Halo…kalian lagi apa? Lagi pada sibuk nggak? Mau dengerin hal absurd nggak yang aku alami beberapa waktu lalu?
Aku mau cerita hal lucu, sekaligus aneh ke kalian semua.
Suatu sore yang cerah, Jakarta tuh lagi bagus cuacanya. Nggak terlalu panas, dan juga tidak hujan. Ya meskipun kalau bicara soal langit, masih tetap kelabu sih.
Seperti hati aku, yang kelabu kalau terlalu lama nggak piknik gitu.

Anyway, saat itu aku baru saja menyelesaikan urusanku di perpustakaan. Lalu aku jalan kaki ke arah Cikini. Niatnya mau mampir ke tempat makan kesukaan aku.
Nah di jalan tuh aku bertemu dengan dua bule.
Mungkin karena hanya aku yang sedang jalan disitu, atau mereka lihat wajah aku tuh lokal banget, akhirnya mereka bertanya ke aku. Alhamdulillah kali ini mereka bertanya dengan bahasa Inggris, bukan bahasa Belanda.
Tapinya…tetap bikin aku gemetar. Karena ternyata mereka tanya arah dengan menunjukkan maps.
Berbekal pengalaman sebelumnya saat ditanya arah jalan, dengan ramah aku menjawab. I’m sorry I can’t help you. I am tourist too.
Lalu selesailah percakapan, dan kami saling dadah.
Setelah itu aku meyakinkan diri aku sendiri. Iya kan aku turis kan kalau di Cikini?
Jauh loh dari Serpong ke Cikini tuh. Jadi wajar kalau aku nggak tahu jalan.
Kalian setuju nggak?
- Sebuah Cerita Dari Cikini
- Review Kedai Seni Djakarte, Restaurant bernuansa Kolonial di Kota Tua Jakarta
- Berlabuh Sejenak di Masjid Cut Meutia, Gondangdia
- Sebuah Review Kuntskring Paleis, Restaurant Mewah dalam Gedung Berusia 100 Tahun di Kawasan Menteng Jakarta Pusat
- Review Kawisari Coffee & Eatery, Restaurant Bernuansa Indies di Jantung Kota Jakarta
Add comment