Pengabdi Setan merupakan satu-satunya film horor yang saya bersedia “membayar” saat menontonnya. Biasanya, dibayar pun ogah deh kalau nonton kisah seperti itu. Saat di bioskop tersiksa, ditambah pula dengan after effect yang bikin saya suka parno berminggu-minggu. Anyway…film ini memang bukan film biasa. Kisahnya nyaris nggak bisa ditebak. Jadi meskipun saya sebel saat menontonnya, namun tak dipungkiri kalau saya menyukainya. Terutama setting lokasi rumah Pengabdi Setan yang sangat cantik.
So, di suatu pagi buta, saya dan para Bandoengers pun menuju Pangalengan. Sebelumnya, kami menatap indahnya terbitnya sang mentari di Sunrise Point Cukul Pangalengan. Sedikit ulasannya sudah saya bahas disini:
Baca juga: 6 Spot Foto Instagramable di Pangalengan
Setelah puas menatap keindahan matahari terbit ditengah temperatur 11 derajat celcius, kami melanjutkan perjalanan untuk bertamu ke rumah ibu pengabdi setan.
Lokasi Rumah Pengabdi Setan
Kami sempat nyasar beberapa kali karena nggak fokus ke jalan. Malah justru sibuk memperhatikan hasil kebun masyarakat setempat, kemudian membelinya. Setelahnya, kami sibuk mengunyah di dalam mobil.
Rumah Ibu Pengabdi Setan terletak di Kawasan PTPN VIII, Kampung Kertamanah, Desa Margamukti, Kecamatan Pangalengan. Karena arah kami dari Cukul Pangalengan, maka hanya sekitar 30 menit menuju ke Rumah Ibu.
Rute menuju Rumah Ibu Pengabdi Setan
Buat anda yang mau langsung mengunjunginya dari arah Bandung, berikut rutenya:
Dari Bandung lewat tol Seroja, keluar di Soreang. Dari situ lanjut ke Pangalengan. Kalau anda dari Jakarta atau daerah Pantura, dari Cipularang anda bisa lanjut ke tol Seroja, tanpa harus melewati Kota Bandung terlebih dahulu.
Jarak tempuh dari Bandung ke Pangalengan melewati tol ini sekitar 1,5 jam saja (kondisi jalan normal dan nggak macet). Kalau weekend biasanya bisa sampai 3 jam.
Ada 2 jalur menuju Rumah Ibu Pengabdi Setan. Pertama lewat pusat oleh-oleh “Asthi”. Di seberangnya ada jalan menuju ke PLTP Wayang Windu. Ikuti jalur tersebut, maka anda akan sampai di rumah ibu (kondisi jalan berliku dan banyak berlubang).
Jalur kedua adalah lewat bunderan Pangalengan. Ambil kiri menuju ke arah Pasar Pangalengan (ada KPBS Pangalengan). Setelahnya lurus saja ikuti jalan. Sekitar 2 km, perhatikan sebelah kiri anda. Akan terlihat Gapura Desa Margamukti. Masuklah ke desa tersebut. Arahkan perjalanan anda ke penangkaran rusa (terdeteksi di GPS) yang letaknya sekitar 3km dari arah gapura. Rumah Ibu Pengabdi Setan ada di sebelah kanan jalan, tak jauh dari penangkaran rusa. Berada di Kompleks PTPN VIII.
Angker nggak sih?
Surprisenya, saat saya tiba di lokasi Rumah Ibu Pengabdi Setan, tak sedikitpun terkesan angker. Justru ramai dikunjungi pengunjung. Terdapat beberapa rumah yang bentuknya sama. Rumah tempat saya foto ini yang dijadikan cover filmnya. Sedangkan untuk tempat syutingnya, berada di belakang rumah.
Nah, inilah rumah yang dijadikan tempat syuting film besutan Joko Anwar tersebut.
Di atas perapian terdapat foto Ibu Pengabdi Setan, dan di sebelahnya ada foto keluarga. Kami pun berpose disitu.
Tak lupa, kami juga mengabadikan pose di kamar ibu.
Satu yang membuat bulu kuduk saya berdiri adalah area dapur yang menyambung dengan kamar mandi. Kalau di film, disitu ada sumur dimana nenek menarik Ian masuk. Namun aslinya, sumur tersebut tidak ada. Hanya ada semacam kran air.
Oh iya, penjaga rumah menambah properti yang sebenarnya menurut saya nggak perlu. Kayak pocong yang gantung diri atau kentongan berwajah hantu. Buat saya, rumah ini sudah menyimpan auranya sendiri tanpa perlu ditambah hal-hal tersebut.
Jatuh Cinta dengan interior rumah
Meskipun Rumah ini sudah sangat reyot, bahkan kita harus berhati-hati saat menjejakkan kaki di “Kamar Ibu”, tapi keanggunan interiornya sulit untuk dinafikkan begitu saja. Ruang demi ruangnya cantik, memberikan kesan lega, dengan tangga melingkar dari kayu yang sangat menawan. Mengingatkan saya kepada bangunan kantor saya dulu di Rumah F ITB.
Duh, bukannya takut, saya malah jatuh cinta sama rumah ini. Ya, saya penyuka bangunan jaman Belanda. Buat saya, rumah Londo itu arsitekturnya indah, tak lekang dimakan jaman, dan ada aura tersendiri saat saya menatapnya.
Konon katanya, para arsitek Belanda yang merancang rumah di Indonesia mewujudkan impian mereka tentang sebuah hunian. Kalian coba perhatikan deh, pasti mereka membangun rumah megah dengan halaman yang luas dan di tempat asri. Jaraknya juga jauh dari tetangga. Atau, tidak mepet antar rumah. Padahal, kalau kita ke Belanda, Amsterdam misalnya, banyaknya justru bangunan kayak ruko, rumah susun, apartemen, dan rumah pun berdempetan antara satu dengan lainnya.
Rumah Pak Ustadz
Pada film, rumah Pak Ustadz yang menolong Rini seolah terletak jauh melewati hutan-hutan. Namun aslinya, rumah Pak Ustadz justru berada berdampingan dengan Rumah Ibu. Tepat di belakang rumah dengan dinding yang menempel ke rumah ibu.
Sekarang, rumah tersebut menjadi homestay untuk Mahasiswa UGM yang sedang KKN di PTPN VIII.
Biaya Masuk ke Rumah Ibu Pengabdi Setan
Penjaga Rumah menetapkan biaya masuk Rp20.000/rombongan. Ditambah biaya parkir mobil sebesar Rp5.000. Biaya tersebut digunakan untuk biaya perawatan.
Nah, kurang lebih demikian perjalanan saya dan Bandoengers yang mengeksplore Rumah Ibu Pengabdi Setan. Menarik bukan?
Sampai jumpa lagi di petualangan saya berikutnya.
Add comment