementasan wayang orang di Taman Sriwedari. Karena pementasannya malam hari, kami pun naik taksi kesana. Hanya bayar 15ribu untuk argonya. Sebenernya hanya sekitar 8000an sih, Argo minimal yang kami bayar. Berarti deket kan?
Masuk ke taman Sriwedari, seperti pasar malam. Taman Hiburan Rakyat tepatnya. Kami bahkan harus bertanya-tanya, dimana gedung pertunjukannya. Karena di depan kami hanya ada mini bianglala, komidi putar, pertunjukan sulap, dan tukang jualan souvenir. Baru tahu kalau gedungnya ada di dalam, kawasan paling belakang. Kami berjalan kaki cukup jauh untuk mencapainya. Sesampainya disana, kami baca lakonnya Arjuna Wiwaha (*Lupa judul aslinya). Bayar tiket masuk yang hanya IDR 3ribu. Jam setengah delapan, kami masuk gedung pertunjukan. Awalnya saya kira seperti pendopo, terus kita duduk lesehan. Ternyata gedung pertunjukan beneran. Bagus lho!
Pertama kami memang melewati gate (#halah gate!) yang sangat sederhana, lalu masuklah kami ke sebuah ruangan besar, dimana banyak kursi yang ditata menghadap panggung. Kursi-kursi tersebut memang bernomor, tapi karcis kami tidak ada nomornya. Jadi asumsi kami, kami bebas mau duduk dimana saja. Tentu kami memilih duduk di depan. Di belakang kursi kehormatan. Hehe…
Saya tersentuh melihat seorang nenek berambut putih, dengan penampilan sederhana, duduk setia di barisan kursi nomor dua dari depan. Sepertinya dia pelanggan tetap pertunjukan ini. Karena beberapa orang menyapanya sopan. Sampai akhirnya pertunjukan dimulai, dia menyisakan tempat di sebelahnya. Tidak boleh diduduki orang lain. Ternyata tempat itu dia jaga untuk seorang kawannya. Sesama nenek yang saya kira berusia sebaya dengannya. Mereka terlihat akrab. Saya jadi tersenyum sendiri dan malah membayangkan, kalau saya berada di posisi nenek yang menunggu tadi, saya pasti sudah berkali-kali menelepon temen saya itu. Contohnya gini, dimisalkan saya sedang menunggu Bhekti.
“Bek…udah dimana? Ini udah mau mulai. Aku tunggu di tempat duduk paling depan ya. Nomor dua dari depan.”
Kalau si Bhekti nggak datang-datang, saya pasti nelpon lagi. “Bek, buruan dong. Udah mau mulai nih! keburu didudukin orang tempat kamu.”
Dan segala macam cara supaya Bhekti cepat datang.
Tapi nenek itu, setia menunggu sohibnya. Beliau berkali-kali menoleh ke belakang, memastikan temannya dapat melihatnya sebelum lampu ruangan dipadamkan. Tanda pertunjukan dimulai. Ketika temannya akhirnya datang, dia tersenyum lebar. Menepuk tempat duduk di sebelahnya, lalu menikmati pertunjukan live di depan mereka. So sweet…pastinya persahabatan mereka berdua sudah berjalan selama puluhan tahun lamanya. Mungkin dulu gedung pertunjukan ini begitu mewah, satu-satunya panggung hiburan kala itu. Mungkin setara dengan bioskop di masa kini. Begitu banyak kemungkinan 😀
Panggung Sriwedari |
Pertunjukan baru benar-benar dimulai pukul 21.00 WIB. Satu setengah jam kami menunggu. Haduh…ngaretnyaa…atau memang biasanya mulai jam 21.00 ya? Nggak konsen lihat pertunjukan. Lapar menderaa…
Mbak Yanti dan Bhekti malah sudah tidur pulas. Ya ampunn….bisa-bisanya…
Saya maklum sih, diantara kami kan yang mengerti bahasa Jawa kromo inggil hanya saya seorang. Buat mereka, roaming. Saya sendiri, bisa menikmati saat para sinden menyanyi. Merdu sekali suara mereka. Jauh banget dari penyanyi-penyanyi dangdut keliling. Yang ini suaranya berkelas! Make-up pemainnya juga keren. Yang cewek cantik-cantik, yang cowok juga ganteng. Apalagi Arjuna sama Karna. Ganteng! Saat Semar, Gareng, dan Petruk beraksi, para penonton pun tertawa terbahak-bahak. Termasuk aku. Tapi tidak dengan kedua temanku yang kena roaming ini. Mereka malah bingung.
7 Bidadari |
Pertunjukan baru selesai jam setengah sebelas malam. Itupun bersambung ke pementasan berikutnya. Saat itu kami sudah lapar berat. Untung masih ada warung yang buka. Penjual pecel lele. Meskipun menu sebenarnya adalah bebek. Nama warungnya lupa. Bentuknya adalah warung tenda yang berdiri di trotoar Jl. Slamet Riyadi. Tepat di seberang Taman Sriwedari. Tadinya kami tidak menaruh ekspektasi tinggi terhadap rasanya, tapi ternyata…enak banget! Sambalnya itu lho yang bikin enak. Harganya juga sangat-sangat bersahabat. Hanya IDR 10ribu per porsinya, sudah termasuk minum.
Tips & Trik :
- Kalau mau ke Taman Sriwedari, jangan lupa makan malam dulu. Terus bawa saja camilan yang banyak, biar nggak ngantuk. Boleh kok makan di dalam. Asalkan jangan buang sampah sembarangan yaa…
- Buat kamu yang nggak tahan panas, bawa kipas lebih baik. Karena meskipun ada ACnya, kalau penontonnya banyak tetap saja kepanasan.
- Tempat ini worthed banget dikunjungi. Hanya dengan IDR 3ribu, kita bisa menikmati pertunjukan live yang cetar membahana. Nggak kalah deh sama OVJ.
Add comment