Berkelana ke Rancabuaya

Setelah hibernasi beberapa lama, akhirnya saya mulai menulis lagi. Hibernasi ini karena kesibukan saya beresin S2, sekaligus integrasi blogspot ke web pribadi. Sebelumnya, karena keterbatasan waktu yang saya punya, sepanjang tahun 2016 seringkali saya hanya membahas cerita traveling seputaran kota Bandung saja. Nah kali ini, kita bergeser sedikit ke tetangganya Kota Bandung, yaitu Garut.

Garut yang hanya berjarak tempuh sekitar 1,5 jam perjalanan dari kota Bandung kah?

Bukan Garut itu yang dimaksud. Saya dan teman-teman berniat bertualang menyusuri Garut Selatan, dengan menempuh jalur berangkat dan pulang yang berbeda (mengikuti sunnah Rasul kata Mbak Wian). Untuk jalur berangkat, kami memilih melewati Pangalengan. Menembus hutan dan perkebunan berkabut tebal, berudara dingin, dengan jalur yang terjal. Tujuan utama kami adalah pantai di selatan Garut yang konon kata orang memesona dan belum banyak terjamah oleh wisatawan. Masih perawan cyiin 😀 Sedangkan untuk jalur pulang kami melewati Pameungpeuk, Garut, lalu kembali ke Bandung.

Yuk kita buktikan.

Kami berangkat jam 6 pagi dari kota Bandung. Beranggotakan 6 orang mbak-mbak petualang yang kesehariannya berkutat ngurusin mahasiswa, seabrek dokumen koreksian, akreditasi dan lain sebagainya.

Baca juga: Tertambat Hati di Muara Rancabuaya

Hari itu, dengan segala pengorbanan, merupakan hari “escape” kami #tsahhh…sambil dadah dadah ala Kate Middleton.

For your information, karena terbilang jauh dari keramaian dengan akses yang tidak bisa dibilang mudah, informasi mengenai Garut Selatan tak selengkap tempat lainnya seperti Pangandaran atau Pelabuhan Ratu.

Mulai dari rute, transportasi, dan akomodasi, semua infonya sangat terbatas. Terutama informasi mengenai akomodasi. Rata-rata penginapan disana tidak bisa dibooking secara online karena sebagian besar penginapan merupakan milik warga. Kita harus booking melalui telepon ke penginapan yang bersangkutan, atau datang langsung.

Masalahnya, informasi mengenai nomor telepon penginapan di sekitar Garut Selatan yang terpajang di internet seringkali tidak valid. Banyak nomor telepon yang tidak bisa dihubungi, atau bahkan penginapan yang bersangkutan sudah tutup tanpa informasi sebelumnya. Jadilah kami pergi tanpa pesan penginapan dengan asumsi karena bukan peak season, semoga dapat penginapan di tempat.

Jalan belum terlalu ramai saat kami akhirnya sampai ke Pangalengan, Bandung Selatan. Hujan gerimis menyambut kami ramah. Seramah warga setempat yang selalu menyunggingkan senyumnya dan menawarkan suasana kekeluargaan. Salah satu hal yang membuat saya selalu jatuh cinta dan tetap bertahan tinggal di Jawa Barat.

Baca juga: Rinai Hujan Mendayu di Cukul Pangalengan

Kami berhenti di salah satu Warung di Pangalengan. Warung itu tak seberapa ramai. Hanya ada seorang bapak dan anak laki-lakinya yang sedang menyesap kopi, juga menikmati aneka gorengan yang masih hangat.

The Squad

Pemilik warung tersenyum manis menyambut kami, mempersilakan kami duduk seraya membolak-balikkan masakannya pada kuali di atas tungku kayu. Tanpa ragu, kami memesan kopi dan menikmati aneka gorengan yang tersaji. Semuanya hangat, ditambah udara dingin yang mendukung membuat semua yang tersaji terasa lezat. Di depan warung ini juga ada penjual cuanki, yang juga kami pesan untuk menghalau udara dingin.

Baca juga: September Ceria di Cukul Pangalengan

Total uang yang kami keluarkan untuk 6 porsi cuanki hanya Rp.36.000, dan aneka gorengan juga kopi Rp.24.000. Sangat murah dan lebih dari cukup untuk sarapan. Kami singgah di beberapa tempat di Pangalengan. Tapi perjalanan itu bakal diulas nanti ya, di postingan terpisah.

Di tengah perjalanan menuju Rancabuaya – Lokasi: Entah dimana :))
Mereka bilang itu adalah lautan di atas awan
Mas Mbak, Kalau foto yang ini jangan ditiru ya…forbidden

Sepanjang jalur menuju Rancabuaya, mata kami dimanjakan oleh pemandangan landscape yang menakjubkan. Hingga akhirnya, sekitar 6 jam kemudian, sampailah kami di Pantai Rancabuaya.

Pantai Rancabuaya

Tepat di saat kami masuk ke wilayah pantai tersebut, kami menemukan Villa Jayasakti. Villa ini cukup besar, dan ternyata “menguasai” Rancabuaya. Ada 4 Villa Jayasakti di sepanjang pantai Rancabuaya. Kami memilih Villa Jayasakti 1 yang berada tepat di tepi pantai. Selain Villa Jayasakti, masih banyak tentunya penginapan di sepanjang pantai Rancabuaya. Tapi kondisi penginapan tersebut kurang bersih, berkesan kumuh, dan hampir tidak terawat. Entah kalau yang masuk-masuk gang. Saya tidak mengeksplorenya.

Baca juga: Tertambat Hati di Muara Rancabuaya

Gerbang Masuk Villa Jayasakti 1

Meskipun bisa dikatakan weekend, siang itu suasananya sangat sepi. Kami pun harus membangunkan penjaga Villa untuk bisa check-in. Masih banyak kamar kosong Jumat itu. Setelah melihat-lihat kamar, akhirnya pilihan kami jatuh pada kamar standard tanpa AC, dengan tempat tidur Queen Size yang cukup untuk tiga orang. Kami mengambil 2 kamar (Sayangnya saya lupa memotret kamar tersebut). Tarif per malamnya Rp300.000. Kamarnya besar dan bersih, dilengkapi dengan kipas angin dan televisi. FYI, meskipun nggak memesan kamar AC, kami nggak merasa kepanasan sama sekali di kamar ini. Entah karena musim hujan, atau memang cuaca di pantai sekitar Rancabuaya memang sejuk.

Baca juga: Pesona Cakrawala di Pantai Sayang Heulang

Kamar di Villa Jayasakti 1 Rancabuaya

Selesai urusan kamar, kami mencari tempat untuk makan siang. Tempat makan tersebut berlokasi tak jauh dari Villa Jayasakti 2. Kami memesan ikan Kue dan sayur sawi putih. Disini sulit sekali mendapatkan sayur, kata sang penjual.

Ikan Kue, Kita bisa memilih sendiri di dapurnya
Hidangan Makan Siang

Overall, rasa makanannya enak, apalagi ikan laut yang dibakar dengan menggunakan madu. Lezat sekali. Nggak butuh waktu lama untuk menghabiskan semua hidangan yang tersedia di depan mata. Total pengeluaran untuk makan siang adalah Rp180.000 untuk 6 orang. Dengan rincian harga ikan 2 Kg Rp140.000, sayur, nasi dan minuman Rp40.000. Cukup murah jika dibandingkan dengan harga makan siang di kota Bandung. Namun untuk wilayah pinggir lautan, harga ikan di pantai Rancabuaya memang relatif mahal. Apalagi jika dibandingkan dengan wilayah pantai lainnya di Indonesia. Di Derawan misalnya, untuk ikan laut dengan ukuran yang sama kita hanya perlu mengeluarkan uang Rp25.000-40.000 rupiah saja.

Baca juga: Menjelang Senja di Pantai Santolo

Review penginapan Villa Jayasakti 1 : Cukup nyaman untuk istirahat. Kamarnya bersih, kamar mandinya juga sangat bersih. Kita juga masih dapat layanan coffee break sore dan pagi hari. Murah meriah. Sayangnya, saat kami menginap disitu, ada tetangga kamar yang menyetel televisi super kenceng. Walhasil bikin saya nggak bisa tidur semalaman 😀

Buat anda yang mau berkunjung ke Pantai Rancabuaya, penginapan ini cukup recommended. Anda bisa pilih kamar dan sesuaikan dengan budget anda.

List Harga Kamar :

Standard + Fan = Rp300.000/malam

Standard + AC = Rp400.000/malam

Villa kapasitas 6 orang = Rp800.000/malam

Ini nomor kontak Villa Jayasakti 1 A:

Bapak Apan :087714737445

Bapak Badru : 081224026708

Saat peak season, menurut pengalaman teman saya, harga diatas bisa melonjak hingga 5 kali lipatnya.

To be continue….

 

19 comments

  • Mba, disebutkan dari Bdg ke Rancabuaya memakan waktu 6 jam. Bawa kendaraan sendiri atau naik kendaraan umum sampai lama begitu perjalanannya?
    Jujur saya pengen kesana, tp istri saya takut disana penginapan villa jaya saktinya kotor atau bahkan spooky, karena saya bawa anak 2 tahun, takut rewel gak bisa tidur. Boleh saya minta saran dan masukan mengenai penginapan ini? Thx

    • Saya bawa kendaraan sendiri mas. Namanya juga cewek2, kalau lihat pemandangan bagus di jalan minggir dulu buat selfie. Ada jajanan minggir juga. Kalo normalnya sih 4-5 jam ya. Tapi kl naik kendaraan umum bisa setengah hari hehe

  • Kalau kondisi villa jaya sakti nya bagaimana mba? Kalau di Bdg, villa tersebut kurang lebih seperti hotel apa?

    • Villa Jayasakti ini justru paling oke menurut saya. Bersih banget. Model kayak homestay lah ya. Kamarnya luas. Nggak spooky sama sekali. Saya sih disitu agak susah tidur karena ada suara ombak aja. Krn saya takut sama air. Kalau temen2 saya malah pada seneng krn damai. Kalau di bandung mungkin ky bed and breakfast ya. Model cottage gitu. Kaya penginapan2 di bali malah.

  • Sabtu lalu saya ke Rancabuaya. Overall sy kecewa dgn sikap penduduk yg berjualan disana, membuang sampah ke karang2. Dengan mata kepala sendiri, mereka membuang sisa seafood, kelapa, pop mie ke karang2 deket gazebo. Saya berjalan sampai ke ujung, sampah berserakan di pinggir pantai. Untuk jadi trmpat wisata alternatif selain pangandaran, rasanya masih jauh terringgal. Untuk mencari makanan yang kebersihannya layak pun, menurut saya susah. Satu-satunya yang standarnya sudah memuaskan adalah villa jaya sakti, kebetulan saya menginap di VJS4. Sayang ya mba, kalau saja pantainya bersih, saya yakin Rancabuaya akan bisa jadi pantai alternatif untuk warga Bandung

    • Iya betul Mas Dedy. Rancabuaya memang nggak dijaga sama warga sekitar. Saya juga hanya menginap di Rancabuaya, sedangkan mainnya ya di pantai2 sekitarnya yang jauh lebih bersih. Cuma belum banyak yang berkunjung. Soal sampah memang jadi sorotan banget. Terutama di Pantai Rancabuaya dan Santolo. Kumuh dan kotor. Padahal potensi pantainya bagus banget. Masih perawan dan pemandangannya nggak pasaran. Di Santolo malah dari mulai gerbang masuk sampai ke pantai isinya ya sampah2 berserakan.

      Sikap masyarakat yang juga saya kurang suka. Agak kurang ramah dan terkesan pasang harga mahal buat orang baru. Apalagi di Pantai Santolo yang saya harus bolak balik bayar retribusi sampai 4 kali. Belum ada transparansi disitu. Semoga pemda Garut bisa membenahi ini ya. Sayang banget potensi alam yang sedemikian bagus nggak dikelola. Malah jadi semrawut.

  • Sebelum ke rancabuaya, saya mampir ke jayanti. Sama saja, memang harus ada investor yang turun tangan membenahi. Minimal ada rumah makan yang sekelas pangandaran dari sisi kebersihan. Tapi saya juga mendapat info dari teman yg pergi ke ujung genteng dan ciletuh. Kondisi sama saja, sampah. Apa memang orang Sunda gak bisa sebersih orang jawa timur ya? Disana bukan berarti tidak ada sampah, tapi tidak se extreme di sini. Tadinya pulangnya sudah mau ke puncak guha taoi hati sudah itidak mood mikirin sampah. Btw, rasa penasaran saya sudah terjawab utk dtg ke tempat tsb. Terima kasij buat infonya mba 🙏

    • Wah saya malah belum pernah ke Pantai Jayanti. Waktu saya ke Rancabuaya sampahnya belum ekstrim sih. Mungkin karena Mas Dedy kesananya waktu habis lebaran ya. Karena baik pengunjung maupun penjual makanan ya buang sampahnya ke laut. Atau malah ke jalan (miris banget soal ini).

      Kalau Ciletuh, saya kebetulan dua bulan lalu kesana, kondisinya jauh lebih bersih dari Rancabuaya. Cuma ya belum banyak investor gitu, jadi agak semrawut.

      Ini soal kesadaran masyarakat sih kalau menurut saya. Di Jawa, rata-rata masyarakatnya menjaga lingkungannya. Cuma di Garut ini, jangankan Rancabuaya yang isolated lokasinya. Lha wong di Kota Garutnya saja banyak sampah.

  • memang Rancabuaya tidak ada habisnya, maka tidak heran kalau di akhir tahun atau liburan anak sekolah pengunjungnya banyak banget terutama dari kota Bandung

  • nuhun infonya…sy blm pernah ke sana, tp itu ya tentang sampahnya miris amat … 🙁

    btw, tgl.26 Des 2018 ini saya akan berangkat kesana…

    • Kalau di Pantai Rancabuaya rasanya nggak bisa ya. Karena dia pantainya suka kena gelombang pasang dan berbahaya. Mungkin di pantai lain kayak Manalusu atau sayang heulang diperbolehkan. Karena lebih luas. Paling urus perizinan aja ke pengurus/warganya.

  • Terima Kasih Untuk Review nya untuk Pantai Rancabuaya
    dan kunjungan nya Di Vila Jaya Sakti mohon maaf untuk pemesanan Penginapan belum Bisa lewat Aplikasi Travel , untuk Sementara Kami Menggunakan Line Telpon Dan Whatapp
    081320598288 / WA 081394891170 untuk info lebih lanjut bisa cek
    http://www.villajayasakti.wordpress.com
    instagram @vilajayasakti
    fb @vilajayasakti
    email : Vilajayasakti@gmail.com

    Besar Harapan Kami Untuk Berkunjung Lagi Ke Pantai Rancabuaya

    Terima Kasih

AdBlocker Message

Our website is made possible by displaying online advertisements to our visitors. Please consider supporting us by disabling your ad blocker.

Follow us

Don't be shy, get in touch. We love meeting interesting people and making new friends.