Overpriced Coffee Shop di Jakarta
Setiap weekend di Bandung, saya nyaris nggak pernah keluar rumah. Kecuali jika ada acara penting yang harus saya hadiri.
Kenapa?
Disaster in the weekend
Jalanan di Bandung saat weekend itu disaster buat saya. Sudah jalannya sempit, volume kendaraan yang mayoritas berplat B mendominasi dan hampir menutup akses. Bayangkan saja, disaat normal, perjalanan dari rumah saya di kawasan Dago ke Lembang adalah 35 menit. Namun pada saat weekend, bisa sampai 3 jam. Malah pernah 4 jam. Dago-Cihampelas normalnya 15 menit, menjadi 1-1,5 jam. Nggak worth buat saya jalan-jalan disaat weekend.
Tadinya saya berpikir, kok warga Jakarta segininya ya pengen jalan-jalan? Kayak yang kalap gitu kalau ke Bandung. Belum lagi setiap café yang diserbu wisatawan.
Pernah di suatu malam minggu, saya dan teman-teman mau makan malam bersama. Kami sampai 4 kali ditolak restaurant lho karena full booked. Penuh. Gila kan? Dari sekian banyak café dan restaurant di Bandung, full semua.
Tapi sekarang, setelah saya lebih sering tinggal di Jakarta, saya sedikit bisa memahami perasaan warga Jakarta. Ditengah tingkat stress terhadap pekerjaan yang tinggi, tapi sarana hiburan dan kulinernya membosankan. Juga Overpriced. Alias kemahalan.
Overpriced Coffee Shop di Jakarta
Di suatu hari saat long weekend tiba, saya “mudik” ke Jakarta. Saya janjian dengan teman saya untuk nongkrong di sebuah café di kawasan Menteng. Cukup fancy sih cafenya. Tema kepulauan di Indonesia gitu. Mereka hanya menyediakan kopi dan cemilan. Tidak menjual makanan berat.
And you know how much I should pay for a cup of coffee?
Paling murah Rp49.000 before tax. Kopi dengan karamel malah dibanderol paling murah IDR 69.000/cup before tax. Which is after tax we should pay IDR 57.000-85.500 just for a cup of coffee.
Rasanya?
Just so-so. Nggak terlalu jauh sama indocafe coffee mix. *ups.
And the other place near that coffee shop, a cup of tea is about IDR 49.000-60.000 before tax. Rasanya?
Again, just so-so. Malah lebih enak Tong Tjie.
Sepiring pasta yang rasanya BBAB (Biasa Biasa Aja Bo) dibanderol IDR 150ribu before tax. After tax is about IDR 181.500. Itu belum sama minuman lho.
What the heck is going on?
Kalau misalkan rasanya enak dan bikin kita puas tentunya saya nggak bilang itu overpriced. Tapi karena nggak worth sama sekali, jadinya saya merasa itu kemahalan. Nggak sebanding dengan benefit yang saya dapat. Mendingan saya makan di restaurant hotel berbintang 4. Jelas servicenya. Bisa request pula rasanya mau kayak gimana. Saat makan pun saya bakal dilayani kayak anak Sultan.
Harga Kopi di Bandung
In the other hand, dengan kualitas kopi dan layanan yang lebih baik, saya bisa mendapatkan secangkir kopi enak di fancy restaurant di Bandung seharga Rp20ribu saja. Sudah berikut tax. Nanti saya ulas deh dimana tempatnya.
Caramel coffee di Jalan Braga hanya dibanderol Rp30ribuan after tax. Nggak usah tanya kualitasnya kayak gimana. Well roasted and well blended. Cold brewnya pun mantap banget. Rasanya? Yang pasti bikin kamu pengen balik lagi. Sangat enak!
The true Indonesian coffee.
Baca juga: review cafe tangga Bandung
So, no wonder warga Jakarta seperti orang kalap saat memasuki Bandung. Saking overpricednya di Jakarta. Maklum, saya seringnya bekerja di hotel bintang 4 dan bintang 5, tapi semua atas fasilitas kantor. Jadi saya nggak familiar harganya berapa. Sudah gitu, kerjaan saya yang lain adalah di kampus, nggak terlalu jauh dari rumah. Sehingga saya selalu makan dirumah.
Dengan standar yang tinggi soal kualitas dan rasa makanan, saya nggak mau diperdaya oleh fancy restaurant yang overpriced. Apapun konsep yang mereka tawarkan.
Auto ngomel akutuh kalau makanan atau minumannya nggak enak, tapi harganya kemahalan.
Baca juga: Menikmati Pagi di Kopi Atet Belitung
Kopi Indonesia yang Mendunia
Negara kita ini kaya akan sumberdaya berkualitas. Terutama Kopi, Teh, sayuran, dan aneka rempah. Bahkan, negara kita dinobatkan sebagai penghasil kopi dan teh terbaik di dunia. Restaurant dan café ini membeli bahan baku dari petani dengan harga murah lho. Sebagian malah beli dengan harga yang sangat murah. Tapi mereka jual dengan mark up harga yang masif banget.
Saya pernah ke perkebunan kopi Java Preanger di daerah Kamojang, Garut. Kopi disana sangat berkualitas dan disebut bercitarasa mendunia. Biji kopinya bagus sekali, termasuk jenis kopi arabika dari tanah Parahyangan. Harganya sekitar IDR 200.000/kg untuk pasar lokal, dan IDR 600.000/kg untuk pasar ekspor.
Selanjutnya, Kopi Gunung Puntang Jawa Barat menjadi juara dalam Specialty Coffee Association of America Expo di Atlanta, Amerika Serikat, 14-17 April 2016 (regional.Kompas.com, 2016). Harganya sekitar IDR 300.000/kg.
Nah, kalau dilihat dari sumberdaya, kita kaya banget kan? Negara kita boleh dibilang lumbung kopi. Tapi kenapa dijualnya sangat mahal sama café-café itu?
Baca juga: Menyesap Kopi Legendaris di Warung Kopi Purnama Alkateri
Well, kalau saya protes, dalilnya adalah “proses bikin kopinya” yang susah. Butuh ini itu dan sebagainya. Nyatanya, cold brew yang kita pesan di café seringkali adalah kopi yang sudah dimasukkan ke dalam kulkas cuy. Bukan cold brew asli yang proses bikinnya lama ituh. Nanti lah ya saya ngerumpi tentang aneka proses pembuatan kopi.
Makanya, jangan mau diperdaya dengan harga yang overpriced. Ngopi karena gaya? Memangnya gaya bisa diminum? Enggak lho.
Baca juga: Maison Bogerijen, Restaurant Legendaris di Jalan Braga
Kopi Jawa Yang Dibuat Dengan Cinta
Seperti yang banyak orang bilang, bahwa segala sesuatu yang dibuat dengan cinta akan selalu lebih enak. Lebih bermakna juga. Seperti secangkir kopi dan sepiring pisang goreng ini. Dibuat dengan penuh cinta oleh Bude saya, di kediamannya yang jauh dari hiruk pikuk ibukota.
Harganya?
Priceless.
Tak ternilai tentunya.
Lesson learned about lifestyle
Nyari uang nggak gampang guys. Sebagai orang ekonomi, saya selalu menghitung berapa value yang saya dapat kalau saya mengeluarkan uang. Karena sejatinya, kita selalu bisa membayar biaya hidup. Tapi bisa kewalahan kalau mengikuti gaya hidup. Maka bijaklah mengatur keuanganmu, karena hari esok butuh direncanakan dengan baik.
Kamu ingin bergaya saat ini, tapi credit cardmu sudah memenuhi batas limit. Kamu terlihat keren di mata orang lain, tapi nelangsa di batin. Sore nongkrong di café mahal, bayar dengan harga overpriced. Tapi malamnya kelaparan dan cuma makan indomie di kosan.
That’s not funny.
Add comment