Wisata dan Makan Enak Seharian di Pekalongan
Perjalanan ini bermula dari rasa kangen saya kepada sahabat saya, Lola Mimanda Lubis yang kini ditugaskan di kota Pekalongan. Setelah 15 tahun bersahabat dan nyaris nggak pernah jauhan kota tempat tinggal, tiba-tiba jauh begini rasanya tuh wow banget. Biasa ada yang nemenin kemana-mana, kulineran malam keliling Bandung, eeh…tiba-tiba jauh aja gitu. Makanya, saya bela-belain deh naik pesawat ke Semarang, terus lanjut naik kereta ke Pekalongan. Niat banget ya? Soalnya kalau naik kereta sendirian dari Bandung-Pekalongan atau Jakarta-Pekalongan, agak-agak boring gimanaa gitu.
Baca juga: Review Kereta Api Kaligung, Semarang-Pekalongan
Perjalanan dari Semarang ke Pekalongan
Saya berangkat dari Semarang jam 6.20 WIB (sekarang jam 6.40 WIB keberangkatan paling pagi dari Semarang ke Pekalongan), melalui stasiun Semarang Poncol. Sampai di Pekalongan 1 jam 22 menit kemudian. Sudah dijemput sama sahabat saya tercinta, Lola.
Pertama, tentunya kami foto-foto dong ya di stasiun Pekalongan. Stasiunnya bersih, dan saat saya turun dari kereta, disambut dengan lagu gending Jawa yang khas. Jadi seperti pulang ke kampung halaman.
1. Rumah Makan Puas
Berhubung hari masih pagi, kami berdua belum sarapan. Makanya, Awa (panggil saja Awa lah ya, panggilan kesayangan buat Lola) ngajakin saya sarapan. Nah, kalau urusan makan, saya sih 100% pasrah deh sama Awa. Dia selalu tahu tempat makan yang nyaman dan enak, dan pastinya, setelah 15 tahun bersahabat tentunya Awa juga paham makanan apa yang jadi kesukaan saya.
Awa membawa saya ke rumah makan PUAS. Rumah makan ini terletak di kawasan kampung Arab Pekalongan. Tepatnya di Jl. Surabaya No. 32, Sugihwaras, Pekalongan Timur. Karena saya pecinta bangunan jadul, saat memasuki kawasan ini saya pun langsung suka. Suka banget malahan. Bangunan di sekeliling rumah makan ini tertata cantik meskipun sudah usang. Bersih pula.
Nah, kalau rumah makan PUAS sendiri memang spesialisasi menunya adalah Nasi Kebuli. Berdiri sejak tahun 1970, dan masih eksis banget sampai sekarang. Rumah makan ini buka dari jam 08.00 – 22.00. Menu andalannya memang Nasi Kebuli. Selain itu ada aneka nasi seperti nasi tomat, nasi campur, nasi megono, nasi gulai, dan lain sebagainya. Kalau saya sendiri, penasaran dengan nasi megono dan sayur asem. Oleh karenanya, saya memesan kedua menu tersebut, ditemani dengan segelas teh manis panas dan seorang sahabat seperjuangan.
Mencicipi Nasi Megono
Nasi Megono adalah nasi khas Pekalongan atau daerah Pantura. Nasi ini diberikan nangka muda yang dicacah/dicincang, dicampur parutan kelapa dan aneka bumbu rempah yang menggoda selera. Rasanya? Enak sekali. Ini mirip dengan menu yang sering mama saya buat dirumah. Nangka muda yang dicacah. Hanya saja, cacahan nangka muda pada nasi megono jauh lebih halus dibandingkan dengan masakan mama saya. Beda daerah kali ya.
Sedangkan sayur asemnya, sangat berbeda dengan sayur asem pada umumnya. Rasanya pun agak berbeda. Jadi saya nggak ngerti sebenarnya ini sayur asem jenis apa.
Nah, buat anda yang mau tahu menu apa saja yang disediakan di Rumah Makan Puas, ini dia yang saya sempat potret.
2. Museum Batik Pekalongan
Sebagai pecinta batik, tentunya museum batik Pekalongan ini menjadi salah satu tempat incaran saya. Museum ini terletak tak jauh dari Rumah Makan Puas. Tepatnya di depan Alun-alun Kota Pekalongan. Karena Awa harus menemui kliennya, saya jalan sendiri ke museum ini. Hanya perlu Rp3000 rupiah saja buat naik Gojek dari Rumah Makan Puas ke Museum Batik Pekalongan (FYI, di Pekalongan sudah ada Gojek lho. Sangat memudahkan buat kita yang mau jalan-jalan keliling kota).
Saya eksplore dulu alun-alun Pekalongan, dengan tulisan BATIK di tengah alun-alun ini. Karena hari Jumat, maka Museum tutup jam 11.00 WIB, dan buka kembali jam 14.00 WIB.
Di Museum Batik ini, kalian bisa melihat koleksi Batik dari tanah Jawa, khususnya daerah Pantura (Cirebon, Indramayu, Pekalongan, Pemalang). Mulai dari batik klasik hingga batik modern, terpampang disini. Terus lagi, sebagai bonusnya kita bisa belajar membatik di sisi belakang Museum. Gratis lhoo…
Biaya masuk Museum Batik Pekalongan
Untuk dapat mengeksplore museum ini, kita hanya perlu membayar biaya masuk Rp5.000/orang. Boleh eksplore sepuasnya, foto sepuasnya juga.
3. Mie Ayam Kampung
Sayangnya, saya lupa namanya. Mie ayam ini terletak di tengah perkampungan dan pemukiman warga. Tepatnya di depan sebuah pusat fitness. Rasanya lumayan enak dan harganya pun terjangkau. Selain itu, tempatnya juga nyaman buat makan, alias nggak banyak debu kendaraan bermotor. Harga per porsi Rp10.000.
4. Pusat Grosir Batik Setono
Nah ini dia salah satu yang dinanti. Tak lengkap rasanya jika kita ke Pekalongan, namun tidak membeli batik sebagai buah tangan. Pusat Grosir Setono terletak sekitar 5km dari pusat kota Pekalongan. Disini, banyak kios pedagang batik yang menyediakan batik khas Pekalongan. Mulai dari batik Print hingga batik Tulis.
Tapi, menurut saya lebih banyak batik Print disini. Alias kain bermotif batik. Jujur, saya sendiri nggak terlalu suka ya. Motifnya pun kebanyakan modern. Beda dengan selera saya yang lebih menyukai batik bermotif klasik. Terus juga, setelah saya berkeliling, ternyata nggak banyak toko yang menjual batik khas Pekalongan. Malah kalau menurut saya, disini batiknya nggak beda jauh dengan kios di Pasar Baru Bandung. Begitupula dengan harganya. Dalam hati saya sempat membenak, “Katanya pusat grosir batik, kok harganya mahal?” dengan kualitas juga yang so-so saja (Kalau untuk urusan batik insyaAllah saya paham banget lah ya). Solo masih nggak tergantikan deh soal kualitas batik dan kain batiknya.
Bahkan ada seorang pemilik toko di Pusat Grosir ini yang bilang ke saya, “Kualitas batik Print dengan Batik Tulis itu nggak beda. Sama bagusnya.”
OH NO!
Kata-kata itu melukai saya banget sebagai pecinta batik yang menghargai seni juga warisan budaya tak benda ini. Harusnya sebagai pedagang batik pantang lho ngomong gitu. Yang membedakan kita dengan bangsa lain kan karena the process of making batik-nya. Bukan motif sudah jadinya. Biar bagaimanapun tetap saja batik tulis dan kain bermotif batik itu BEDA TOTAL!
So, saya nggak minat sama sekali ketika dia ini menawarkan batik ke saya. Langsung saya tinggal pergi (Sensi mode on).
Toko di Sudut Pusat Grosir Setono
Sampai akhirnya masuk waktu maghrib, toko-toko pun siap untuk tutup. Finally saya dan Awa ketemu toko di sudut Pusat Grosir Setono. Sayangnya saya lupa namanya. Disini menjual Batik Cap dengan motif klasik dan nggak pasaran. Dengan harga terjangkau pula. Wow banget lah pokoknya. Mulai dari kemeja batik, daster, dan tentunya, kain batik yang menawan motifnya. Karena saya lebih suka menjahit dan mendesain sendiri daripada membeli baju batik yang sudah jadi.
Harga Batik di Pusat Grosir Setono
Harga batik cap di kisaran Rp65.000-125.000/lembarnya (hasil nego kenceng karena beli banyak). Kain daster kisaran harga Rp30.000-70.000 tergantung kualitas bahan. Kemeja pria kisaran Rp35.000-Rp200.000.
Saya membeli daster untuk oleh-oleh, juga kemeja buat bapak dan adik laki-laki saya. Sedangkan saat mau membayar kain batik, eh ternyata sudah dibayar sama Awa. Hadiah ulang tahun katanya. Thank you so much my bestfriend. You know exactly what I like and what I loved.
Hari sudah petang, saatnya kembali ke rumah Awa di Kajen. Sekitar 25km dari Pusat Grosir Setono. Awa nih sengaja banget nyari rumah jauh dari Kota Pekalongan, dengan suhu yang sedikit mirip dengan di Bandung. Sejuk, udaranya segar, masih alami, dan jauh dari hiruk pikuk kota.
Mungkin dalam waktu dekat ini saya akan kembali menyambangi Awa. Bertukar cerita dan menikmati pantai-pantai cantik di Pekalongan.
Ah, sahabat seperjuangan memang tak pernah bosan untuk diajak berbagi cerita. Kalau kalian, gimana?
Baca juga petualangan lainnya:
Traveling Murah ke Semarang ala Hijab Flashpacker
Pekalongan nggak bakalan habis dieksplore seharian ya Mba arum.
Yuuk kapan-kapan meet up, kita makan mie so dengkil yang hits di Pekalongan, kemudian ke sekoteng pak woh yang seger.
Iyaa…masih banyak penasarannya nih sama Pekalongan. Makanannya enak2, terus kota nya juga masih sepi. Mbak tinggal disana kah?