Rute menuju Tebing Keraton Bandung
Pertanyaan di atas berlaku buat anda yang memang benar-benar niat. Seperti saya, misalnya. Suatu waktu, saya mengalami perasaan jenuh di tengah kepenatan pekerjaan dan aneka tekanan perkuliahan. Kejenuhan ini sudah hampir mencapai titik kulminasi, yang kalau dibiarkan akan berbahaya tentunya. Bisa bikin nggak on sampai suka dapat pertanyaan dari orang sekitar. “Butuh Aqua?”
Beruntung, saya tinggal di kawasan Dago, Bandung. Kota yang kata orang selalu ngehits sepanjang masa 😀 Sehingga di suatu pagi saya bersama Gita, teman satu kost, memutuskan untuk bertamasya sebelum berangkat ke kantor. Kami memutuskan untuk memilih tempat wisata terdekat dengan tempat kost kami. Tebing Keraton. Tempat wisata yang menjadi trending topic karena pemandangannya yang menawan dan instagramable.
Rute menuju Tebing Keraton:
Saya dan Gita berangkat dari tempat kost jam 05.00 pagi dengan menggunakan sepeda motor. Perjalanan dari tempat kost kami ke Tebing Keraton memakan waktu kurang lebih 30 menit dengan ngebut tentunya 😀
Tebing Keraton sendiri berlokasi di Jl. Dago Pakar Timur, tak jauh dari Tahura (Taman Hutan Rakyat) Ir. H. Djuanda.
Jika kalian hendak ke tebing keraton, dari Pasar Simpang Dago : Ikuti jalan ke Dago atas, hingga anda sampai pada dua persimpangan.
Jika ke kiri anda akan masuk kawasan Dago Giri, yang nantinya tembus ke Lembang. Sedangkan persimpangan ke kanan akan membawa anda ke daerah Dago Pakar.
Pilih Jalan ke kanan, ikuti jalan tersebut hingga anda menemukan Jl. Dago Pakar.
Masuk ke Jl. Dago Pakar, hingga anda menemukan Tahura Ir. H. Djuanda.
Dari Tahura, perjalanan anda ke tebing keraton kurang lebih sekitar 3,5km lagi.
Ikuti saja jalan utama hingga di sebelah kanan jalan anda menemukan Plang bertuliskan Tebing Keraton.
Kondisi jalan menuju Tebing Keraton:
Disinilah perjuangan anda dimulai. Anda akan menempuh jalan yang aduhai berupa tanah berbatu yang lumayan tajam-tajam tuh batunya. Cukup mengoyak mesin bawah mobil anda (Mobil sejenis sedan atau citycar sungguh sangat tidak disarankan).
Hati-hati saja karena kondisi jalan cukup curam dan tanpa pembatas di sisinya, sehingga kalau anda salah perhitungan, bisa-bisa anda nyungsep ke hutan di bawah sana.
Ikuti saja rute aduhai tersebut, hingga anda menemukan pangkalan ojek. Yes, nggak enaknya kalau bawa mobil, anda harus parkir di lapangan dekat pangkalan ojek tersebut. Kalau bawa motor boleh naik sampai ke lokasi Tebing Keraton.
Pertanyaannya, dari tempat ini masih jauh nggak lokasinya?
Jawabnya….masiiiiih!!!! 😀
Tempat Parkir
Kalau mobilnya diparkir dibawah, keatasnya gimana?
Ada dua pilihan. Anda bisa berjalan kaki hingga sampai di lokasi. Kurang lebih 1 km, dengan kondisi jalan nanjak. Atau…anda bisa naik ojek dengan tarif PP Rp. 50.000,00 dan Sekali Jalan Rp. 30.000,00. FYI, Gojek or another Ojek based application is totally forbidden here 😀
Karena saya dan Gita naik motor, jadi nggak ada masalah. Tarif parkir mobil Rp. 10.000,00. Sedangkan Motor Rp. 5.000,00.
baca juga: 6 Spot instagramable di Pangalengan
Insiden di tanjakan menuju Tebing Keraton
Bisa dibilang insiden nggak ya?
Karena kondisi jalan tanah berbatu tajam dengan tingkat kemiringan sekitar 45 derajat, cukup membuat motor matic ngos-ngosan nanjaknya. Akhirnya saya turun dari motor. Tapi ternyata, motor malah ngeluarin asap gitu dari mesinnya :D:D:D
Saat ketemu sama penduduk sekitar, katanya kami suruh istirahatkan dulu motornya sebentar, sampai motor itu hilang asapnya. Saya sama Gita hanya bisa tertawa geli.
Pantas tadi banyak motor yang didorong. Kecuali motor ninja, mungkin. Bisa naik ke atas tanpa masalah. Kami berhenti kurang lebih 10 menit hingga motor bisa naik ke lokasi parkir motor Tebing Keraton.
baca juga: List barang yang perlu dibawa buat para pendaki newbie
Harga tiket masuk Tebing Keraton
Dari lokasi parkir, kami hanya perlu berjalan kurang lebih 20 meter untuk sampai di gerbang masuk Tebing Keraton. Tarif masuk Rp. 12.000.00/orang. Sudah termasuk asuransi.
Kami menyusuri jalan setapak menuju spot yang ngehits banget itu. Dan….pemandangan ini menyambut kami :
Kabut bergelombang di bawah sana, seperti lautan kapas yang berkumpul mesra dengan kecerahan langit dan hamparan pohon yang menghijau. Bagaikan imajinasi saya di negeri dongeng.
Kalau dulu Katon Bagaskara pernah nyanyi negeri di atas awan…inilah salah satu negeri di atas awan itu. Bayangan mentari menyusup diantara lautan kapas memberikan panorama indah memanjakan mata yang memandang.
FYI : Anda bisa foto-foto ala Titanic juga disini 😀
Baca juga: Trekking ke Gunung Putri Lembang
Ada yang menyebalkan disini
Satu yang agak annoying, meskipun sudah dikasih pembatas dan jelas tertulis kalau pengunjung dilarang melewati pembatas tersebut, masiiih saja banyak yang nekat “menembus batas” demi foto selfie yang keren.
Bahkan nggak sedikit yang ngajak anak balitanya ikut foto nangkring di atas tebing yang menjorok ke jurang. Aduh maaak….kok bisa-bisanya mempertaruhkan nyawa sekaligus nyawa anaknya? Memang sih, ada asuransi Rp. 20.000.000/orang jika nyawa melayang. Tapi, kalau nyawa melayang, kan anda juga nggak bisa menikmati uang itu? Dan…mau aja sih nyawanya dihargai 20 juta? Ckckck…
Ya sudah lah yaa…si saya dan Gita mendingan selfie-selfie :
Baca juga:
Add comment