Terpenjara Pesona Presiden Pertama Republik Indonesia di Loji Banceuy
Melanjutkan perjalanan kami menyusuri kawasan Bandung Tempo Dulu, sampailah kami di Penjara Banceuy. Semula kami kira pintu masuknya tepat di pinggir jalan Banceuy. Namun ternyata, kami harus masuk lewat area ruko dan pertokoan. Melewati jalan sepi dengan banyak ruko yang tutup. Entah tak beroperasi lagi, atau memang karena sudah waktunya tutup. Sore itu kami disambut senyuman oleh sang penjaga situs penjara Banceuy. Mereka mempersilakan kami masuk untuk melihat kepingan sejarah pergerakan bangsa Indonesia, sambil mengisi buku tamu.
Baca juga: Sepenggal Kisah dari Bandung Tempo Dulu
Mungkin tak banyak yang tahu kalau dulu, sang proklamator pernah ditahan di Penjara Banceuy, atau Loji Banceuy selama kurang lebih 1 tahun dua bulan. Ya, kala itu bulan Desember tahun 1929, Ir. Soekarno ditangkap di Yogyakarta atas tuduhan makar dan menyebarkan kebencian terhadap pemerintah hindia Belanda. Ia dikucilkan, lantas terhimpit dalam sel sempit No. 5 yang berukuran kurang lebih 1,46 x 2,10 meter. Tak sampai dua kali liang kubur luasnya. Di dalamnya hanya ada satu dipan bambu tanpa kasur, satu bantal, beberapa buku, satu selimut tipis, pispot, dan cangkir serta poci kecil. Tak ketinggalan, bendera merah putih bertengger di atas kepala sang proklamator.
Namun demikian, meskipun raganya terpenjara, bagi Ir. Soekarno tak berarti perjuangan selesai begitu saja. Di ruangan sempit itu, beliau menulis pledoi (pembelaan) dirinya yang fenomenal, atau lebih dikenal dengan naskah “Indonesia Menggugat”. Pledoi itu disampaikan saat dirinya diadili di Den Landraad Te Bandoeng (kini menjadi Gedung Indonesia Menggugat). Pledoi yang sangat berani dan isinya sungguh menggetarkan hati siapapun yang mendengarnya. Tak terkecuali yang bertindak sebagai Tuan Hakim saat itu.
Saya tercenung beberapa saat manakala saya mengintip ruangan selnya. Pintunya tak disekat kaca ataupun penutup untuk melindungi diri dari hawa dingin dan angin yang menusuk. Saat ini saja, kala musim dingin di Bandung seringkali kita tak kuat menahan dingin, meskipun sedang berada dalam ruangan yang rapat dan hangat. Kita pun bisa bergelung dalam selimut. Namun sang proklamator begitu menyedihkan nasibnya. Dia yang membela mati-matian bangsa ini dari penjajahan, terpaksa harus meringkuk di sel yang pastinya bisa membuat siapapun hipothermia saking dinginnya. Itupun beliau masih sanggup menghasilkan karya yang gemilang. Lantas, anak muda jaman sekarang bagaimana? Baru punya pengetahuan sedikit saja sudah pamer luar biasa. Gayanya tinggi, namun karyanya nyaris tak terlihat. Mungkin akibat dimanjakan oleh fasilitas dan kemudahan zaman milenia.
Inilah pentingnya kita menengok dan menyelami sejarah. Supaya bisa terpecut lebih keras lagi, juga membangkitkan rasa malu jika kita hanya ungkang-ungkang kaki. Berteriak soal perubahan, namun tak pernah bergerak untuk berubah. Sibuk mencerca, tapi tak mau berkontribusi.
Baca juga:
Review Kereta Argo Parahyangan Kelas Eksekutif Buatan PT Inka
Review Gerbong Kereta Ekonomi AC Argo Parahyangan
Itenerary Eksplore Kota Bandung Gratisan (1)
Add comment