Geospasial. Mungkin diantara anda ada yang seperti saya. Sering menggunakan, namun tidak kenal dengan istilahnya. Terutama bagi para traveler, kita nyaris tak bisa lepas dengan yang namanya geospasial. Geospasial merupakan kumpulan data yang mengandung informasi tentang hal-hal yang terkait dengan lokasi seperti koordinat, alamat, kota, maupun kode pos. Selanjutnya, data ini menjadi basis untuk membangun teknologi sistem informasi geospasial (GIS). Kalau di Indonesia, informasi mengenai geospasial ini ditampung dalam suatu badan yang disebut BIG (Badan Informasi Geospasial).
Sekilas, kita bisa melihat video ini untuk berkenalan dengan geospasial.
Pemanfaatan Geospasial sehari-hari dimulai dari google maps, waze, ramalan cuaca, hingga aplikasi transportasi online dan aplikasi pesan hotel, bahkan informasi jadwal busway dan kereta api. Semua bisa kita akses dalam genggaman. Kita hanya perlu mengetik mana destinasi yang hendak kita tuju, dan voila! Semua terpampang jelas di smartphone kita.
Kalau saya sendiri selalu memanfaatkan teknologi geospasial untuk menyusun itinerary perjalanan. Sungguh sangat membantu. Apalagi jika saya hendak bepergian ke tempat yang belum pernah saya singgahi. Biasanya, dengan bantuan geospasial ini kita dapat mengetahui mana saja objek wisata, atau spot terkenal yang bisa kita singgahi saat berkunjung. Setelahnya, kita dapat menentukan dimana sebaiknya kita menginap, supaya mudah dijangkau dari semua tempat yang hendak kita tuju.
Karena saya anak ekonomi, selain menyenangkan dan menguntungkan, saya selalu mengusahakan setiap perjalanan saya efisien. Baik dalam waktu, biaya, bahan bakar, juga rute. Keempatnya buat saya sangat penting dalam menunjang kemudahan setiap perjalanan yang saya lalui. Dengan memanfaatkan informasi geospasial dalam bentuk google maps, saya bisa menyusun itinerary yang padat, tapi tidak melelahkan. Rute wisata saya atur dengan membuat boundary pada lokasi yang berdekatan atau terletak di area yang sama. Contohnya saat saya traveling ke Yogyakarta minggu lalu. Saya berniat untuk wisata sejarah. Saya menyusun jadwal ke Candi Sambisari terlebih dahulu, baru kemudian Candi Kalasan, Plaosan, Tebing Breksi, dan terakhir Candi Ijo. Rutenya berurutan, dengan jarak dan perkiraan waktu tempuh yang terpampang dalam maps, sehingga perjalanan saya jadi efisien juga hemat biaya.
Contohnya seperti ini:
Penggunaan informasi geospasial ini juga bermanfaat buat menyusun budget traveling. Dengan mengetahui perkiraan jarak tempuh dan waktu, maka saya bisa mengkalkulasikan berapa biaya yang dibutuhkan untuk bahan bakar, serta berapa lama sebaiknya saya menyewa kendaraan. Sangat mudah dan praktis, bukan?
Saat ini, pemanfaatan geospasial, khususnya untuk kebutuhan pariwisata memang sedang ngetren. Para ahli di Arizona sudah memanfaatkannya untuk membuat jaringan lokasi travel. Selintas saya baca di sebuah tesis yang ditulis Smith (2017) dari Nothern Arizona University, disana mereka sudah memanfaatkan teknologi geospasial untuk membuat jaringan travel di Flagstaff, Arizona.
Pemanfaatan geospasial dalam dunia traveling juga diulas dalam buku Tourism Marketing: A Strategic Approach (2017). Mereka menyebutnya ICT Based Tourism Marketing. Dalam buku tersebut dibahas bahwa infrastruktur ICT based Tourism yang efektif akan berperan penting dalam menunjang industri pariwisata.
Kayaknya ilmiah banget ya saya menyampaikannya? Maaf ya. Maklum masih anget dengan jurnal, bawaannya pengen lihat kalau di luar sana para ahli pun sudah sadar akan betapa pentingnya geospasial dalam kehidupan kita. Saya jadi teringat sebuah quote dari bapak GIS dunia, Roger Tomlinson,
“The early days of GIS were very lonely. No-one knew what it meant.”
Sedih banget ya, begitu pentingnya informasi geospasial, tapi pada nggak ngerti dan nggak memahami apa maksudnya. Termasuk saya, tentunya. Kalau saja saya nggak menulis soal geospasial, pastinya sampai sekarang saya nggak akan “aware how important is”
Oh iya, buat yang suka selfie, atau suka main medsos, kalian juga pastinya akrab banget sama geospasial ini. Pasti sering kan ya posting-posting, terus check-in location buat dipamerin di medsos, terutama instagram? Sudah gitu nanti berbangga kalau di maps kita sudah banyak pinnya. Makin banyak pin check-in location, akan makin merasa keren di depan teman-teman. Saya sendiri memanfaatkan geospasial ini buat nyari hashtag di medsos untuk mencari angle yang keren dari sebuah foto. Kadang para fotografer membagikan fotonya di medsos mereka. Dari situlah saya terilhami untuk memotret sesuatu dari sisi yang berbeda dari otak saya yang sukanya simetris ini. Saya bisa belajar memotret dari objek yang sama. Contohnya ini. Ya meskipun masih minim banget hasilnya jika dibandingkan dengan para fotografer.
Anyway, kalau sudah kenal dengan geospasial, kita bisa memaksimalkan penggunaannya buat traveling kan? Tinggal sesuaikan saja dengan kebutuhan. Dari mulai rute, perkiraan jarak tempuh, biaya, dapat direncanakan dengan memanfaatkan teknologi geospasial terkait. Kalau kita takut nanti di lokasi traveling nggak ada jaringan, bisa kita simpan dan lihat secara offline. Ini cerita saya tentang pemanfaatan geospasial. Kalau cerita kalian gimana?
Referensi:
- Perbedaan Gis dan Geospasial
- Smith, Corryn Lee. (2017). Using Geospatial Technologies to Locate Travel Networks: A Case Study in Flagstaff, Arizona disini
- Ray, Nilanjan & Kumar, Raj. (2017). Tourism Marketing: A Strategic Approach. disini
- Youtube: Badan Informasi Geospasial.
Add comment