Cerita dari Kefamenanu Timor Tengah Utara dan tentang Merdeka Versi warganya.
Pernah dengar tentang Kefa?
Ya orang menyebutnya begitu. Lengkapnya Kefamenanu. Ibukota Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur. Hanya sedikit lagi menuju Atambua, garis terluar negeri kita yang berbatasan dengan Timor Timur.
Suatu waktu saya pernah bertugas disana. Hanya sehari, tapi lumayan dapat curhatan dan sekelumit cerita dari warga setempat.
Terutama soal, Merdekanya Timor Timur (Timor Leste) dari Indonesia.
Cerita Tentang Merdeka
Bapak-bapak yang saya temui bercerita, memang benar dahulu warga Timor Timur minta Merdeka. Tapi…merdeka yang mereka maksud adalah bebas tak terikat aturan. Seperti jika mereka berkendara tak menggunakan helm, mereka tidak ditilang oleh polisi. Minum tuak, tidak dipenjara. Dan hal-hal konyol lainnya yang menjadi definisi “merdeka” menurut mereka.
Tapi, oleh para empunya kepentingan dan gerakan separatis, akhirnya “merdeka” ini dimanfaatkan. Rakyat disulut. Diadu satu sama lain. Sehingga kata “merdeka” versi warga digeser ke arah “Merdeka dari Indonesia.”
Padahal mereka punya semboyan Torang Basudara (Kita ini bersaudara).
Bukan maksud warga untuk pisah dari Indonesia. Apalagi merdeka. Toh selama ini kita adalah satu. Bagaimana mungkin Indonesia menjajah mereka, padahal kita ini satu tumpah darah. Satu ibu pertiwi. Satu tanah kelahiran.
Jakarta Rusuh oleh Pesuruh
Peristiwa mirip terjadi di Jakarta tempo hari. Rakyat diadu lagi. Pendemo ditumpangi oleh perusuh. Perusuh yang boleh jadi pesuruh dari orang-orang yg berkepentingan untuk menghancurkan negeri.
Jangan mau diadu lagi. Bangsa kita sudah merdeka. Jangan pernah berpikir untuk pecah. Perbedaan itu hal yang lumrah. Menang kalah dalam pemilu adalah hal yang sudah biasa. Saatnya bersatu. Cukup Timor Timur yang terlepas, yang lain jangan.
Kembali lagi ke negeri Nusa Bunga,
Gambar terakhir adalah mobil warga Timor Leste yang melintas di Kefa. Tidak cuma satu, tapi banyak. Jika weekend tiba, warga Timor Leste banyak yang menengok handai taulannya di Kupang, So’e, Niki-Niki, dll. Mereka juga rutin belanja kebutuhan sehari-hari di Kupang. Ibukota NTT.
Lihatlah, mereka juga rindu Indonesia. Karena biar bagaimanapun, Ibu Pertiwi, takkan pernah bisa diingkari.
Add comment