“Aku lelah.”
Demikian rekan saya bertutur sore itu. Kalimat pendek, sederhana, tapi buat seorang wanita, itu berartikan banyaaaak sekali. Itulah wanita. Makin pendek kalimatnya, semakin banyak artinya. Oleh karenanya, tak mudah mengejawantahkan maksud sebenarnya, yang ada dalam hatinya. Hanya sesama wanita yang pernah mengalami hal yang sama dan kenal dekat dengannyalah yang dapat merasakan sedikit saja kelelahannya.
Sedikit.
Ya. Sedikit.
Karena dalam hati siapa yang tahu betapa berat bebannya?
Lelah hati, hanya bisa dirasakan oleh orang yang bersangkutan. Orang lain tidak. Hanya bisa berempati.
Ketika seorang wanita bilang “lelah” tanpa kalimat lanjutan, itu berarti dia sudah sangat lelah hingga tak dapat mengungkapkannya dengan kata-kata. Kalaupun Ia sanggup mengejawantahkan dalam suatu kalimat, maka buat orang lain akan terasa biasa saja. Tak berat sama sekali. Hingga berujung “si lelah” tadi akan menatap lawan bicaranya dengan mata berkaca-kaca,
“Seriously, I’m tired.” Nah loh, masih pendek juga kan kalimatnya?
Itu tadi. Ketika seseorang mencapai titik kulminasi, tak ada lagi kata yang sanggup ia rangkum untuk mewakili perasaannya. Sialnya, orang lain pun takkan tahu betapa sudah menumpuk kedongkolan di hati yang lelah tadi.
Sungguh, masa-masa ini lumrah dialami. Tak hanya perempuan saja yang mengalaminya. Saya rasa laki-laki pun bisa mengalami hal ini. Karena Tuhan menciptakan, baik laki-laki maupun perempuan sama-sama mempunyai perasaan. Punya hati. Jadi laki-laki pun bisa sensitif.
Sejatinya hidup itu sebuah siklus. Dimana kebutuhan dan keinginan, juga ujian akan datang sesuai dengan kapasitas yang dimiliki seseorang.
Lantas, masalah sebenarnya apa sih sampai bikin lelah?
Masalah sebenarnya justru nggak kelihatan. Ketumpuk dengan masalah-masalah lain yang nggak jelas juntrungannya. Pokoknya numpuk hingga menggunung. Bergejolak dalam hati, membuat hati panas, jantung memompa lebih cepat, dan pikiran pun tak lagi dapat berpikir jernih.
JENUH. Demikian bahasa Indonesianya. Kalau kata Aerosmith, band kesayangan saya, “He/she is feeling F.I.N.E.”
Yes, F.I.N.E.
Bukan fine-nya RATU “Aku baik-baik saja”, melainkan F.I.N.E. Akronim dari “Fucked Up, Insecure, Neurotic, and Emotional”
Mungkin hal ini bisa mewakili jiwa yang lelah tadi.
Karena saya seorang muslim dan tentu saja pernah merasakan “lelah” ini, maka biasanya saya hanya bisa menyarankan jiwa yang lelah untuk lebih mendekatkan diri pada Allah SWT.
Mungkin solusi ini klise buat jiwa yang lelah tadi. Nggak real dan nggak instan sama sekali.
Tapi itulah, kelelahan hati merupakan ujian terberat yang diberikan Allah SWT pada hambaNya. Ujian dimana hanya yang mengalaminya yang merasakan. Kemungkinan, ujian kelelahan hati ditimpakan Allah pada orang-orang yang kuat, namun telah membuat Allah cemburu. Karena mungkin, ia lebih mementingkan dunia daripada TuhanNya. Padahal Allah itu pencemburu. Allah ingin kita sebagai makhluknya ini berserah, senantiasa memohon, dan tak kenal lelah dalam beribadah serta menunggu RidhaNya.
Sampai kapan?
Sampai nafas dan detak jantung ini berhenti.
Maka sahabat, jika kau lelah, panggillah nama Tuhanmu. Sebutlah ia dalam sepertiga malammu. Berlutut dan bersimpuhlah padaNya, bilang kalau kau minta ampun karena sudah sedemikian lama menyembahnya, tapi tak menyertakan hatimu sepenuhnya untuk diberikan padaNya. Mesra-lah dengan kitabnya, yang berisikan rangkaian puisi terindah di dunia, hingga hatimu bisa terasa lapang saat membaca dan menyelami maknanya.
Bukannya hendak menggurui, tapi cobalah kesampingkan dulu urusan duniawi. Tak mudah memang. Sungguh tak mudah, karena dunia-lah yang saat ini sedang kita hadapi. Sedangkan akhirat masih abstrak bentuknya.
Sungguh, jangan terjebak dengan bujuk rayu setan yang mengajakmu berpikir negatif. Yang menggiringmu pada pemikiran bahwa dunia ini tak adil. Padahal sudah jelas janji TuhanMu, jika kau mendekatinya sejengkal, maka Ia akan mendekatimu sehasta. Kalau kau mendekat kepadaNya sehasta, maka Dia akan mendekatimu sedepa. Kalau kau mendatangi-Nya dengan berjalan, maka Dia akan mendatangimu dengan berlari.” (H.R. Bukhari & Muslim).
Maka berlarilah kepadaNya, agar kau lebih cepat dekat denganNya, sehingga Ia dengan segera akan mengangkat segala beban dan segala lelah di hatimu.
Wallahualam bishawab.
Baca juga:
Add comment