Sehari Keliling Solo? Ini dia 8 Tempat Asyik Buat Jalan Seharian di Solo
Solo, sebuah kota di Jawa tengah yang terletak kurang lebih 64,9 km dari Yogyakarta memang menyimpan pesona tersendiri. Meskipun terbilang dekat dengan Yogya, namun kota ini cenderung lebih sepi. Lebih syahdu, dan juga lebih murah biaya jajannya dibandingkan dengan Yogyakarta.
Ketika saya bilang Solo, pastinya yang terlintas di benak adalah Batik. Tak salah memang, karena kota ini gudangnya batik. Dari mulai batik tulis bermotif klasik, hingga batik berdesain modern penuh warna seiiring dengan perkembangan batik di kancah fesyen dunia. Tapi kali ini, saya ke Solo justru hendak menikmati kotanya. Menikmati geliat pasar di Solo, juga bagaimana perekonomian disana berkembang seiring sejalan dengan warisan budaya Jawa yang memesona.
Kemana saja sih di Solo?
Sebelumnya, simak perjalanan saya dan adik saya dari Jogja ke Solo dengan menggunakan KA Prameks disini:
Perjalanan Jogja Solo dengan Kereta Prameks
Berburu Jajanan Pasar dan Souvenir di Pasar Gede
Beberapa kali sudah saya ke Solo, namun baru kali ini saya ke Pasar Gede. Pasar ini hanya berjarak sekitar 1,1 km dari tempat saya menginap di daerah Keprabon, atau sekitar 500 meter dari Patung Slamet Riyadi. Tentu saja jarak segitu sangat memungkinkan kita untuk berjalan kaki.
Sesuai dengan namanya, Pasar ini memang Gede, atau besar. Di dalamnya berisi aneka jajanan pasar, aneka oleh-oleh Solo, kebutuhan sehari-hari seperti sembako dan sayur mayur, toko kelontong, toko obat-obatan herbal, sampai ke batik dan lurik, tersedia di pasar ini. Buat anda pecinta souvenir, Pasar Gede adalah tempat yang tepat untuk berburu souvenir. Harga souvenir yang ditawarkan disini sangat murah jika dibandingkan dengan di toko souvenir.
Karena butuh buat keperluan blogging resep masakan, saya membeli beberapa sendok unik yang terbuat dari kayu di lapak ibu ini. Lapaknya terletak tepat di pintu masuk Pasar Gede Solo. Harganya sangat murah, hanya Rp10.000/4 buah sendok/garpu kayu.
Selain itu, yang tak boleh dilupakan tentu saja nasi pecel Solo. Khasnya disini adalah ragam bumbu pecel yang berbeda-beda. Ada yang merah, coklat, dan hitam. Ketiganya memiliki citarasa yang berbeda pula. Harga sebungkus nasi pecel di Pasar Gede hanya Rp5000 saja. Enak dan mengenyangkan. Ada juga aneka gorengan dan jajanan pasar yang bisa anda dapatkan hanya dengan merogoh kocek sebesar Rp5000, sudah dapat sebungkus besar makanan.
Penasaran? Anda bisa mencicipinya di lapak nasi pecel yang tersebar di lantai dasar Pasar Gede Solo.
Menikmati Kuliner Nasi Liwet Bu Sri di Pasar Besar
Apa bedanya Pasar Gede dan Pasar Besar? Kalau dari sisi arti, keduanya mempunyai makna yang sama, yaitu “besar”. Keduanya terletak saling berhadapan, yang hanya dipisahkan oleh sebuah jalan.
Pasar Besar merupakan bangunan 3 lantai peninggalan zaman Kolonial Belanda, yang kini telah dipugar dan diperuntukkan sebagai pasar buah-buahan. Aneka buah dijual disini. Selain itu, terdapat pula pusat kuliner di lantai 3.
Saya menikmati Nasi Liwet Bu Sri di emperan pasar. Sebenarnya bu Sri ini sudah memiliki kios di lantai 3. Namun berhubung lantai 3 sepi pembeli, maka beliau memilih untuk berjualan di emperan pasar ini.
Harga per porsinya Rp14.000. Tergantung menu atau lauk yang anda pesan. Makin banyak lauknya, semakin mahal harganya. Porsinya cukup besar kalau buat saya. Rasanya enak sekali. Gurih santan dan bumbu bersatu dengan Nasi liwet yang lembut. Krecek yang pedas juga menyeimbangkan rasa.
Notes:
Buat anda yang muslim, hati-hati memilih makanan di sekitar Pasar Gede dan Pasar Besar Solo. Karena ini wilayah pecinan, maka banyak makanan yang tidak halal dan mengandung babi. Jangan malu bertanya dan lihat secara jelas apa yang mereka jual ya. Contoh saja, mie ayam Pinangsia yang terkenal itu. Kita yang muslim jelas nggak bisa makan karena mengandung babi. Juga nggak semua Nasi Tim atau Timlo itu halal. Selalu cek dan ricek.
Berpose di Benteng Vastenburg
Bangunan ini merupakan peninggalan pemerintah kolonial Belanda. Terletak di daerah Gladak, Pusat Kota Solo. Tak jauh dari Balaikota Solo dan Gladag Langen Bogan. Benteng Vredeburg dibangun tahun 1774 dan selesai tahun 1779. Benteng ini diprakarsai oleh Gubernur Jenderal Baron Van Imhoff untuk mengawasi gerak Keraton Surakarta, sekaligus pusat Garnisun (markas korps pasukan).
Sekarang, Benteng Vastenburg dijadikan objek wisata Kota Solo, sekaligus tempat untuk mengadakan pameran. Saat saya datang ke Solo September lalu, di Benteng ini sedang ada pameran pasar tradisional. Hampir semua pasar di Solo dipamerkan disini. Menarik sekali, bukan?
Keliling Keraton Surakarta Hadiningrat
Karena saat saya datang adalah hari Jumat, maka Keraton tutup. Sehingga saya menyewa becak untuk berkeliling kompleks keraton. Sekitar 30 menitan lah jalan-jalan keliling keraton, mengenal fungsi dan peruntukan bangunan-bangunan di sekeliling keraton sambil diselingi cerita tentang sejarah Keraton Surakarta Hadiningrat.
Sayangnya, berbeda dengan kompleks Keraton Jogja yang bersih dan terawat, Keraton Solo Hadiningrat justru seperti bangunan yang tak ditinggali. Terkesan kumuh sih kalau menurut saya. Banyak sampahnya juga sehingga wibawa keraton agak kurang terasa di hati saya. Entah bagaimana pendapat pengunjung lain.
Oh iya, sempat juga saya memotret Kebo Kyai Slamet. Kerbau ini merupakan Kerbau legendaris yang dijaga keaslian keturunannya. Konon, Kerbau ini adalah kerbau keramat yang tak boleh disembelih.
Biaya sewa becak: Rp50.000 untuk berdua.
Mengeksplore Pasar Klewer
Meskipun kata orang Pasar ini sudah tak asli lagi, meskipun katanya barang di Pasar Klewer sudah tak sebagus dulu, meskipun juga katanya Pasar Klewer ini menawarkan harga barang yang mahal, tapi buat saya, Pasar Klewer tetap punya pesona tersendiri. Apalagi buat para wisatawan yang mengunjungi Solo. Belum ke Solo rasanya kalau belum berkunjung ke Pasar Klewer.
Sekarang, Pasar Klewer sudah bagus. Bangunannya tertata rapi, sudah ada lift, ATM Center, dan juga kios-kios batik yang menjual aneka jenis batik. Sayangnya, koridor Pasar Klewer ini terbilang sempit, sehingga terasa pengap bagi pengunjung.
Belanja Batik Klasik dan Tenun Klaten di PGS (Pusat Grosir Solo)
Jangan pernah lewatkan Pusat Grosir Solo jika anda bertandang ke Kota ini. Sebuah bangunan yang berisi souvenir, batik klasik, juga tenun khas Jawa Tengah. Bedanya dengan pasar Klewer, bangunan PGS ini tertata lebih rapi. Koridornya luas, juga kondisi di dalam nggak panas dan nggak sumpek. Cukup nyaman jika anda hendak memilih batik.
Tenun Klaten juga jadi pilihan menarik jika anda berkunjung ke PGS. Disini yang selalu jadi langganan saya adalah Tenun Klaten Yoga Art Design yang terletak di lantai 3 gedung PGS. Selain harganya terjangkau, pilihannya banyak dan kualitasnya boleh disejajarkan dengan tenun daerah lain. Tenun Klaten ini dibuat tidak dengan mesin, atau istilah lainnya adalah ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin).
Bernostalgia di Kampung Batik Kaoeman
Orang mungkin lebih suka ke Laweyan. Tapi saya pribadi lebih senang ke Kaoeman. Selera boleh beda kan, ya?
Kampung batik ini merupakan kompleks rumah warga dan saudagar batik tempo dulu. Rata-rata, bangunan di Kampung Batik Kaoeman ini adalah bangunan klasik tempo doeloe yang indah. Sayang, saya kehilangan bangunan Cakra Homestay yang dulu pernah saya tinggali selama beberapa hari di Solo.
Batik yang dijual rata-rata berharga 200ribu hingga jutaan rupiah. Memang sasaran Kampung Batik Kaoeman ini adalah kaum menengah ke atas. Jika anda lelah, di kampung batik Kaoeman ini juga terdapat café kecil yang bersatu dengan butik batik. Harga yang ditawarkan juga murah. Sekitar Rp10.000 untuk secangkir kopi.
Nonton Wayang Orang di Taman Sriwedari
Waktu terbaik untuk mengunjungi Taman Sriwedari adalah pada malam hari. Biasanya, setiap malam Jumat dan Malam Sabtu akan diadakan pertunjukan wayang orang di teater Sriwedari. Pertunjukannya bagus, berkualitas, dan penonton “nyaris nggak bayar” untuk dapat menikmatinya.
Ya, sekarang jika anda hendak menonton teater wayang orang Taman Sriwedari, anda hanya perlu merogoh kocek sebesar Rp5000/orang. Anda bebas memilih seat yang anda sukai. Prinsipnya, siapa cepat dia dapat.
Saya sudah pernah mengulas teater wayang orang Sriwedari. Dari tahun 2012 saat saya pertama kali ke teater ini, hingga tahun 2017 tidak ada perubahan yang berarti. Hanya gedung pertunjukannya sekarang lebih bagus karena telah diperbaharui.
Baca juga: Backpackeran ke Solo – Taman Sriwedari
Oh iya, sebagai informasi untuk anda, di Solo sudah tersedia ojek dan taksi online seperti Grab dan Gojek. Tentunya hal ini akan memudahkan anda untuk berkeliling kota Solo. Mudah dan murah pastinya. Pilihan transportasi lainnya adalah Batik Solo Trans. Anda bisa jalan-jalan keliling Solo dengan Bus ini. Harga tiketnya hanya Rp4500/orang.
Sekiranya itu dulu review dan jalan-jalan saya di Kota Solo. Semoga bermanfaat buat bekal libur panjang anda. Tentunya masih banyak yang bisa dieksplore di Solo. InsyaAllah nanti bakal ditulis di postingan dari kontributor di Blog ini.
Baca juga:
Pengalaman Pertama Backpackeran Bandung-Solo
Hallo Mbak Arum, a nice travel story. Hanya ingin meluruskan openingnya bahwa Solo bukan ibukota Jawa Tengah, tapi Semarang. Keep writing and sharing.
Astaghfirullah…maaf, saya baru sadar. Makasih diingatkan Mbak Ratni. Saya keselip ngetiknya, karena lagi nulis Iten seharian keliling Semarang juga. Sekali lagi makasih ya mbak sudah diingatkan. Karena seringnya saya nulis di pesawat atau kereta, terus langsung post tanpa dibaca lagi. Jangan bosan kapok main ke blog ini 🙂
Hehehe ngomong2 soal Nasi Liwet, di kampung saya sendiri (Keprabon) juga banyak loh mba. Boleh kapan2 mampir hehe
Keprabon Solo kah? Saya waktu itu nginep di daerah Keprabon juga padahal. Tapi nggak tahu dimana yang jual nasi liwet
Kalo yang bikin penasaran sama solo itu mba..
Suasana malam Jln.Slamet Riyadi sama naik kereta trem atau apa itu yang jalan di jalan raya menyatu sama jalan umum
#penasaran bgt sama itu.
Next time trip to solo 🙂
@Kemana-lagi: Saya juga belum pernah tuh nyoba kereta Kluthuk Jaladara. Belum kesampean karena harus ada 60orang penumpangnya. Kalau kurang dari itu, keretanya nggak berangkat.
Suasana malam Jl. Slamet Riyadi, pasti di Gladag Langen Bogan ya? hehe
Nice post! Terima kasih sudah berbagi pengalaman jalan-jalannya. Pas buat referensi jalan-jalanku ke Solo nanti! Jika berkenan, mampirlah ke blog saya, terima asih.