Hai, kalian apa kabar? Semoga selalu sehat ya…jadi sebelum nulis ini, saya tuh lagi sakit pinggang sebenernya dalam perjalanan menuju bandung. Tapi anehnya, saat baru sampai ke Jalan Ganesha, sakit pinggang saya hilang sama sekali. Tak bebekas.
Ternyata benar kata teman saya Bhekti, bahwasanya sakit pinggang itu butuhnya healing. Bukan obat-obatan. Salah satunya adalah dekat dengan alam. Grounding. Lalu Asri, sahabat saya yang lain, mengajak kami healing ke area Dago Giri. Tepatnya di Pagerwangi Dome, sebuah camping ground di Bandung yang direkomendasikan oleh salah satu anggota Wanadri.
Apa itu Wanadri?
Wanadri adalah perhimpunan pecinta rimba (wana) dan gunung (adri) yang sangat legendaris. Sebuah organisasi pecinta alam yang berkedudukan di Bandung dan didirikan pada tahun 1964. Sudah lama banget kan?
Perjalanan Menuju Bandung
Jumat siang, dari BSD saya naik Shuttle Aragon, tujuan Dipati Ukur. Perjalanan kurang lebih ditempuh selama 3 jam tanpa berhenti di Rest Area.
Saya bisa kabur karena selama 2 minggu ke depan, mahasiswa sedang dalam periode ujian tengah semester. Sehingga saya bisa pergi agak lama. Selain itu, saya juga harus mengisi seminar Entrepreneurship di Politeknik Pajajaran Bandung.
Sebuah janji lama yang akhirnya tiba masanya. Juga tentunya, ketemu dengan sahabat-sahabat saya dong ya….
Begitu masuk Bandung, saya disambut oleh rintik gerimis.
Dalam hati saya berdoa, semoga hujannya tidak sedahsyat di BSD, pikir saya. Karena sehari sebelumnya BSD, Ciledug, Gading Serpong, dan sekitarnya dilanda Badai. Banyak pohon tumbang dan menghambat lalu lintas. Tidak sedikit pula rumah warga yang jadi korban angin puting beliung.
So anyway, saya berharap di Bandung cuaca akan bagus. Bismillah…
Baca juga: Review Shuttle Bandung BSD
Bandung di Jumat Menjelang Sore
Gerimis berhenti saat saya memasuki kompleks ITB di Jalan Ganesha. Bunga Tabebuya ungu bermekaran di Gerbang Ganesha 10, yang sejak dulu hingga kini, tak memiliki perubahan yang berarti. Setiap melalui jalan ini, saya selalu merasakan kenangan yang kembali menyeruak dalam dada.


Jalan Ganesha menjadi saksi saya menapaki dunia baru setelah lulus kuliah. Sehingga setiap melewatinya, DNA saya selalu berkata,
“Arum, kamu pulang!”
Efeknya seperti yang saya bilang tadi, sakit pinggang saya tiba-tiba hilang.
Saya pun bingung, kenapa saya bisa terkena psikosomatis seperti ini? Apakah karena saya mulai menua?
Kalian pernah merasakan gitu nggak?
Menepi Sejenak di Jalan Dipati Ukur
Ternyata rintik gerimis yang tadinya hanya berupa titik, menjadi hujan deras saat saya sampai di Jalan Dipati Ukur. Kondisi seperti ini tidak memungkinkan saya untuk lanjut jalan. Akhirnya saya numpang istirahat sebentar di ruang tunggu Pool Aragon.
Sekitar 15 menit menunggu, hujan sedikit mereda. Saya sempatkan untuk membeli rujak dan pentol yang sempat viral di Tiktok beberapa waktu lalu. Lokasinya di seberang Pool Aragon, tepatnya di pelataran Richeese Factory.
Rasa jajanan disini lumayan enak, dengan harga sangat terjangkau tentunya karena ini area kampus. Ada beberapa kampus dekat sini yaitu Unikom, STHB, dan Universitas Padjadjaran.
Singgah di Dapur Eyang
Setelah puas jajan, saya order ojek online, dengan tujuan Dapur Eyang Resto di Jl. Tubagus Ismail. Sebenarnya jaraknya hanya sekitar 700 meter. Mungkin hanya sekitar 7 menit kalau berjalan kaki. Tapi karena saya bawa barang, lebih nyaman naik ojek online. Perjalanannya pun hanya 3 menit saja.
Sesampainya di Dapur Eyang, saya memilih untuk duduk menghadap taman belakang resto ini, lalu memesan makanan kepada pelayan resto.


Saya tak perlu buka buku menu di resto yang sudah sangat sering saya kunjungi, mungkin selama 13 tahun belakangan. Menunya sudah saya hafal.
Saya pesan nasi capcay dan teh tawar panas juga sebotol air mineral. Sebenarnya, signature dish resto ini adalah nasi cikur dan bebek goreng kremes. Rasanya enak dan gurih. Porsinya juga banyak.
Hanya saja, saya paling suka nasi capcaynya. Enak sekali. Sayurannya segar, dilengkapi dengan jamur dan ayam. Ada telur dadar juga yang disajikan di atas nasi. Porsinya sangat pas untuk saya. Tidak terlalu kenyang, sehingga masih menyisakan ruang untuk saya pesan cemilan seperti pisang goreng, atau tahu cabe garam.
Setiap makan nasi capcay di Dapur Eyang, saya selalu merasa pulang kerumah.
Kalian punya tempat yang begitu nggak? Tempat yang ketika kalian datang, kalian merasa pulang?
Add comment