Hallo Travelers dan para nomaden di seluruh negeri, welcome to my blog.
Sore ini, sambil menyesap teh di sebuah kamar hotel di Bandung, saya mau berceloteh dan mereview perjalanan saya dengan KA Argo Parahyangan beberapa waktu lalu. Memang sih perjalanan seperti ini sudah pernah saya review di tulisan saya sebelumnya. Tapi kali ini beneran deh beda. Meskipun judulnya masih perkereta-apian Indonesia.
Baca juga: Staycation, Pilihan Liburan Asyik buat Traveler sibuk dan budget terbatas
Siang itu, setelah sepuluh hari bertugas di Depok dan Bogor, saya memilih kembali ke Bandung untuk rehat sejenak, mengentaskan rasa jenuh di pikiran. Demi menghindari macet, saya memilih KAI. Karena kereta saya berangkat jam 15.30 dari Stasiun Gambir, maka jam 12.40 WIB saya sudah keluar hotel, lalu menuju stasiun KRL Bogor. Dari stasiun tersebut saya naik KRL tujuan Bogor-Jakarta Kota, kemudian turun di Stasiun Gondangdia. Satu stasiun sebelum Stasiun Gambir. Setelah itu lanjut naik ojek online ke Stasiun Gambir, dengan tarif Rp5ribu, dan waktu tempuh sekitar 5 menit saja. FYI, meskipun KRL melewati Stasiun Gambir, KRL Bogor-Jakarta Kota tidak berhenti di stasiun tersebut. Tetapi langsung menuju Stasiun Djuanda.
Nanti deh ya kalau sudah mood saya nulis rute Commuter Line ke segala arah, lengkap beserta jadwal dan stasiun persinggahannya. *janji mulu, nggak ditulis-tulis 😀 Maafkaaan….
Baca juga: Review Kereta Api Argo Parahyangan
*Update: Finally, saya selesai juga nulis rute sambung dari Kereta Api Argo Parahyangan ke Commuterline jalur Bogor. Silakan dibaca ya travelers.
Bandung ke Bogor Naik Kereta Api? Caranya Gimana?
Seperti biasa, saya memilih Kereta Api Argo Parahyangan kelas eksekutif, dengan tiket seharga Rp125ribu. Saya dapat Gerbong Eks 1 yang letaknya paling depan. Saat masuk, saya terkesima dengan interiornya. Gerbong eksekutif ini beda banget dengan gerbong eksekutif yang biasanya saya naiki. Kursinya dilapis kulit, dengan aksen warna biru tua. Kabinnya mewah, kaca jendelanya terang karena nggak dilapis film, terus tirainya juga beda, bukan yang konvensional seperti biasanya. Tirainya mirip dengan tirai di kelas ekonomi plus yang bisa ditarik ke atas dan ke bawah. Lebih praktis dari tirai biasa.
Update Harga Tiket Argo Parahyangan 2019:
Ekonomi: Rp100.000-Rp110.000
Premium: Rp110.000-Rp120.000
Eksekutif: Rp150.000-165.000
Ternyata, ini adalah kereta eksekutif buatan PT. Inka tahun 2016, alias made in Indonesia punya. Keren banget tampilannya, kan?
Baca juga: Review Gerbong Kereta Ekonomi AC Argo Parahyangan
Kelebihan:
Seperti halnya gerbong eksekutif lama, gerbong eksekutif buatan PT. Inka tahun 2016 ini dilengkapi dengan fasilitas AC, bantal, meja lipat, kursi yang bisa di stel tingkat kemiringannya, sandaran kaki, juga toilet yang bersih.
Kekurangan:
Nah, setelah membahas kelebihan, nggak lengkap kalau mereview nggak pakai kekurangannya ya. Dari segi interior memang gerbong kereta eksekutif buatan PT. Inka ini keren banget. Desainnya oke, berkesan mewah, dan terang benderang. Namun sayang, kenyamanannya masih kalah jauh dengan gerbong eksekutif lama. Saat kereta melaju kencang, tubuh kita terasa terhempas-hempas, alias suspensinya nggak bagus kalau menurut saya. Entah karena saya kurus sehingga gampang terombang-ambing, atau memang gerbong ini “spesial” sehingga nggak pake suspensi di dalamnya. Malah kalau menurut saya, lebih lumayan gerbong ekonomi plus. Goncangannya nggak begitu terasa.
Selanjutnya soal kualitas kursi. Meskipun desainnya keren dan elegan banget, tapi kursinya keras. Belum lagi bahannya yang kulit itu, licin saat diduduki. Hal ini menyebabkan saya hampir merosot ke depan beberapa kali. Terutama saat kereta berbelok, atau melakukan pengereman mendadak. Huhu…Sorry to say, saya berasa naik pesawat L*on A*r kelas ekonomi kalau begini caranya. Nggak bisa tidur karena keseringan melorot, dan badan saya pegel-pegel jadinya. Padahal kan kita memilih kelas eksekutif untuk mencari kenyamanan, ya.
Tak sampai disitu, keluhan saya berlanjut ke sandaran kaki. Kalau di gerbong eksekutif lama saya bisa menyandarkan kaki saya dengan aman sentosa sekaligus nyaman, di gerbong baru ini nggak nyaman sama sekali. Memang disediakan sandaran kakinya, tapi kalau kita injak dia baru bisa turun. Jika tidak, dia akan njeblak ke kursi depan. Alhasil, saya beberapa kali mengganggu tetangga seat depan saya (maaf ya…). Yang kasihan itu ibu-ibu yang duduk di sebelah saya. Dia kan kakinya nggak terlalu panjang, dan akhirnya dia nggak bisa menyandarkan kakinya. Nggak nyampe sampeyane rek. Sebagai gambaran, saya sempat merekam saat menggunakan sandaran kursi yang aneh itu.
Lihat ini:
Baca juga: Perjalanan Bandung Purwokerto Bersama KA Serayu
Saya pun berkeluh kesah dengan sahabat pena saya, Rasyid yang juga karyawan PT. KAI. “Gerbong anyar kok ngene yo? Kaya ora ono suspensine.” Keluh saya. *silakan manfaatkan google translate yes. Hehehe…
Lalu teman saya menjawab, “Saiki gak semua gerbong dilengkapi suspensi, mbak. Telpon saja 121, keluhan customer. Cepet kok responnya.”
Duh…sebenernya saya seneng banget loh PT. Inka sudah membuat gerbong yang cantik ini. Desainnya bagus, pelayanannya bagus, televisinya bagus. Sayang, kenyamanannya masih belum maksimal. Semoga ke depannya gerbong buatan PT. Inka dibuat lebih nyaman, sehingga orang-orang nomaden kayak saya nggak harus terhempas-hempas di gerbong kereta. Soalnya sudah sering terhempas di dunia fana #eeeehh lah ngelantur deh jadinya hahaha…
Anyway, segitu dulu review dari saya. Lagi-lagi, semua berdasar atas kesan dan pendapat saya pribadi ya travelers, yang mungkin berbeda bagi setiap orang. Perjalanan ini saya lakukan pada Sabtu, 26 Agustus 2017, Kereta Api Argo Parahyangan Gerbong Eksekutif 1.
Kapok? Enggak lah, saya tetap ngefans sama KAI.
Salam Kereta Api Indonesia.
Baca juga: Review Argo Parahyangan New Image 2018
kok di agen harga tiket 150,000.-ya cukup besar ambil untungnya. selisih 25,000.-=+/- 16.5.% cukup tinggi dibanding dgn jerih payahnya (tinggal kirim email tukarnya)
Sekarang memang ada kenaikan harga. Semenjak ada kereta Pangandaran (Jakarta-Banjar via Bandung) untuk eksekutif Rp150.000 dan ekonomi Rp100.000. Premium Rp110.000. Naiknya diam2 pula nggak pake pengumuman hahaha…
nah terus sekarang sudah kena tarif tuslah, jadi Jakarta Bandung Eksekutif Rp 165 ribu.