Menikmati Pelangi di Monjali
Pada postingan sebelumnya, saya cerita kalau setelah bertualang ke Candi Prambanan, saya dan Pia makan siang di The House of Raminten. Setelah itu, kami beli tiket Prameks di Stasiun Tugu, dan Kembali ke Homestay di Mantrijeron sekitar jam 15.00. Mandi, lalu bobo siang. Sebelum akhirnya menikmati pelangi di Monjali
Baca tulisan sebelumnya:
- Perjalanan Bandung-Yogyakarta dengan Kereta Api Turangga
- Menyapa Kehidupan Pagi di Yogyakarta
- Candi Prambanan Lagi, Why Not?
Mengunjungi Batik Yudhistira
Jam 5 sore perjalanan kami mulai kembali. Kali ini kami mengunjungi Batik Yudhistira di daerah Taman Siswa. Sebenernya saya ajak adik saya ke tempat itu karena saya penasaran sih. Menurut teman saya yang orang Jogja, batik disitu murah, harga grosir, dan bagus-bagus.
Sesampainya disana, saya malah nggak menemukan model baju yang saya suka. Soal harga memang murah dan terjangkau. Hanya saja soal selera dan desain, nggak saya banget.
I prefer the original batik tulis/Batik cap with tailor made and designed by myself. It’s a little bit expensive, but the result is very satisfiying (teteup…centil mode on. Naluri wanita, nggak mau sama, nggak mau pasaran pula hehehe….).
Taman Pelangi Monjali
Perjalanan kami lanjutkan ke Taman Pelangi Monjali. Atau dikenal juga dengan Taman Lampion Monjali. Akronim dari Monumen Jogja Kembali.
Keberadaan taman ini sebenernya baru saya ketahui waktu saya search di google. Letaknya di kawasan Monumen Jogja Kembali, dan nggak jauh dari Kampus UGM.
Kalau dari Batik Yudhistira, perjalanan hanya sekitar 30 menit dengan berkendara. Atau sekitar 10km dari Batik Yudhistira. Harga tiket masuk Taman Pelangi ini Rp15.000/orang. Ditambah parkir motor Rp.2000.
Begitu tiba di Taman Pelangi Monjali, saya melihat kerlap-kerlip lampion berwarna-warni. Jadi kayak lagunya Mbak Yuni Shara.
Bagaikan langit berpelangi, terlukis wajah dalam mimpi…Tertegun ku dibuai, dibuai dalam kenangan dan senyuman…Yang takkan terlupakan…Mungkinkah tercipta kembali, malam yang penuh keindahan…Sinar rembulan terasa, oh hangat menyentuh tubuh…
Apalagi, ya? Lupa syairnya hehe…
Taman Pelangi Monjali ini sederhana, tapi cukup menghibur. Kerlap-kerlipnya bikin kita senang. Sekedar menikmati open space manakala lampion beradu dengan sinar rembulan, atau sekedar loncat kesana kemari mengikuti gemerlapnya lampu.
Sebagai gambaran, tempat ini mirip-mirip Batu Night Spectacular di Batu Malang sana. Hanya dalam versi lebih kecil. Mainan disini pun hanya untuk anak-anak. Tak seperti di BNS yang memang dirancang untuk dinikmati oleh segala usia.
Setelah puas berkeliling Taman Pelangi, sebenarnya kami mau makan malam di daerah Jalan Monjali. Tepatnya di Nasi Gandul Pak Bo.
Kebodohan kami adalah….ketika keluar Taman Pelangi, kami malah keburu masuk ke Ringroad. Lalu…nyasar, Rek!
GPS yang saya pegang menyesatkan kami hingga sekitar 12km jauhnya. Payah banget.
Di Jogja, penggunaan GPS ini seringkali mengesalkan. Meskipun kadang membantu juga sih, sedikit-sedikit. Akhirnya saya hanya bermodalkan ingatan saja, untuk kembali ke jalan yang saya kenali.
Angkringan Kedaulatan Rakyat a.k.a. KR
Gara-gara nyasar, kami nggak jadi deh makan Nasi Gandul Pak Bo. Perjalanan kami lanjutkan ke Jl. Kedaulatan Rakyat. Sampai di Jalan ini, si Pia ngajakin makan di angkringan.
Ternyata ini angkringan KR, yang merupakan akronim dari Angkringan Kedaulatan Rakyat. Mmm…sebenernya saya agak gimanaa gitu sama angkringan.
Walaupun saya sangat sering ke Jogja, boleh dikata saya nggak pernah makan di angkringan. Karena ya…nggak suka saja. Saya nggak suka duduk di aspal. Saya juga nggak suka makan dalam keadaan gelap, mana sendok, mana piring nggak kelihatan sama sekali. Saya juga nggak suka sego kucing yang segone mabyar.
Bahasa Indonesianya apa ya? Nasinya kabur gitu deh saat dimakan.
Namun kali ini, demi adek, saya ngalah deh. For the first time, saya makan di angkringan KR yang terkenal itu.
Review Angkringan Kedaulatan Rakyat Yogyakarta
Saya lihat sih angkringan disini beda banget ya sama angkringan di sekitaran Malioboro yang terkesan kumuh. Di angkringan KR ini, tempatnya bersih. Kita juga disediakan tikar yang juga bersih.
Sego kucingnya juga nggak mengecewakan. Nasinya pulen, juga lauknya enak-enak rasanya. Harganya? Untuk 5 bungkus sego kucing, 2 sate telur puyuh, 1 tempe bacem, 1 sate usus, 2 gelas teh manis panas, dan secangkir kopi tubruk hanya Rp28.000 saja. What do you think?
Oleh karenanya, meskipun saya picky eater dan pemilih soal tempat, tapi saya merekomendasikan kalian yang ke Jogja untuk makan di angkringan Kedaulatan Rakyat ini. Don’t worry. Tempatnya bersih. Makanannya enak. Harga juga nggak ngebohongin. Kualitas makanannya pun baik. Bahkan kalau nanti kembali ke Jogja, saya mau kok makan di angkringan KR lagi.
Notes: Sorry beberapa pakai foto dari web luar. Saya sudah motret di taman pelangi, tapi kelupaan naruh filenya dimana. #BloggerMblasur 🙂
Add comment