Hai, kalian apa kabar di penghujung tahun ini? Semoga baik ya. Saya mau melanjutkan cerita itinerary 4 hari 3 malam di Yogyakarta. Pada tulisan sebelumnya saya bercerita tentang suasana pagi di Yogyakarta dan Stasiun Tugu. Di tulisan kali ini saya mau ajak kalian Menjelajah Kuliner Yogyakarta diantaranya Pasar Ngasem, Sate Klathak, dan Dessert Kekiniannya. Yuk lanjut!
Yogyakarta Series:
Itinerary 4 Hari 3 Malam di Yogyakarta
Menjelajah Kuliner Yogyakarta di Pasar Ngasem Yogyakarta
Pasar ini memang lagi viral, apalagi setelah berseliweran di FYP Tiktok. Tapi buat kalian yang mau merasakan slow living Jogja, pasar ini nggak selow ya guys. Kalian akan menemukan antrian panjang, juga waiting list hampir di setiap tenant. Bahkan di beberapa tenant yang populer, antriannya bisa lebih panjang dari antrian di Negara Blok M.
Karena saat itu saya dijemput adik saya yang tinggal di Jogja, dan ingin sarapan di tempat ini. Sekalian kami juga inginbeli bakpia Ngasem, makanya kami mampir sejenak.
Kondisi Pasar Ngasem ramai normal, karena masih pagi (pukul 06.15), dan weekday. Itupun kami sempat kesulitan mencari parkir untuk kendaraan roda empat, hingga akhirnya dipanggil seorang Bapak penjaga parkir, ada tempat kosong di ujung pasar.
Kalau kalian datang saat akhir pekan, kondisi menjadi sangat-sangat tidak nyaman di pasar ini. Overcapacity, dan akhirnya susah mencari tempat duduk. Waktu pun habis untuk ngantri.

Disini kami makan di warung makan Yu Ngademi. Kalian bisa pilih mau makan pakai apa saja, sistemnya prasmanan. Nanti setelah kalian mengambil aneka makanan di piring kalian, tinggal ke kasir dan bayar. Harganya pun cukup terjangkau. Sekitar 15-20ribuan saja. Mahal enggak, murah banget juga enggak. Untuk ukuran di Yogyakarta ya.
Yang jadi PR adalah nyari tempat duduknya. Karena ramai jadi ya banyak tempat duduk penuh. Kebersihannya juga tidak terjaga. Sehingga kalian kalau kesini, jangan tinggikan ekspektasi soal higienitasnya. Namanya juga pasar.
baca juga: Wisata Kuliner Legendaris Muntilan
Menjelajah Kuliner Yogyakarta: Bakpia & Wingko Pasar Ngasem, Pecel, dan Bubur Warna-Warni Yu Jumilah
Untuk dessert, kami membeli bakpia dan wingko, juga bubur warna-warni. Kalau disini orang menyebutnya Jenang warna-warni. Meskipun demikian, saya lebih suka menyebutnya bubur karena lebih mirip bubur daripada jenang.
Wingko dan Bakpia Ngasem
Setelah selesai makan, adik saya ngantri beli bakpia. Nggak terlalu lama juga sih. Bakpianya langsung dipanggang di depan kita.

Rasa bakpianya sangat ringan. Sederhana. Seperti rasa rumahan. Kacang ijonya tidak terlalu medok, bener-bener light. Jadi kalian nggak bisa bandingkan rasanya dengan bakpia Pathok 25 atau Bakpia Kurnia. Beda kasta ya guys. Harga bakpia di Pasar Ngasem Rp2500 per pcs. Murah kan?

Seperti rasa bakpianya yang ringan, rasa wingkonya pun demikian. Sederhana, tapi nggak bikin enek. Wingkonya nggak terlalu manis, parutan kelapa di dalam adonannya juga nggak banyak. Sangat ringan rasanya.
Teksturnya kenyal pas. Meskipun di beberapa bagian, saya masih menemukan beras ketan yang belum matang. Harganya sama, Rp2000an per pcs. Kalau menurut saya, wingko dan bakpia ini cocok untuk menemani kita minum kopi atau teh pahit.
Jenang Warna-Warni Yu Jumilah
Kita bergeser sedikit ke Jenang warna-warni Yu Jumilah. Disini mereka punya banyak pilihan. Rasanya cukup enak, tidak terlalu manis.

Menurut saya enak, tapi bukan yang enak banget. Lagi-lagi, rasanya ringan. Harga per porsinya Rp12.500. Mungkin tergantung pilihan juga ya, saya mencoba berbagai macam jenis soalnya.
Pecel Kembang Turi Pasar Ngasem
Selanjutnya di belakang penjual bubur warna-warni, ada penjual pecel yang nggak terlalu ramai pembeli. Ibu ini menjual pecel, mie goreng jawa, dengan aneka topping seperti Usus, Telur Puyuh, Tempe dan Tahu bacem, Telur Bacem, dll.

Saya menemukan yang spesial disini. Kembang Turi. Bunga ini sudah susah ditemukan di daerah Jakarta. Sehingga kalau kalian ke Jogja atau ke daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur, wajib cobain Pecel Kembang Turi. Bentuknya seperti yang saya kasih centang biru di foto ini:

Sayurannya fresh, bumbu kacangnya light. Tidak medok seperti bumbu pecel Madiun, Kroya, atau Malang. Cukup enak menurut saya. Harga Satu Porsi pecel dengan lontong adalah RP15.000.
Sepertinya kalau kalian bawa bule atau Turis mancanegara ke Pasar Ngasem, mereka bakal suka deh sama makanan di pasar ini. Karena rasanya nggak terlalu kuat, sehingga lidah mereka akan bisa dengan mudah menerima.
Lesson Learned Makan di Pasar Ngasem
Saran saya, jika kalian ke Pasar Ngasem lalu menemukan antrian panjang, lebih baik kalian skip. Pilih pedagang yang sepi, atau yang tidak terlalu antri.
Beberapa kali saya mencoba masakan disana, rata-rata rasanya mirip. Yang membedakan adalah tempat itu viral atau tidak di Social Media. Jika viral ya otomatis rame dan banyak yang antri.
Tapi kalau kalian tanya pendapat jujur saya tentang rasa masakannya, mirip kok. Saya malah lebih suka beli ke tempat yang nggak antri. Pertama, kita nggak usah capek berdiri lama sebelum makan. Lalu, kita nggak buru-buru juga saat memilih dan membayarnya. Hal lainnya, tentu saja kita bisa support pedagang lain yang nggak viral. Itu akan sangat berarti buat mereka bisa bertahan.
Sate Kambing Mas Gandung, Pleret Bantul
Biasanya, kalau wisatawan datang ke Jogja, mereka akan makan Sate Klathak Pak Pong di Imogiri. Namun kali ini, saya akan ajak kalian ke Rumah Makan Sate Kambing Mas Gandung, rekomendasi dari warga lokal.

Kondisi rumah makan Sate Kambing Mas Gandung tenang. Selanjutnya interior, baik dari bangunannya yang berbentuk Joglo (rumah adat Jawa), tiang-tiang kayu, kursi dari kayu jati, dan meja yang masih berupa potongan kayu gelondongan justru menambah indah suasana makan disini.

Kalau kalian duduk di ujung ruangan, kalian bisa menikmati pemandangan sawah dan udara segar secara gratis. Memberikan vibes yang tenang, juga menyenangkan.

Harga, Menu, dan Review Rasa Sate Kambing Mas Gandung
Saya datang bersama adik saya, lalu kami pesan 4 porsi. 2 porsi Sate Klathak, 1 porsi Sate Goreng, 1 porsi Tengkleng kambing, 3 porsi nasi, 1 gelas es jeruk manis, dan 1 gelas es jeruk tawar. Total harganya hanya Rp143.000. Sebenarnya ini cukup untuk 5 orang ya hehe…

Disini semua menunya terbuat dari daging kambing muda. Rasa dagingnya enak sekali. Kematangannya pas. Nggak alot. Bumbunya meresap hingga ke dalam daging.

Sate Klathaknya empuk, meskipun di lidah saya terasa terlalu asin. Namun kalau kita makan pakai nasi dan kuah gule yang tidak terlalu asin, rasanya jadi balance.

Sate gorengnya juara. Tekstur dagingnya lembut, bumbunya sederhana tapi meresap dengan sangat baik. Mungkin ini lebih tepat jika disebut Steak Kambing Muda. Gurih dan enak.

Selanjutnya Tengklengnya juga enak sekali. Dagingnya cukup banyak, nggak tulang semua. Bumbunya gurih dan nendang. Aroma bawang putih, ketumbar, kemiri, jahe, dan kunyitnya wangi sekali, dan balanced. Rasanya nggak tubrukan. Cukup manis kalau di lidah saya, tapi manis gurih. Bukan kayak manis Gudeg. You know what I mean, right?
Highly recommended buat kalian yang mau kesini. Lokasi Sate Kambing Mas Gandung di Keputren, Pleret, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Buka tiap hari dari jam 08.30-23.45 WIB.
Menjelajah Kuliner Yogyakarta untuk Dessert: Bunaaca Dougnuts, Prawirotaman
Satu lagi rekomendasi dessert dari adik saya yang tinggal di Jogja, tapi yang ini nggak viral ya. Bunaaca berlokasi di seberang Tempo Gelato Prawirotaman. Sebenarnya cabangnya banyak sih, tapi saya diajaknya kesini.

Kiosnya kecil, tapi nyaman. Banyak donat dipajang disini. Harga sekitar 13ribu-15ribu rupiah per pcsnya. Toppingnya melimpah. Donatnya empuk dan lembut sekali, tapi nggak kempes gitu. Rasanya nendang banget, butternya sangat terasa, dan donatnya wangi butter mahal.

Buat saya yang bukan pecinta pastry, saya suka loh. Biasanya saya pemilih banget soal pastry atau makanan yang manis-manis. Yang ini enak. Patut kalian coba kalau ke Jogja.
Hanya saja minusnya, sepertinya agak sulit membawanya keluar kota. Soalnya toppingnya mudah meleleh.
Saya beli 2 kotak. 1 kotak berisi 6 pcs donat, dan satu kotak lainnya berisi 3 pcs donat. Total harganya hanya Rp120ribuan. Murah banget buat kualitas se-oke ini.
- Sate Jambu Muntilan, Warung Sate Kambing Muda Legendaris di Muntilan
- Review Njonja Munsen Coffee Dining & Space, Café Zero Waste dan Ramah Lingkungan di Muntilan!
- Menjelajah Kuliner Yogyakarta: Pasar Ngasem, Sate Klathak, dan Dessert Kekiniannya
- Itinerary 4 Hari 3 Malam di Yogyakarta: Merasakan Slow Traveling dan Menikmati Perjalanan di Penghujung Tahun 2025
- Pasar Kayu Muntilan, Lokasi Syuting Gadis Kretek yang Estetik




Add comment