Saat mendengar ulasan di media tentang Studio Rosid Bandung, saya sudah tertarik. Studio ini memamerkan barang-barang seni tempo dulu, yang kini makin sulit ditemui. Saat saya kunjungi, ternyata tempat ini tak hanya memesona mata, tetapi juga memanjakan lidah.
Tentang Cafe di Bandung:
- Hafa Warehouse, Sensasi Ngopi di Bekas Gudang Senjata
- Nongkrong di Warung Kopi Purnama, Warung Kopi Sejak 1930an
- Het Snoephuis, Untuk kamu yang masih duduk setia
- Overpriced Coffee di Jakarta?
- Maison Bogerijen Resto yang sekarang jadi Braga Permai
- Rekomendasi Street Food Enak di Bandung
Lokasi dan Rute Menuju Studio Rosid
Studio Rosid terletak di Jl. Cigadung Raya Tengah No. 40, Bandung. Masuk ke kawasan dataran tinggi kota Bandung, atau dekat dengan kawasan Dago Pakar.
Jika kalian hendak kemari, kalian bisa lewat Jl. Cikutra, belok ke Cikondang, lalu ikuti jalan menuju Cigadung. Galeri Rosid terletak di sebelah kanan jalan.
Sedangkan jika kalian dari arah Dago, kalian bisa lewat Jl. Tubagus Ismail Raya, belok ke Jl. Cigadung. Lurus saja ke arah Cikondang/Cikutra. Galeri Rosid terletak di sebelah kiri jalan.
Tempat Ngopi tanpa Wifi
Jangan heran kalau kalian kemari, kalian tidak menangkap sinyal wifi, atau menemukan colokan listrik. Menurut Abah Rosid, sang pemilik, beliau memang sengaja menjadikan tempat ini sebagai tempat ngobrol, berkumpul, sambil menikmati hasil karya seni yang indah.
Jadi menurut saya, tempat ini kurang cocok untuk nugas/kerja.
Menu Kampung Sederhana di Warung Studio Rosid
Disini tak ada pasta. Tak ada pula steak. Hanya ada seblak, cireng, kopi hitam, teh manis, dan makanan sederhana khas Sunda. Oh iya, semua menu di Studio Rosid hanya camilan atau snack. Disini tidak menyediakan makanan berat.
Mungkin kembali kepada konsep yang dibuat pemiliknya, Abah Rosid. Bahwa tempat ini adalah tempat bersantai sambil duduk ngobrol. Bukan buat nugas, atau makan besar.
Saya memesan es kopi, teh manis, cireng bumbu rujak, tape goreng, dan seblak.
Harga cemilan disini berkisar antara 12 ribu hingga 18 ribu rupiah saja. Demikian pula minuman, tidak ada yang harganya diatas 25 ribu rupiah. Sangat ramah di kantong, bukan?
Rasa cemilan disini menurut saya juga enak dan otentik. Seblaknya terasa bumbu dan kencurnya. Cirengnya juga demikian. Bumbu Cirengnya enak. Lalu tape gorengnya manis sekali. Nikmat dimakan dengan kopi pahit.
Minumannya juga enak semua. Terlebih, karena harganya sangat terjangkau, jadi tambah enak rasanya. Hehehe…
Surganya Pecinta Vintage
Setelah ngopi dan ngemil, kalian bisa eksplore galeri Rosid. Terdapat 4 bangunan disini. Bangunan pertama berisi meja dan tempat makan yang terbuat dari kayu jati tua. Interiornya dipenuhi barang-barang tempo dulu seperti piring kuno, radio jadul, dll.
Bangunan kedua berupa galeri yang berisi banyak alat pertanian seperti alu, tampah, ani-ani untuk memanen padi, cangkul, dll.
Ternyata hal ini bukan tanpa alasan. Abah Rosid memang keturunan petani, yang ingin melestarikan pertanian tradisional khas tanah Sunda.
Bangunan ketiga berupa tempat makan berbentuk gazebo dari kayu tua. Ini adalah tempat vavorit saya, karena outdoor dan dikelilingi galeri yang estetik.
Lalu bangunan keempat, terletak di sebelah musholla. Ternyata ini adalah markas dari Abah Rosid. Kebetulan saat saya kesana, Abah Rosid mengajak saya untuk berkeliling di galerinya.
Bangunan keempat ini terdiri atas dua lantai. Lantai pertama digunakan untuk menyimpan lukisan yang sudah jadi. Sedangkan lantai dua digunakan sebagai workshop Abah Rosid dan timnya.
Dari Abah Rosid, saya baru tahu kalau semua lukisan di Studio Rosid dibuat dengan menggunakan pensil. Sungguh terbayang kerumitannya. Satu persatu, garis demi garis ditorehkan di atas kanvas. Hingga akhirnya tercipta mahakarya seperti ini.
“Saya melukis setiap guratan jalan hidup saya.”
Demikian kata Abah Rosid. Sebuah kalimat penutup yang cukup menggelitik di telinga.
Sejatinya, kita semua sedang melukis guratan hidup kita, dengan cara kita masing-masing.
Add comment