“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” -Pramoedya Ananta Toer-
Itu salah satu quote kesukaan saya dari Pram. Soal anjuran untuk menulis. Kalau anda searching judul ini di google, pastinya banyaaaaak banget tulisan yang membahasnya. Bahkan nggak sedikit pula website khusus yang memberikan tutorial lengkap bagaimana caranya menulis cerita, artikel, dan jenis tulisan lainnya (prosa, puisi, cerpen, novel, artikel, ect) . Tapi karena permintaan seorang sahabat, saya pun mencoba menepati janji untuk membuat yaa…paling enggak kisi-kisi lah buat menulis artikel, terutama buat para pemula. Bukan berarti saya lebih baik dari anda, hanya saja kebetulan saya ada waktu luang untuk sharing pengetahuan.
So…diawali dengan Bismillah 🙂
Ketika kita hendak menulis, seringkali kebingungan melanda. Lantas anda berucap,
Ya ampun…di kepala banyak banget yang mau diungkapkan, tapi pas jemari sudah di atas keyboard nggak ada satu kalimat pun yang bisa dirangkai. Setelah merangkai, kalimatnya pun jelek.
Selanjutnya disertai pula dengan pertanyaan-pertanyaan di bawah ini menggelitik kalbu dan benak anda.
“Duh nulis apa, ya?”
“Apa dulu ya pengantarnya?”
“Topik apa ya yang lagi hangat sekarang?”
“Apa ya yang banyak orang suka?”
And then ketika topik sudah ditemukan,
“Yaah…ini kan sudah pernah dibahas di TV.”
“Ah nggak jadi deh nulisnya. Di majalah anu sudah dipublish dan lebih lengkap.”
“Yah, kalau tulisan saya jadinya gini sih nanti nggak ada orang yang mau baca.”
And soooo on hingga anda akhirnya nggak jadi nulis.
Kalau anda beneran niat, maka anda bisa mulai mencari tahu dengan bertanya, baik itu pada teman, pada guru, atau pada penulis yang karyanya sudah dipublikasikan dimana-mana. Setelahnya, pasti anda akan menemukan jawaban yang sama.
“Menulis itu tak hanya berdasarkan teori, tetapi melalui praktek.”
Dulu saya juga sebel kalau dengar jawaban seperti itu. Namun sekarang, pendapat tersebut benar adanya. Kita nggak akan bisa nulis kalau nggak mencoba untuk menulis. Kita juga nggak bakalan bisa menghasilkan tulisan bagus kalau nggak terbiasa menulis. Dan untuk bisa menulis, yang anda perlukan adalah membaca. Itulah sebabnya tulisan seseorang mencerminkan pengetahuan yang ia punya. Orang yang banyak membaca akan dapat merekam banyak informasi, sehingga ia akan memiliki banyak ide tulisan.
Jadi yang terpenting adalah ide. Kalau sudah ada ide, tuliskan saja di atas kertas, atau ketik di komputer anda. Tulis saja semau anda. Mau ngawur kek, mau aneh kek. Nggak masalah. Nggak usah mikirin tanda baca dulu. Nggak usah mikirin aturan dalam penulisan dulu. Dan yang terpenting, nggak usah mikir tulisan anda jelek. Penulis sekaliber Pramoedya Ananta Toer pun pernah melalui proses belajar. Pasti beliau juga pernah punya tulisan yang belum bagus. Tulisannya menjadi bagus dan indah karena belajar. Karena banyak membaca. Karena banyak pula melakukan perenungan.
Yang perlu anda lakukan adalah duduk di depan komputer. Mulai tulis kata per kata hingga akhirnya terangkai menjadi sebuah kalimat. Lakukan sampai selesai. Hal ini bisa dibilang mudah, sekaligus sulit.
Selanjutnya setelah anda melakukan “menulis bebas”, maka anda dapat mulai membacanya kembali. Baca dengan suara yang bisa anda dengar, sesuai dengan apa yang anda tulis. Pokoknya baca dengan nada seperti anda sedang bicara ke orang lain. Kalau anda ngos-ngosan bacanya, berarti anda perlu menambahkan titik atau koma dalam tulisan anda.
Setelah anda dapat membedakan kapan menaruh titik, kapan menaruh koma, dan kapan memberikan jeda, langkah berikutnya adalah membuat urutan kejadian. Atau membuat urutan cerita. Tulislah berdasarkan urutan kejadiannya. Pembuka, isi, penutup.
Misalkan dalam menulis artikel wisata, paragraf pembuka dapat anda buat dengan menyapa pembaca, atau menceritakan alasan mengapa anda bisa berkunjung ke tempat wisata yang hendak anda liput.
Dalam paragraf isi, deskripsikan, atau gambarkan apa saja yang anda lihat di tempat yang anda liput. Buat dalam bentuk cerita yang runut dan berurut.
Misalkan yang pertama anda lihat adalah tempat parkir, ya ceritakan dimana tempat parkir berada. Dari tempat parkir anda kemana lagi, dan seterusnya seperti yang anda alami. Lebih baik lagi jika anda bertanya dengan orang di sekitar anda, sehingga anda dapat memberikan informasi khas yang mungkin belum ditulis oleh penulis lain. Jika anda kesulitan untuk mendeskripsikan suatu lokasi, anda bisa memberikan foto atau peta agar lebih mudah dipahami pembaca.
Kemudian untuk bagian penutup, anda bisa memberikan informasi tentang : Bagaimana menuju ke lokasi, kapan waktu terbaik mengunjunginya, jika ada tiket masuk, berapa harganya? Apa yang harus dibawa jika berkunjung ke tempat tersebut, dan apa saja yang dilarang.
Informasi ini akan sangat bermanfaat untuk pembaca.
Satu lagi yang penting, anda dapat mencoba minta tolong kepada teman atau keluarga untuk membaca tulisan anda. Jika mereka belum mengerti tulisan anda, minta mereka memberikan masukan apa saja yang bisa diperbaiki. Jangan menutup diri terhadap kritik. Terutama kritik yang membangun karena ini akan sangat membantu anda dalam memperbaiki kualitas tulisan. Tapi sebaliknya, anda nggak usah peduli pada orang yang mencela tulisan anda. Karena belum tentu yang mencela anda itu lebih baik daripada anda. Mungkin yang bersangkutan malah nggak bisa nulis sama sekali.
Jangan minder jika tulisan anda jelek. Karena sejatinya, menulis adalah suatu keberanian. Berani dipuji, berani pula dicela. Menulislah dari hati, nggak usah mikirin tulisan anda dibaca oleh banyak orang apa nggak.
Niatkan anda menulis untuk terapi jiwa, untuk meninggalkan jejak, untuk mengabadikan kenangan. Jika anda terus menulis, lama kelamaan kualitas tulisan anda akan meningkat. Kemampuan anda dalam berbahasa pun akan terasah. Sehingga dari tulisan yang awalnya buruk, lantas menjadi baik, lebih baik, lebih baik lagi, lalu meningkat menjadi indah.
Mengutip kata Pramoedya Ananta Toer,
“Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapa pun? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari. (Mama, 84- Child of All Nations)”
Selamat Menulis 🙂
Add comment