Lama nih saya nggak upload blog. Lagi sok sibuk ceritanya (baca: males ngedit foto dan memisahkan file hasil jalan-jalan). Tapi boleh lah ya sekali-kali saya posting yang nggak berhubungan sama traveling. Sebuah pandangan hidup. Falsafah hidup kita sebagai manusia ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Serangkaian kata mutiara semangat hidup manusia.
Asyeek…berat banget kan?
Nggak. Nggak. Nggak diterusin deh falsafahnya. Kita bahas yang ringan saja, sekedar sharing. Sinau bareng, istilah orang Jawa-nya. Nuwun sewu lho buat kalian yang nggak ngerti bahasa Jawa.
Disini semua berawal
Suatu hari yang mendung, kami menuju sebuah Gunung yang dahulu pernah meletus, dan letusannya sangat dahsyat mengguncang Pulau Jawa. Terletak di wilayah Jawa Barat, tak terlalu jauh dari Kota Bandung. Mungkin hanya sekitar 117 kilometer saja. Dapat ditempuh dengan 3-4 jam perjalanan.
Tempatnya syahdu, tenang, jauh pula dari kebisingan.
Saya bersama sahabat terdekat pastinya, menikmati perjalanan. Menumpang minibus yang membawa kami ke kaki Gunung.
Saya duduk di kursi tengah bersama dua orang teman. Sedangkan dua orang lainnya duduk kursi belakang saya. Dan satu orang lagi duduk di kursi depan, bersama supir yang mengantar kami.
Sepanjang perjalanan, mereka yang duduk di belakang saya sibuk mengunyah, memamah biak, sambil menikmati aneka cemilan ber-mecin yang menambah sedap suasana.
Buat kalian generasi milenial yang tak kenal mecin, cobalah beli Chitato, Lays, Basreng, kerupuk seblak, dan teman-temannya. Disitulah mecin-mecin berkeliaran, siap untuk menggoyang lidah tanpa ampun. Memberikan efek addicted yang memungkinkan gigi-geligi kita beradu untuk menghancurkan apa saja yang masuk ke mulut, yang telah terbalut mecin. Bahkan jika masih belum rela, jari tangan pun tak luput dari lumatan sang lidah. Sayang jika mecin terbuang begitu saja.
The Things that Good Outside but Rotten Inside
Anyway, selagi memamah biak, kami pun saling bersahutan. Mereka serentak mengolok saya, yang ternyata masih bisa tertipu oleh “The things that Good outside but rotten inside.”
I’m so sorry I can’t tell you what it was, but I just want to talk to you, that all the things in this world maybe not perfect. Because I know so well there is no “things” perfect in this whole world. But even if that things not perfect, at least it’s not fake. Which can deceived other people until they totally uncomfortable.
Nggak asik kan, kalau kita melihat sesuatu yang bagus luarnya, menyangka hal itu baik karena yaa…kita lihat bagus aja gitu. Bikin kita high expectation. Taunya, dalamnya bobrok dan semua palsu. Kan ngezonk jadinya.
Kayak kalau kamu beli barang, packagingnya bagus. Terbalut rapi, wangi, dan indah dipandang mata. Taunya saat kemasannya dibuka, kulitnya dilucuti, isinya busuk semua. Barangnya nggak mutu dan sudah hancur. Sulit untuk dilihat apa yang masih bermanfaat untuk kita. Duh, untung alam nggak pernah begitu sama kita.
Alam berlaku seperti persepsi kita padanya
Ketika kita ke suatu tempat, meskipun orang lain bilang itu biasa, tempat tersebut nggak ada apa-apanya, tapi kalau yang namanya alam, pasti memberikan suasana dan vibe yang berbeda. Boleh jadi karena kita berbaik sangka pada Tuhan, maka Dia mengizinkan kita untuk menikmati ciptaanNya secara sempurna. Dimana orang lain tidak dapat melihat keindahannya, seperti saat kita melihatnya.
Alam berlaku seperti bagaimana kita mempersepsikannya. Alam akan menyuguhkan kecantikannya asalkan kita percaya pada penciptaNya, bahwa akan selalu ada keindahan dan kesempurnaan pada setiap penciptaan sang Maha Pencipta. Karena sesungguhnya Tuhan itu indah dan mencintai keindahan. Tuhan itu indah dan menciptakan keindahan.
Karunia Tuhan seringkali terlalu besar, hingga tak terlihat oleh mata
Kadangkala manusia perlu diberikan pelajaran oleh Tuhan, untuk mengenal keburukan. Agar dirinya memaknai apa itu kebaikan. Manusia diajarkan Tuhan untuk mengenal yang paling payah dan tak berguna dalam hidupnya, agar ia senantiasa bersyukur dan berkaca. Betapa nikmat Tuhan selama ini begitu besar. Saking besarnya, seringkali ia tak dapat melihatnya.
Contoh saja ya, jika kita berdiri di sebuah gedung yang sangat besar dan tinggi sekali. Sanggupkah kita melihat gedung itu secara keseluruhan? Boleh jadi kau hanya dapat melihat pintunya saja. Atau boleh jadi, kita hanya bisa melihat lantainya. Atau bahkan, jikalau terlalu besar, kita tak dapat melihat apa-apa, kecuali diri kita sendiri.
Lewat Ilmu Tuhan memampukan manusia
Perumpamaan karunia Tuhan kurang lebih demikian. Teramat sangat banyak dan besar, sehingga kita nggak bisa hitung, atau bahkan nggak bisa lihat. Makanya kita sering nggak bersyukur kalau memang nggak berusaha untuk sadar, bahwa sejatinya kita ini bukan siapa-siapa. Nggak bisa apa-apa, dan tak mampu apa-apa jika bukan karena Yang Maha Kuasa memampukan kita.
Kesadaran ini tentunya tidak didapat begitu saja. Kalau nggak mau jadi jenis dan golongan Good Outside but Rotten Inside, kita harus berilmu. Untuk bisa berilmu kita harus berlajar. Sedangkan untuk sanggup belajar, kita harus bersabar. Karena “Bila kau tak tahan lelahnya belajar, maka kau harus menahan perihnya kebodohan”.
Demikian wasiat Imam Syafii.
Akar yang kokoh akan menghasilkan pohon yang kuat
Pepatah bilang, “Jika Kau ingin menjadi pohon yang kokoh, maka kau harus menancapkan akar lebih dalam ke bumi.”
Saya mengartikan bahwa, jika kita ingin menjadi orang yang hebat, jangan asal bunyi. Jangan asal bertindak. Jangan pula memberikan kepalsuan dan kebohongan ke depan orang lain. Karena kunci untuk menjadi orang hebat dan berhasil adalah lebih membumi.
Orang hebat tahu betul bahwa sesuatu yang teronggok di atas bumi akan mudah sekali tersapu angin. Mudah pula tersingkirkan oleh makhluk lain. Namun jika ia tertancap kuat ke bumi, bumi akan melindunginya dari hempasan angin dan badai. Setidaknya, jika dahannya rapuh dan hancur, akarnya tetap ada dan akan menumbuhkan tunas baru.
Berjalanlah ke depan. Bersama-sama jika bisa. Karena dengan demikian, kita akan saling mengingatkan. Saling belajar. Saling peduli satu sama lain.
Penasaran sama lokasinya?
Tunggu postingan saya berikutnya ya 🙂
Add comment