Rute menuju Geopark Ciletuh Sukabumi
Perjalanan ke Geopark Ciletuh Sukabumi saya lakukan sudah agak lama, tepatnya sekitar bulan April 2018. Kebiasaan ya, baru sempat saya menuliskannya. Tapi karena belum ganti tahun, kayaknya belum terlalu basi kok kalau kita bahas. Oleh karena itu, saya bakal ulas mulai dari rute menuju Geopark Ciletuh, penginapan di Geopark Ciletuh, pantai pasir putihnya, air terjunnya, dan keseruan saat mengeksplorenya.
So anyway, saya perginya barengan dengan Sahabat IDC. Sekitar 20 orang deh kalau nggak salah. Meeting point di Plaza Semanggi hari Jumat sekitar jam 21.30 WIB. Mobil yang kami tumpangi adalah jenis Elf panjang seperti di gambar. Malam itu, sekitar 4-6 mobil berangkat menuju tujuan yang berbeda. Ada yang ke Ujung Genteng, Sawarna, Pelabuhan Ratu, dan Geopark Ciletuh.
Drama dimulai
Diawali dengan do’a, kami pun berangkat menembus macetnya kota Jakarta. Menurut Kang Idris, operator wisata kami di Ciletuh, perjalanan dari Jakarta ke penginapan akan ditempuh dalam waktu kurang lebih 7-8 jam. Tapinya…saat itu kami hampir 12 jam dong. Drama meletusnya ban mobil di tengah kampung antah berantah dini hari, ditambah dengan supir yang (masyaAllah) rewel banget bebeb…melengkapi cerita kami. Kenapa coba? Nih supir panikan, gampang ngambek, emosian, plus nggak tahu jalan! Saya nggak ngerti lagi deh kenapa dia begitu.
Hujan deras menyambut kami di Ciletuh. Janjian ketemu sama Kang Idris di depan BRI Ciemas. Kondisi sudah lelah semua, baik hati dan hayat. *salahin driver baper hahaha…hingga akhirnya jam 9.30 kami sampai di homestay. Bangunannya unik. Semacam rumah panggung yang terbuat dari kayu dan berdinding anyaman bambu. Suhu juga tak jauh berbeda dengan di Bandung sehingga kami merasa sejuk dan betah. Setelah sarapan nasi goreng, kami semua bersiap berangkat. Namun karena hujan tak kunjung reda, maka kami menunda keberangkatan hingga selepas shalat dzuhur.
Curug Sodong
Boleh dibilang, ini pertama kalinya saya melihat Curug dengan debit air sedemikian derasnya. Karena hujan, material tanah pun turut terbawa sehingga menyebabkan warna air curug menjadi coklat. Hempasan airnya begitu kuat. Membuat tampias meskipun kami baru turun dari mobil.
Sebenarnya ada 2 air terjun di kawasan Curug Sodong. Semacam curug bertingkat. Unik memang. Namun curug yang di bawah lebih besar debit airnya dibandingkan dengan yang di atas.
Pantai Pasir Putih Geopark Ciletuh Sukabumi
Ternyata, di kawasan Geopark Ciletuh juga terdapat pantai. Cukup cantik pantainya. Namun karena hujan deras, kami pun tak bisa berlama-lama di pantai tersebut. Langsung menuju destinasi selanjutnya.
Curug Cimarinjung
Destinasi kedua yang kami sambangi adalah Curug Cimarinjung. Tak kalah besar dengan Curug Sodong, hempasan air disini juga sungguh luar biasa. Bedanya, kita harus melalui celah sempit dulu sebelum sampai di Curug utamanya.
Saat saya melihat foto di instagram soal Curug Cimarinjung, hampir semua orang berpose di batu yang terletak di tengah curug. Namun dengan kondisi hujan lebat seperti saat kami datang, tak mungkin kami bisa berpose seperti itu. Maksimal ya begini.
Puncak Darma, Negeri di Atas Awan
Saya beruntung bisa melihat pemandangan Geopark Ciletuh sebelum Puncak Darma diselimuti kabut. Sangat indah. Sejauh mata memandang, kita dapat menikmati jalanan yang berkelok mengikuti kontur tanah. Siapapun yang dari generasi saya, pasti langsung teringat lagunya Katon Bagaskara ketika melihat semua ini.
“Kau mainkan untukku, sebuah lagu, tentang negeri di awan…dimana kedamaian, menjadi istananya dan kini tengah kau bawa aku menuju kesana..”
Oh iya, yang bawa saya ke Puncak Darma adalah mamang ojek dari Curug Cimarinjung. Jalan aspal yang berlubang dan memiliki banyak tanjakan tajam tak memungkinkan mobil kami untuk naik ke atas sehingga Kang Idris merekomendasikan untuk naik motor saja. Sayang, baru sekitar 10 menit menikmati pemandangan dari Puncak Darma, hujan deras turun dengan dahsyatnya. Kami berlarian ke kantor Siskamling untuk berteduh. Beberapa diantara kami masih ada yang nekat menembus hujan demi sebuah foto yang instagramable. Tapi saya, memilih duduk anteng sambil bercengkrama dengan Sahabat IDC hingga petang datang.
Listrik Mati di Ciletuh
Malam hari setelah pulang dari Puncak Darma, kami disuguhi makan malam yang nikmat sekali. Masakan kampung buatan warga sekitar. Lengkap dengan candle light dinner karena di Ciletuh sendiri kondisi listrik belum stabil. Homestay yang kami tempati mengoperasikan gensetnya hingga larut malam demi bisa memberikan penerangan. Konsekuensinya, telinga pun terasa bising karena suara genset.
Hari kedua
Curug Awang
Destinasi hari kedua memang yang dekat dari penginapan. Pagi hari kami menuju Curug Awang. Sebuah air terjun duplikatnya Niagara Waterfalls di USA sana. Ini menurut saya lho ya. Soalnya tebingnya sungguh menakjubkan. Jangan ditanya soal betapa keras hempasan airnya. Dari semua Air terjun yang telah kami kunjungi di hari sebelumnya, Curug Awang juaranya.
Jalan menuju kesini hanya berupa tanah dikeraskan dan berbatu tajam. Persis seperti saat saya traveling ke Cianjur Selatan 10 tahun lalu. Setelah sampai di tanah datar, perjalanan tak berhenti sampai disitu. Kita harus menuruni tebing yang cukup terjal. Salah perhitungan sedikit, kita bisa terpeleset ke jurang. Apalagi saat itu sedang musim hujan. Jalan licin dan becek mengharuskan kita ekstra hati-hati.
Inilah Curug Awang.
Amphitheatre Panenjoan Geopark Ciletuh Sukabumi
Disebut amphitheatre karena memang kita bisa melihat pertunjukan live buatan Sang Maha Pencipta. Hamparan tanah di bawah sana tak hanya mengundang decak kagum, tapi juga rasa syukur karena sudah dilahirkan di Indonesia. Sekitar 2 minggu setelah kami berkunjung kemari, Geopark Ciletuh resmi dinobatkan sebagai salah satu keajaiban dunia oleh UNESCO.
Museum Konservasi Arboretum Ciletuh
Tempat ini berseberangan dengan Amhitheatre Panenjoan Ciletuh. Sebuah museum yang berisi contoh bebatuan yang terdapat di Geopark. Selain itu, disini juga dipajang benda bersejarah dan koleksi kupu-kupu langka. Tak ketinggalan, hasil kerajinan dan pertanian Ciletuh serta alat masak tradisional yang masih digunakan warga hingga saat ini.
Tak terasa, waktu berlalu demikian cepatnya. Masih banyak sekali destinasi yang belum kami kunjungi Geopark Ciletuh. Sayang kami harus menyudahinya sampai disini.
Memang benar adanya, alam Jawa Barat diciptakan saat Tuhan sedang tersenyum. Konturnya menakjubkan. Bebatuannya indah, juga alamnya mempesona. Semoga ada kesempatan kembali lagi ke Ciletuh untuk jangka waktu yang lebih lama. Sehingga bisa puas menikmati keajaiban dunia.
Rute menuju Geopark Ciletuh: How to get there
Jika anda berminat mencari penginapan geopark ciletuh, juga dipandu untuk mengetahui rute geopark ciletuh, jangan ragu untuk menghubungi operator disana. Saya merekomendasikan Kang Idris yang ramah kepada anda (0857-9870-5361).
IG: @visitciletuhgeopark. Harga paketnya dimulai dari Rp400.000/orang belum termasuk transport (meeting point di Ciletuh). Jika dari Jakarta, sekitar Rp600.000/orang. Sudah termasuk transportasi dan makan 5x (Share Cost Sahabat IDC).
Kalau anda tetap ingin update status di tempat ini, sebaiknya anda membawa kartu provider indosat atau simpati. Karena selain provider tersebut, sinyalnya lemot (Nggak bisa internetan). Again, this is not promotion, hanya ingin menginformasikan kepada anda.
Tips & Trik:
- Pada saat musim hujan, jangan lupa bawa jas hujan dan payung karena di tempat ini hujan bisa turun sepanjang hari.
- Sediakan senter, karena listrik sering padam di malam hari.
- Hati-hati dengan lensa kamera jika sedang berada di Curug. Hempasan air yang dahsyat bisa saja merusak kamera anda.
- Pakailah alas kaki yang nyaman seperti sandal gunung atau sandal jepit untuk menghindari terpeleset.
- Bersikaplah yang ramah terhadap warga sekitar, juru kunci, juga pemilik homestay.
- Jika anda bawa mobil sendiri, sediakan ban serep. Karena jalur menuju tempat ini terbilang ekstrim.
- Bawa snack dan makanan yang banyak, karena di jalan dari Jakarta menuju Ciletuh tidak banyak penjual makanan.
- Jangan buang sampah sembarangan, nanti kualat.
Kurang lebih segitu dulu review Geopark Ciletuh Sukabumi. Semoga membantu dan memudahkan anda untuk mengeksplore taman batu tertua di dunia.
Post terkait:
Add comment