Cerita tentang Megapolitan Street Specialist

Megapolitan Street Specialist

Halo…ada kabar apa nih dari kalian? Semoga kalian baik dan sehat ya. Sehat raganya, juga sehat jiwanya.

Saya mau cerita. Beberapa waktu lalu saya lagi di Busway kan, terus ketemu oma-oma gitu. Beliau ceritanya mau tanya alamat, dan bagaimana naik transportasi publik kesana.

Sesungguhnya, saya tuh langsung bingung. Blank. Buat kalian yang kenal saya, pastinya tahu saya tuh tukang nyasar. Langganan nyasar. Saya nggak begitu bisa baca peta dengan baik dan benar. Apalagi ini Jakarta.

Kalau di Bandung sih, boleh dikatakan saya hafal jalan. Bukan karena peta, melainkan karena sering melaluinya. Juga bermodalkan GPS (Gunakan Penduduk Sekitar) dengan kata-kata “Akang/teteh, bade kadieu kamarana nya jalanna?”  

Lanjut. Yang bikin saya tambah gemetar adalah, oma itu pakai bahasa Belanda. Lalu mengeja alamatnya dengan ejaan Belanda.

Terus saya tanya kan, “Can you speak English?”

Lalu si omanya bilang, No. No English. Dan beliau melanjutkan dengan bahasa Belanda.

Seketika itu saya ngefreeze dulu. Berusaha menggapai-gapai ingatan aku sekitar dua puluh tahun lalu. Waktu pertama kali belajar Bahasa Belanda. Mengeja A, B, C, dan seterusnya.

Yang saya tangkap, beliau mengeja M, I Grek, Zee, dan seterusnya.

Untungnya saya masih ingat I Grek itu huruf Y (Terima kasih ya otak, kamu masih menganggap I-Grek itu penting, dan nggak membuangnya dari memori saya).

Lalu saya mengetikkannya ke dalam google maps.

Namun setelah itu, saya mau nangis rasanya. Ternyata alamatnya terletak di perumahan yang banyak bloknya gitu.

Saya bingung jelasin ke Omanya, nanti pas dia turun dari bus, itu harus belok kanan atau belok kiri. Sedangkan saya nggak paham saat ini kami sedang ada di barat, timur, utara, atau selatan. Kalian bisa ngerti nggak gimana perasaan saya?

Buat saya yang nggak mahir spasial, hal ini sungguh membingungkan. Apalagi ditambah mikir, kalau ke alamat tersebut naik transportasi publik apa.

Akhirnya saya bilang ke si oma, kalau sudah di halte nanti, tanya ke orang yang berseragam Hijau saja (Grab/Gojek).

Iya, dari situ saya akhirnya paham, sepaham-pahamnya soal hadist yang mengatakan, serahkan urusan pada ahlinya. Lalu kemudian saya punya ide buat menamakan profesi baru untuk Babang Ojol, kalau mau pamer di LinkedIn: Megapolitan Street Specialist.

Post Terkait:

Arum Silviani

Lecturer, Travel Blogger and Founder of Antasena Projects

Add comment

AdBlocker Message

Our website is made possible by displaying online advertisements to our visitors. Please consider supporting us by disabling your ad blocker.

AdBlocker Message

Our website is made possible by displaying online advertisements to our visitors. Please consider supporting us by disabling your ad blocker.

Follow us

Don't be shy, get in touch. We love meeting interesting people and making new friends.