Gunung Putri Lembang, Saksi Bisu Ketika Venus Bicara
Hai kamu, sang pecinta pagi, pejuang subuh, dan pemburu sunrise! Yuk saya ajak ke sebuah tempat di dataran tinggi Bandung, yang namanya Geger Bintang Matahari. Terletak di sebuah wana wisata Gunung Putri Lembang.
Disana, mari kita bercengkrama lebih dekat dengan alam, menyambut kedatangan Matari, dan juga menyaksikan bagaimana ketika Venus bicara.
Seperti yang telah saya tuliskan di postingan sebelumnya, saya adalah pecinta pagi, pejuang subuh, dan pemburu sunrise. Ketiganya tak bisa dilepaskan satu sama lain buat seorang hijab traveler. Namun untungnya, justru karena sudah menjadi pejuang subuh inilah, maka kita tak kan kesulitan jika hendak mengejar sunrise.
Menembus Dago Giri di Awal Pagi
Well, karena tempat tinggal saya berada di kawasan Dago, maka jam 4.15 AM saya sudah order taksi online. Tak perlu menunggu lama, meluncurlah kami membelah jalan raya.
Kami memilih lewat jalur Dago Giri, yang nantinya akan tembus ke Maribaya, hingga akhirnya sampai ke Masjid Agung Lembang. Disaat awal pagi begini, langit masih nampak gelap. Oleh karena itu, tak banyak yang bisa dinikmati sepanjang perjalanan.
Jauh berbeda dengan keadaan di siang hari, dimana Dago Giri adalah kawasan perbukitan dengan pemandangan yang menawan. Kanan kiri jalan dipenuhi perkebunan sayur, pepohonan lebat, dan beberapa tempat wisata yang cukup hits di Bandung seperti Dago Dream Park, Rumah Miring, Burgundy, Lawang Wangi, dan lain sebagainya.
Sekitar 30 menit kemudian, sampailah kami di Masjid Agung Lembang. Menunaikan shalat shubuh yang indah, lalu melanjutkan perjalanan ke Gunung Putri dengan taksi online.
Rute menuju Gunung Putri Lembang
Jika anda membawa mobil sendiri, dari Masjid Agung Lembang anda lurus saja, kemudian belok kiri. Ambil arah ke Tangkuban Parahu. Tak lama melaju, anda akan melihat Plang Hotel Augusta di sebelah kiri jalan. Menepilah, karena jalan masuk ke Gunung Putri tak terlalu besar. Jika anda sudah bertemu dengan Plang Villa Osmond, masuklah lewat jalan itu.
Jalur menuju Gunung Putri cukup mulus. Namun kondisi jalan mulus tersebut hanya sampai SDN 12 Lembang. Setelahnya, anda akan menempuh jalur yang cukup berat. Aspal rusak dengan banyak bongkahan batu. Sebaiknya anda berhati-hati disini, karena pada saat matahari belum bersinar, penerangan di kanan kiri jalan sangat minimal.
Perjalanan dari Masjid Agung Lembang ke Gunung Putri dapat ditempuh sekitar 15 menit dengan kendaraan roda 4.
Harga tiket masuk Gunung Putri Lembang
Harga tiket masuk di Gunung Putri adalah Rp10.000/orang. Setelahnya, anda bisa melewati undakan tangga untuk menuju sunrise point.
Menyaksikan Sunrise di Geger Bintang Matahari
Sebenarnya ini adalah spot untuk menikmati terbit dan terbenamnya matahari, juga bintang gemintang di malam hari. Banyak traveler yang sedang menikmati pagi kala itu. banyak pula diantara mereka yang memilih mendirikan camp di sekitarnya.
Di kala pagi, anda dapat menyaksikan kabut tebal yang nampak seperti lautan di atas awan. Kabut ini menyelimuti perkampungan dan perkebunan di bawah sana. Membuatnya seperti memancarkan pesona magis yang memukau setiap insan.
Anda juga bisa melihat patahan Lembang dari tempat ini. Legenda lain menyebutkan bahwa, Gunung Putri merupakan tempat pelarian Dayang Sumbi saat Sangkuriang mengejarnya. Saya enggan bercerita lebih lanjut, karena belum menemukan sumber yang jelas. Semua masih konon.
Ketika Venus Bicara
Langkah kami diiringi banyak filosofi. Entahlah, Gunung Putri memang sangat menawan. Suasananya membuat siapapun jadi mendadak puitis dan romantis. Berbagai inspirasi, juga imajinasi berkeliaran dalam benak, menarik-narik isi hati ke dalam otak, lalu memaksa mulut untuk mengungkapkan dengan kata-kata.
Saat melihat sampah bertebaran di areal camping Gunung Putri, otomatis seorang Venus bicara,
“Bagaimana mau buang masa lalu? Buang sampah saja sembarangan.”
Lalu berlanjut ke filosofis lainnya. Saat kami sedang menaiki tangga menuju sunrise point.
“Masa lalu itu kayak tangga, dijaga baik, supaya suatu saat bisa turun lagi.”
Demikian kata rekan saya.
Saya sendiri langsung nyeletuk.
“Kalau aku sih, mendingan turun pakai eskalator. Karena aku nggak mau turun lewat tangga yang rongsok.”
Dan masih banyak lagi celetukan kami yang lebay dan gombal. Kalah deh raja gombal dunia, kalau Venus sudah bicara.
Camping di Gunung Putri Lembang
Mungkin karena saat itu hari Minggu, maka banyak yang camping di Gunung Putri Lembang. Tenda warna-warni didirikan diantara rimbunnya pepohonan pinus. Ada pula yang memasang hammock diantara batang pohon. Membuat saya iri, kapan saya bisa bersantai seperti mereka? Duduk diam di hammock sambil membaca buku, menyesap secangkir kopi, atau melihat matahari terbit dengan gagahnya di ufuk timur.
Mungkin nanti. InsyaAllah.
Bayangkan saja, anda bisa melihat pemandangan ini saat membuka jendela tenda. Sungguh menakjubkan.
Sunrise Point Gunung Putri Lembang
Lokasi ini memang lebih sulit dijangkau jika dibandingkan dengan Geger Bintang Matahari. Namun demikian, kecantikan sang matari nampak lebih dekat jika kita saksikan dari tempat ini. Sebuah tempat yang terkenal dengan sebutan Tugu Sespim.
Indah sekali sunrise jika dilihat dari tempat ini. Bahkan kalau buat saya, lebih indah dari yang saya nantikan di pananjakan, Bromo. Mungkin karena disana sudah terlalu ramai, sehingga matahari terhalang oleh kepala manusia yang penasaran menyaksikan ia terbit.
Tak ayal memang,
“Bumi Parahyangan diciptakan saat Tuhan sedang tersenyum”.
Saya mempercayainya.
Anyway, di tempat ini ada papan peringatan kita tidak boleh mengaktifkan handphone saat hujan. Karena letak tempat ini yang berada di puncak dan tak terhalang oleh pepohonan apapun memungkinkan petir menyambar kapan saja. Meskipun, penangkal petir sudah dipasang di puncak tugu.
Pak Polisi bilang, disini dilarang pake HP saat hujan. Rawan petir katanya
Kalau kata aku, dilarang pake hati disini, apalagi saat hujan
Kenapa?
Karena hujannya diluar,tapi yang basah pipinya.
Lalu kami ngakak sama-sama, menertawakan aneka lelucon yang membuat hati kami bahagia. Tentu selalu bahagia ketika ada kebersamaan di dalamnya. Kebersamaan yang tulus tentu saja.
Menyesap kopi di warung milik warga
Tak lengkap jika pagiku tak ditemani secangkir kopi.
Setelah puas menikmati hangatnya mentari, kami menuruni undakan demi undakan yang berujung di sebuah tempat lapang. Tempat itu dipenuhi kendaraan roda dua yang terparkir rapi. Disana juga terdapat banyak warung warga. Mungkin ada sekitar 10 warung di tempat itu. Warung yang dikelola oleh Perhutani.
Para penjual rata-rata adalah warga setempat yang menyewa warung dari pihak pengelola wana wisata Gunung Putri. Mereka menjual dagangan serupa, seperti air mineral, kopi, teh, mie rebus, gorengan, dan aneka kebutuhan wisatawan, terutama yang mendirikan camp di tempat tersebut. Kami memilih satu warung yang kosong. Sehingga bisa lebih leluasa bercengkrama.
Tentu saja, saya langsung memesan secangkir kopi panas. Ditemani semangkuk mie rebus yang juga menghangatkan kami pagi itu.
Harga secangkir kopi hanya Rp3000 saja. Indomie dengan telur Rp8.000/mangkuk. Sangat murah bukan?
Ibu penjualnya juga sangat ramah, membuat kami tak merasa asing kekhasan Jawa Barat. Beliau cerita kalau setiap bulannya, setiap pemilik warung membayar retribusi Rp175.000. Uang tersebut diserahkan ke pengelola wana wisata Gunung Putri sebagai biaya pemeliharaan.
Fasilitas di Gunung Putri Lembang
Meskipun terletak di perbukitan, namun fasilitas di tempat ini boleh dikatakan cukup memadai. Mulai dari tempat parkir kendaraan roda dua yang luas, toilet yang bersih, musholla, masjid, dan warung yang menjual kebutuhan wisatawan. Untuk parkir kendaraan roda empat, mungkin saat ini belum bisa diakomodir. Mengingat kontur tanah yang berbentuk lereng juga sempit.
Tips dan Trik berkunjung ke Gunung Putri Lembang:
- Jika anda seorang muslim traveler, sebelum menuju tempat ini saya sarankan shalat shubuh dulu di Masjid Agung Lembang. Merasakan sensasi “air es” untuk berwudhu, ditambah hawa dingin yang menusuk hingga tulang. Tentunya melengkapi kesempurnaan ibadah bagi sang pejuang Shubuh.
- Jika terpaksa membawa mobil, maka anda dapat parkir di areal masjid dekat Villa Osmond atau di pinggir jalan menuju gerbang masuk Gunung Putri. Namun demikian, sepertinya anda akan tetap kesulitan jika hendak putar balik. Mengingat kondisi jalan yang sangat sempit.
- Datanglah sesaat setelah shalat shubuh, agar anda dapat lebih puas menikmati matahari terbit. Anda juga bisa shalat shubuh di mushalla dekat tempat parkir kendaraan roda dua.
- Gunakan sepatu yang nyaman. Saya sarankan menggunakan sepatu karena jalan menuju puncak Gunung Putri banyak terdapat ranting dan akar pohon, sehingga jika anda menggunakan sandal, maka kaki anda rentan tergores ranting tersebut.
- Anda bisa order taksi online menuju tempat ini. Sedangkan untuk perjalanan pulang, saya sarankan untuk memesan taksi online dari SDN 12 Lembang, karena di tempat itu mudah bagi kendaraan roda 4 untuk putar balik.
- Siapkan kamera untuk mengabadikan moment terbaik di Gunung Putri.
- Jangan buang sampah sembarangan. Bawa sampahmu turun, lalu buang pada tempatnya.
Post terkait:
- Terbebas dari Labirin di Lembah Dewata Lembang
- Staycation, Liburan asyik buat traveler sibuk dan budget terbatas
- Sunrise Point Cukul Pangalengan
- Surga tersembunyi di kaki gunung tangkuban parahu
- Bernostalgia di floating market Lembang
- Menyaksikan Sunrise di Bromo
- Itinerary jalan ke Bandung yang nggak bikin kantong jebol
- Sunrise di Gunung Putri Kabupaten Bandung Barat
Senyummu seperti saat Tuhan tersenyum membentuk Indonesia #Eaaaa.
Tunggu tulisanku yaaa
Eaaa…senyummu mengalihkan duniaku. hahaha….
iya ditunggu ya tulisannya, gombalannya juga looh
pemandangannnya keren, ulasannya juga keren
Makasih yaa
Kalau dari stasiun bandung mau ke gunung putri lembang gimana transportnya, ya?
dari stasiun bandung, keluar lewat pintu selatan aja. dari situ jalan keluar, naik angkot Stasion-Lembang warna krem. Mobilnya L300 gitu. Turun di Masjid Agung Lembang.
Dari masjid agung, naik grab atau gojek ke gunung putri.
biasanya kalo mau naik ojol dari stasiun ke gunung putri, drivernya pada ngga mau.