Traveling Lintas Alam

Setiap mau traveling, baik itu untuk keperluan perjalanan dinas maupun liburan, saya selalu well prepare barang bawaan. Supaya saya merasa secure dan nyaman saat traveling. Meskipun begitu, selaluuu saja ada barang yang ketinggalan.

Tak jarang, saat travelingnya dadakan karena kemauan atasan atau klien yang ajaib, maka barang yang ketinggalan bisa jadi nggak cuma satu. Tapi banyak.

Kalau sudah begini, biasanya saya bakal minta tolong teman atau keluarga untuk mengirimkan barang yang ketinggalan. Kalau nggak memungkinkan minta tolong, maka saya biasanya kena ekstra biaya karena harus membeli item tersebut di kota tujuan.

Sampai disini, saya jadi mikir. Itu baru perjalanan antar kota, antar provinsi, antar Negara. Masih di dunia, juga alam yang sama.

Pertanyaannya.

Ketika tiba masanya kita harus traveling ke akhirat untuk menghadap sang pencipta, bisa nggak semua bekal yang kita siapkan terbawa? Mengingat jika ada yang tertinggal, disana kita nggak bisa minta tolong siapapun untuk membantu membawakan. Nggak bisa beli juga karena disana segala perkara duniawi terputus. Nggak bisa pinjam sama penghuni akhirat lain karena mereka sama merananya kayak kita. Mungkin banyak yang ketinggalan juga.

Kasus di atas adalah bagi yang sudah menyiapkan bekal buat perjalanan panjang ke akhirat. Orang-orang dengan kasus bekalnya ketinggalan. Bisa jadi karena bekal yang disiapkannya itu tidak diperolehnya dengan ikhlas, riya, atau penyakit hati lainnya. Tapi setidaknya, dia masih punya bekal yang dibawa bersamanya melintasi alam abadi.

Nah, jikalau, panggilannya dadakan, terus kita nggak menyiapkan bekal juga. Berasumsi bahwa antriannya masih panjang, tapi tiba-tiba kita sudah dipanggil suruh masuk ke pesawat super canggih dan super ontime, dimana seat buat kita sudah disiapkan. Pasti kita akan panik luar biasa.

Padahal Gusti Allah sudah memberikan peringatan tertulis pada kita, untuk segera menyiapkan bekal sedini mungkin. Sebanyak mungkin. Karena kita bakal melalui perjalanan panjang. Sangaaaaaat panjang dan belum seorang pun kembali lagi ke dunia setelah melakukan perjalanan panjang itu.

Menyoal pesawat super ontime ini, dia nggak pake ngaret kayak pesawat di dunia. Tujuan akhir pesawat ini juga kita nggak tahu, karena brosurnya nggak pernah dibikin macam brosur resort menawan atau wisata adrenalin seperti yang ada di alam dunia. Saat mau memasuki pesawat itu, “pramugaranya” bertanya tegas pada kita. Siapa Tuhanmu? Siapa Nabimu? Apa Agamamu?

Kalaulah mulut ini bisa menjawab, pastilah semua orang bakal bisa menjawab. Bahkan yang tak percaya adanya Tuhan sekalipun. Masalahnya, saat itu tugas mulut kita sudah berhenti. Mulut kita dikunci rapat, sehingga tak ada suara yang keluar darinya. Yang menjawab adalah tangan dan kaki kita. Kemana dia melangkah, dan apa yang sudah dilakukannya di dunia.

Itulah hari dimana tanggung jawab dan pembalasan tiba. Tanggung jawab kita yang ditagih oleh Sang Maha Pencipta, Tuhan yang satu. Allah SWT. Yang nggak bakal salah menghitung seperti yang sering dilakukan orang-orang di dunia. Karena Tuhan maha adil timbangannya. Maha tepat ukurannya. Maha cepat perhitungannya hingga meleset satu mili pun tidak.

Well…jangan terlalu serius gitu dong bacanya. Kan semua orang tak kan ada yang luput dari traveling panjang ini. Bedanya hanya antrian saja. Siapa yang pergi duluan.

Cukup diresapi dalam hati, terus jadi semangat ngumpulin bekal buat perjalanan panjang kita ke akhirat nanti. Karena segiat apapun kita mengumpulkan perbekalan duniawi, nggak bakal ada yang bisa kita bawa. Karena setiap mimpi duniawi kita belum tentu tercapai, apalagi dengan jahatnya lingkungan saat ini. Tapi jadi penghuni surga, insyaAllah masih ada harapan. Wallahualam bisshawab.

Add comment

AdBlocker Message

Our website is made possible by displaying online advertisements to our visitors. Please consider supporting us by disabling your ad blocker.

Follow us

Don't be shy, get in touch. We love meeting interesting people and making new friends.