Masih tentang cerita Work From Malang, saya mau kasih tahu ke kalian semua, lokasi vavorit saya ngadem selama di Malang. Loe Mien Toe Cafe. Iya, disini memang beneran adem meskipun nggak ada AC. Udaranya sejuk, segar, dan suasananya itu lho…tempo dulu diiringi gemericik air sungai Brantas. Terasa syahdu banget di telinga saya. Tanpa direcoki dengan bunyi musik yang berisik ala-ala cafe jaman now.
Konon katanya, sang pemilik tidak mau ada musik yang dinyalakan disini, supaya mahasiswa yang datang bisa belajar dengan tenang. Duuh…jadi pengen sungkem saya ke pemilik Loe Mien Toe Cafe.
Terkesima saat baru sampai di depan Pintu
Saya kesitu selepas jam makan siang, saat sudah selesai mengoreksi ujian mahasiswa. Waktu baru sampai, sebuah pintu merah dan dua patung singa menyambut saya. Cakepnyaa nggak ketulungan deh di mata saya. Pak Gojek yang mengantar saya bahkan mengaku, beliau baru pertama kali dapat orderan ke café ini. Mungkin cafenya memang tidak terlalu diminati anak muda yang suka berisik dan ramai ya. Seperti yang sudah saya sebutkan tadi, café ini adalah café tersyahdu yang pernah saya datangi.
Baca juga: Work From Anywhere: Malang!
baca juga: Kuliner Jadul Malang: Depot Hoklay
Saya tuh paling nggak suka sama café yang meskipun mewah, tapi pengunjungnya cewakwakan. Sungguh sangat mengganggu. No offense buat teman-teman yang suka, tapi saya lebih suka duduk di café yang tenang. Sambil baca buku, ngemil cantik, atau kegiatan santai lainnya. Kalau mau rame ya ke restoran fast food atau ke restaurant keluarga saja.
Hmm…apakah aku introvert?
*Langsung ditimpuk sohib gw.
Baca juga: Sejarah Het Snoephuis, a.k.a Sumber Hidangan Resto Bandung
Masuk Cafe seperti masuk ke galeri barang antik
Buat teman-teman yang sering baca tulisan saya, pasti kalian tahu kalau saya pecinta vintage, bangunan tua, dan barang-barang antik lainnya. Nah saat saya melewati pintu merah Loe Mien Toe cafe, saya serasa masuk surga!
Iya guys, ini beneran surga buat saya. Saya langsung foto-foto, saking sukanya sama semua isi dari Loe Mien Toe Cafe. Bodo amat deh diliatin sama mbak penjaga cafenya.
Saat saya datang, café dalam keadaan sepi. Baru buka sepertinya. Hanya ada mbak penjaga café yang cantik, dan dua orang laki-laki yang duduk di tepi jendela. Sepertinya keduanya sedang mengerjakan skripsi, karena saya dengar mereka membahas analisis data menggunakan Structural Equation Modelling. Duh apasih guee..nguping ya.
Anyway, gimana nggak bikin jatuh cinta coba kalau interiornya seperti ini?
Dududu….masuk surgaaa!!!
Baca juga: Makan di Rawon Brintik Malang
Menu di Loe Mien Toe Cafe Malang
Disini menunya sederhana sih. Bukan menu yang buat makan berat nampaknya. Adanya Mie goreng, kwetiau goreng, kopi, pisang goreng, wonton, dan aneka cemilan lainnya. Nggak rekomen buat kalian yang memang datang untuk makan berat ya guys.
Baca juga: Mengenal Maison Bogerijen, Braga Permai Bandung
Karena saya sudah makan siang, saya hanya memesan cemilan. Selanjutnya saya memilih duduk di ujung, di tepi jendela supaya saya bisa melihat betapa syahdunya sungai Brantas di bawah sana.
Kalau lihat bangunannya, ini mengingatkan saya pada sebuah resto vavorit saya di Bandung. Boemi Joglo. Bangunannya khas Jawa, dikelilingi oleh hutan bambu sehingga membuatnya adem.
Baca juga: Warung Rumah Merah Heritage Lasem
Café yang Adem dan kuno, identik dengan banyak hantunya?
Iya, menurut saya ini adem banget, dan saya serasa healing banget. Meskipun buat teman-teman saya yang indigo, mereka langsung ngeri ketika melihat saya pasang IGS dan juga foto di Instagram.
Kata teman saya, “Kamu tahu nggak, itu kamu duduk sebelahan sama penunggunya lho. Mbak-mbak cantik pakai baju hijau.”
Saya nanggapinnya, “Yaah…sayang dong aku pake baju biru. Ngga matching sama mbak penunggunya.”
Tapi menurut teman saya, penunggunya juga jin yang baik dan nggak gangguin. Menurut saya juga gitu. Di tempat ini saya betah banget nongkrong berjam-jam. Selama di Malang, saya berapa kali deh berkunjung kesini. Hampir setiap hari malah. Bahkan saya pernah nongkrong sampai 6 jam lamanya, sampe segala makanan dipesan hehe…
Inspirasi juga mengalir deras disini. Karena tempatnya setenang itu, seindah itu.
Baca juga: 5 kafe di Semarang dengan nuansa tempo dulu
Di Bandung ada nggak tempat seperti Loe Mien Toe Cafe?
Sayang banget deh di Bandung saya belum nemu tempat yang setenang ini. Di Boemi Joglo atau Roemah Kopi enak, tapi masih ada musik yang dinyalakan. Sedangkan saya lebih suka tempat yang beneran hening, supaya isi kepala bisa dikeluarkan secara maksimal.
Nah, buat kamu yang suka barang antik, suka vintage, oldiest, dan barang-barang kuno lainnya, rekomen banget datang ke Loe Mien Toe Cafe kalau kalian ke Malang. Ingat, excited boleh, cewakwakan jangan ya. Nanti kalian kelihatan norak soale. Lalu, jaga privasi dan ketenangan pengunjung lain juga. Karena mereka sedang belajar, mengerjakan tugas, atau bekerja.
Arum Silviani, Founder and Leader of Antasena Projects
Add comment