Sebelumnya saya cerita tentang perjalanan menuju Bandung. Sekarang saya mau cerita ke kalian perjalanan menuju Pagerwangi Dome Camping Ground Bandung, yang tersembunyi di balik Bukit Dago Giri.
- Camping Ceria di Pagerwangi Dome, Camping Ground Tersembunyi di Dago Giri
- Perjalanan Menuju Bandung: Healing, Eat, Pray, and Working
- Yang Kamu Punya Sudah Cukup
- Sebuah Cerita Dari Cikini
- Review Kedai Seni Djakarte, Restaurant bernuansa Kolonial di Kota Tua Jakarta
Mampir ke Politeknik Manufaktur Bandung
Jam 17.00, saya melanjutkan perjalanan ke Politeknik Manufaktur Bandung. Sahabat-sahabat saya kerja disitu. Rencananya, saya akan camping bersama Bhekti, Mbak Deasy, Teh Iva, dan Mas Yudi. Sedangkan Asri, menyusul setelah pekerjaannya selesai.

Kami ngobrol sebentar di Polman sambil makan pentol yang saya bawa, lalu saya menitipkan laptop di loker Mbak Deasy. Tidak mungkin bukan, laptopnya saya bawa ke lokasi camping?
Setelahnya, Bhekti pesan Grab Car XL untuk kami menuju camping ground yang berjarak hanya sekitar 5,7 km.
Kenapa nggak bawa mobil sendiri?
Jujur, nyali kami tidak sebesar itu untuk mengarungi jalur Dago Giri. Dan ternyata kekhawatiran kami benar!
Meskipun sudah sangat sering melewati Jalan Dago Giri, kali ini kami dapat kejutan luar biasa.
Jalur Menuju Pagerwangi Dome via Dago Giri
Perjalanan masih nyaman ketika kami lewat Dago Giri. Namun demikian, mulai menantang ketika kami belok ke arah Villa Salse. Tikungan sekaligus turunan curam menyapa kami tanpa ampun.
Kondisi diperparah dengan tidak adanya penerangan jalan (gelap total), tak ada penunjuk jalan, dan juga hujan deras yang membuat jalanan menjadi sangat licin.
Setelah melewati Villa Salse, sampailah kami pada tanjakan tajam sekaligus tikungan yang gelap gulita, yang sukses membuat mobil mundur lagi. Tidak sanggup nanjak. Akhirnya kami turun dari mobil, dan driver kami melanjutkan perjalanan tanpa kami, hingga ke sebuah titik yang cukup datar.

Sebenarnya nggak datar juga sih, karena Jl. Sukanagara via Dago Giri ini nggak ada bagian datarnya sama sekali. Ditambah kondisi gelap tanpa adanya sedikitpun penerangan, membuat kami hampir menyerah. Serasa di dunia antah berantah.
Jarak yang menurut Google Maps hanya 6,1 kilometer dari Dago ini ternyata di luar perkiraan. Lebih terjal daripada jalan menuju Kamojang yang biasanya saya lalui. Google Maps sesat.
Saya sangat tidak merekomendasikan kalian yang punya skill nyetir pas-pasan, juga pakai mobil city car lewat jalan sini.
Bertemu Sesosok Manusia di Balik Gerbang Besi
Karena kondisi luar biasa gelap dan sudah masuk area hutan, akhirnya kami jalan terus, hingga ketemu warga sekitar di posko pengepul susu sapi. Saat kami tanyakan ke mereka jalan menuju Pagerwangi Dome, mereka berkata,
“Dome? Kelewatan, itu dibawah tempatnya. Harus putar balik.”
“Astaghfirullah…” Saya mendesis pelan.
Jujur, dalam hati sempat menyesal melakukan perjalanan ini. Karena jarak 6,1 km itu sangat mengecoh kami. Saya pun ya oke saja karena saya merasa telah mengenal Jalan Dago Giri, sering melaluinya juga sejak belasan tahun lalu.
Dengan susah payah akhirnya driver berhasil putar balik, dan kami mengikuti petunjuk warga. Kami sudah tidak percaya lagi dengan Google Maps dalam kondisi seperti ini. Salah-salah, kalau kami terus mengikuti petunjuk aplikasi yang sering ngawur itu, kami malah masuk jurang.
Kondisi gelap dan hujan membuat jalan yang curam menjadi lebih berbahaya tentu saja.
Mengikuti petunjuk warga sekitar belum juga melegakan kami, karena kini kami masuk ke jalan tanah berbatu yang becek, tidak ada petunjuk, penerangan, ataupun tanda-tanda kehidupan.
Cocok sekali untuk setting film horor disini. Gelapnya dapat, vibesnya dapat, ngerinya dapat, seramnya nggak ketulungan!
Kami melaju terus hingga akhirnya kami menemukan sebuah gerbang yang tertutup. Mas Yudi mengetuk gerbang itu, yang kemudian disambut oleh seorang wanita muda. Dia keluar dari sebuah posko kecil, mirip pos security.
Melihatnya, membuat saya menarik nafas lega dan mengucap alhamdulillah karena telah melihat sosok manusia.
Akhirnya….sampai juga.
Pagerwangi Dome, Sebuah Tempat Tersembunyi di balik bukit Dago Giri
Saya dan teman-teman turun dari mobil. Kami memberikan tips cukup besar ke driver taksi online. Tentu saja kami cukup tahu diri karena jalurnya sungguh luar biasa.
Lalu kami ketemu dengan penjaga, dan saya melihat ada 2 campervan yang terparkir disana.
“Tadi lewat mana neng?”
“Lewat Dago Giri Pak.”
“Oh, terjal atuh. Mana licin hujan-hujan begini. Seharusnya lewat Punclut, jalannya bagus dan jalurnya bersahabat.”
Saya mengernyitkan kening. “Memangnya ada jalur lain, Pak?”
“Ada neng, lewat Punclut. Banyak kok tamu yang kesini pakai taksi online dan aman.”
Nah ini dia informasi yang tidak tertera dalam Bio Instagram, website, maps, ataupun lainnya. Memang harus berbekal pengalaman.
Ketika saya cek di Google Maps streetview cara menuju Pagerwangi Dome via Punclut, jalurnya memang agak sedikit memutar. Tapi jalannya cukup mulus. Meskipun sempit, tidak ada tanjakan maupun turunan terjal yang berarti.
Penerangan jalan umum juga cukup baik. Hal itu karena sepanjang perjalanan dari Cieumbeleuit dan Punclut menuju tempat ini, banyak rumah warga berjajar di pinggir jalan.
Noted buat kalian yang mau camping ceria di Pagerwangi Dome. Kalau mau kesini, arahkan jalur via Cieumbeleuit. Atau kalau kalian masih bingung, keluar Tol Pasteur arahkan maps kalian ke Universitas Khatolik Parahyangan (Unpar). Nanti kalau sudah sampai di depan Unpar, arahkan kembali maps kalian ke Pagerwangi Dome.
Karena kalau misal kalian mengarahkan maps dari Dago, oleh Google Maps kalian akan ditunjukkan jalan terjal seperti yang saya lewati. Sangat-sangat tidak recommended. Apalagi kalau kalian datang di malam hari.
Kondisi Malam Hari di Camping Ground Pagerwangi Dome
Saat kami masuk gerbang, jujur saya merasa kalau kami seolah masuk ke dunia lain. Dunia yang tenang, aman, hangat, seperti dipeluk oleh alam.
Malam itu meskipun hujan, jalan di area camp tidak becek, juga tidak licin. Bahkan, tidak sedingin yang saya bayangkan.
Jadi saya beruntung meskipun hanya mengenakan kemeja katun dan membawa jaket tipis, dinginnya masih sangat-sangat normal.
Kami pesan paket tenda yang sudah dipasang oleh petugasnya. Sekalian sewa matras dan sleeping bag. Untuk makan, tersedia warung disini. Jadi kami nggak bawa banyak makanan. Makanan dan minuman di warung Pagerwangi pun dijual dengan harga terjangkau.
Fasilitas Pagerwangi Dome dan Daftar Harganya
Disini selain camp area, sudah tersedia musholla yang bersih di dome, toilet dan kamar mandi terpisah. Kamar mandi dilengkapi dengan air panas, jumlahnya juga cukup banyak. Ada sekitar 4 kamar mandi dan 4 toilet. Ada toilet duduk, ada juga toilet jongkok.
Air bersih juga tersedia di beberapa spot. Ada kran yang bisa dimanfaatkan airnya, atau untuk sekedar berwudhu buat kalian yang nggak pakai hijab.
Disini juga bisa buat foto prewedding, sekedar piknik, atau acara lain.


Untungnya, malam itu hanya ada 2 campervan dan rombongan kami. Jadi tenangnya dapet banget.
Adapun harga Paket Camping dan Piknik bisa kalian lihat disini.


Review Tenda, Matras, dan Sleeping Bag di Pagerwangi Camping Ground Bandung
Tenda kami double layer. Di dalam hangat, dan juga dilengkapi dengan sleeping bag berbentuk selimut dari The North Face.
Semalaman kami dilanda hujan, tapi kondisi di dalam tenda aman. Tidak basah sama sekali. Hanya ada sedikit rembes di ujung-ujung tenda, tapi tidak mengganggu.
Kondisi malam itu juga tidak dingin sama sekali. Hangat malah. Suhu berkisar antara 23-25 derajat celcius. Tidak sampai membuat kami menggigil kedinginan.
Matrasnya cukup empuk, standar matras untuk di gunung. Kebetulan saya dapat tanah yang cukup datar, sehingga pinggang dan punggung saya aman. Seperti tidur di atas tatami.
Pagi di Camping Ground Bandung dengan Ketinggian 1200 Mdpl
Hujan menyisakan mendung di pagi hari. Melenyapkan kabut, dan hanya menyisakan setitik embun dengan semburat jingga di ujung timur sana. Tidak ada matahari terbit atau sunrise yang biasanya menjadi bonus dalam setiap kegiatan perkemahan di ketinggian 1200Mdpl. Tak ada pula angin dingin yang biasanya menusuk tulang.

Namun demikian, suara tonggeret semakin nyaring terdengar, meskipun waktu di arloji saya belum menunjukkan pukul 6 pagi.


Tidak ada suara kendaraan, maupun hiruk pikuk kota yang terdengar dari tempat ini. Hanya sinar matahari hangat, secangkir kopi, dan obrolan bersama sahabat yang menemani di waktu pagi.
Obrolan yang ternyata menenangkan, menyenangkan. Dipeluk alam, dan duduk bersama sahabat yang membersamai saya tumbuh. Betapa tidak, saya telah mengenal mereka, lebih dari separuh hidup saya.
Lebih menyenangkan lagi ketika Riesa, Agung dan keponakan kami bersama, Nasya, ikut bergabung dan bisa sarapan sama-sama. Tentu saja, biar kami diantar kembali pulang ke Politeknik Manufaktur Bandung, tempat kami menaruh kendaraan. Mobil mereka cukup bersahabat untuk dibawa offroad.
Perjalanan semalam masih menyisakan trauma yang lumayan, mengingat jalur yang sangat terjal menuju tempat ini (saat itu saya belum tahu jalur lewat Punclut).


Menikmati Teduhnya Pagerwangi Dome
Suasana semakin hidup ketika matahari bersinar cerah. Di jam ini Pagerwangi Dome terlihat menghijau, cantik, dan introvert friendly. Tempatnya bersih, tertata rapi, juga nyaman untuk kita duduk berlama-lama disini.


Kembali lagi, selera kita mungkin berbeda. Tapi buat saya yang selalu bising dengan ramainya ibukota, Pagerwangi Dome Camping Ground Bandung memberikan efek healing yang terasa sampai ulu hati. Menyembuhkan, mengobati rindu pada alam.


Ah, seharusnya saya lebih sering bepergian seperti ini. Entah kenapa, umur yang semakin banyak justru membuat saya tak mudah untuk berkelana seperti yang sudah-sudah.
Mungkin bisa, tapi tanggung jawab yang kian meningkat menyadarkan saya bahwasanya, saya haruslah lebih pandai memilah waktu.
Lesson Learned
Berjalanlah selagi muda. Bertemanlah sejak muda. Kelak itu akan sangat menolongmu di waktu tua.
Rasanya peribahasa itu mulai mengena di telinga saya. Belum juga tua, tapi saya kini mengerti, persahabatan, badan, juga hati, perlu dijaga dan dinikmati keberadaannya. Disyukuri telah kita punya.

Semoga ulasan saya bermanfaat, buat kalian yang ingin menghabiskan akhir pekan tanpa gangguan polusi suara dan asap kendaraan. Pagerwangi dome camping ground Bandung bisa jadi rekomendasi tempat camping di Bandung yang murah dan indah.





Add comment