Pendakian Ke Ranu Kumbolo Untuk Newbie ®
Sebelumnya, saya cerita tentang persiapan pendakian ke Ranu Kumbolo, Semeru. Mulai dari transportasi, administrasi SIMAKSI, dan pemandangan menakjubkan dari Tumpang menuju Ranu Pani. Nah di postingan ini saya bakal ceritakan step by step pendakian dari Ranu Pani menuju Ranu Kumbolo.
Persiapan Pendakian Menuju Ranu Kumbolo, Surganya Mahameru
Memulai Pendakian Dari Ranu Pani Ke Ranu Kumbolo
Karena proses perizinan dan breefing yang cukup lama, maka kami baru bisa makan siang sekitar jam 14.30, dan selesai jam 15.00 WIB. Setelahnya, kami berjalan ke jalur pendakian, lalu memulai dari Gerbang Bromo Tengger Semeru sekitar jam 15.30. Menurut petugas saat breefing tadi, dari Ranu Pani, Ranu Kumbolo dapat dijangkau sekitar 4-5 jam berjalan kaki.
Sebelum meneruskan jalan cerita, kita kenalan dulu dengan pemeran Trip Ekspedisi Ranu Kumbolo Mahameru:
Dari Kiri ke kanan (atas): Mbak Noviani (Bali), Danni (Bogor, second lead character), Saya, Mbak Meilina (Jakarta), Bhekti (Bandung), Mbak Putu (Bali), Reyza (Bandung), Mbak Nik (Jakarta), Teh Hetty (Bandung), Mas Erwin (Bandung).
Dari Kiri ke kanan (bawah): Mide (Surabaya, Pemeran Utama), Sese (Balikpapan), Hinni (Bandung), dan Mbak Novi Sindah (Palembang).
Pendakian Menuju Pos 1
Perjalanan dari Ranu Pani ke Pos 1 ditempuh kurang lebih 45 menit. Hal ini dikarenakan kami sering berhenti kibat kabut yang mulai turun, jalan berpasir sehingga sulit dilalui, serta debu dari pasir tersebut yang bikin sesak nafas. Jadi saya sarankan juga ke kalian yang mau ke Semeru, pakailah masker.
Di pos 1, terdapat warung yang menjual minuman dan makanan. Namun saat kami sampai di Pos tersebut, warungnya sudah tutup. Sudah hampir jam 5 soalnya. Setelah beristirahat kurang lebih 15 menit, kami melanjutkan perjalanan ke Pos 2.
Pendakian Menuju Pos 2
Dari Pos 1 ke Pos 2 perjalanan kami tempuh sekitar 20 menit. Karena banyak berfoto, dan mumpung masih ada sinar matahari. Istirahat sekitar 5 menit saja, lalu kami melanjutkan perjalanan.
Pendakian Menuju Pos 3
Dari Pos 2 ke Pos 3, perjalanan sudah mulai berat. Malam tiba, gelap pun menyelimuti sekitar, sehingga membuat kami mengurangi kecepatan. Lebih berhati-hati juga.
Nah disinilah saya bersama Mbak Ani, Mbak Putu, dan Mbak Mei terpisah dari rombongan. Kami berempat jalan terlalu cepat. Padahal medan dari Pos 2 ke Pos 3 itu cukup berat dan panjang, juga mendaki. Kami mengeluarkan senter, dan untungnya, kami ketemu rombongan pendaki lain. Jadi kami ajak mereka jalan bareng. Berjalan perlahan karena gelap, dan di sebelah kiri kami itu jurang. Belum lagi jalan berpasir berupa tanjakan dan turunan yang menguji nyali. Kalau siang sih nggak masalah, lha ini malam. Gelap.
Oh iya, kalau siang hari, di Pos 3 ini juga ada bapak tua yang berjualan semangka. Air mineral, juga gorengan. Rasanya enak. Semangkanya manis sekali dan sangat segar. Dingin juga, jadi kayak semangka yang sudah dimasukkan ke kulkas.
Bhekti dan Makanannya
Harga semangka/potong Rp2500. Gorengan Rp2500/buah. Air mineral ukuran 600ml Rp10.000/botol. Ukuran 1500ml Rp25ribu/botol. Jadi kalian nggak perlu khawatir kekurangan air. Bawa saja persediaan air secukupnya, supaya nggak berat saat mendaki.
Sekitar 1.5 jam berjalan, akhirnya sampai juga kami di Pos 3. Disini kami merebahkan badan, dan ngobrol dengan pendaki lain. Selain itu, kami berempat juga menunggu rombongan kami. Jadi ya istirahat agak lama disini. Ada deh kayaknya 30 menitan istirahat.
Akhirnya rombongan kami datang, dan kami bisa jalan bareng lagi. Kali ini lebih bersemangat jalannya. Meskipun masih ada 1 rombongan dibelakang. Dari 16 orang, 8 orang jalan duluan, 8 orang di belakang.
Malam seperti itu, saya sama sekali nggak mengeluarkan kamera. Sibuk fokus dengan jalan setapak di depan.
Pendakian Menuju Pos 4
Pendakian menuju Pos 4 agak drama, karena kami harus naik tanjakan curam, licin dan berpasir. Jadi harus ekstra hati-hati. Kayaknya hampir merangkak deh untuk lewat jalan sini. Banyak juga akar-akar pohon yang mencuat disana-sini, jadi kalian beneran harus fokus.
Walhasil, kami nggak ada yang saling ngobrol. Sibuk fokus masing-masing, dan mengingatkan teman yang di belakang kalau kita ketemu jurang, jalur curam, ataupun akar pohon.
Tapi kalau siang hari, kurang lebih kalian bisa melihat ini di tengah perjalanan antara Pos 3 ke Pos 4.
Pos 4, Air Ranu Kumbolo memantul di bawah sana
Saat Tommy, pimpinan regu kami bilang, ada cahaya memantul di bawah sana, kami serentak berteriak alhamdulillah…akhirnya Ranu Kumbolo sudah terlihat. Tapi saya ledekin Tommy yang di jalan berkali-kali hampir tumbang karena bawa barang bawaan.
“Tom…kamu nggak lagi fatamorgana kaan?”
Hahahaha…
And then sampailah kami di Pos 4. Selangkah lagi menuju Ranu Kumbolo.
Selangkah? Gempor juga kaliii…perjalanan dari Pos 4 ke Ranu Kumbolo sekitar 30 menit lagi berjalan kaki. Nah, kalau siang hari, kurang lebih pemandangannya seperti ini dari Pos 4.
Saat istirahat di Pos 4, saya menatap ke arah langit. Bintang gemintang bertaburan di atas sana. Sempurna indahnya saat kupandang dengan mata. Tak pelak, mata pun berkaca-kaca. Terima kasih Ya Allah, aku sudah diizinkan melihat keindahan atap langit sedekat ini. Terima kasih atas segala cobaan yang kau beri, kau juga sertakan anugerah berupa sahabat yang menyayangiku, dan percaya padaku. Terima kasih telah kau berikan kemudahan rezeki untukku dan keluargaku. Terima kasih sudah diberikan kesehatan hingga kaki bisa menapak di tempat ini, di punggung tiang pancang tertinggi Pulau Jawa.
Salah satu teman saya yang mendengar suara saya berucap, “kamu nih, mulai deh jadi pujangga diatas gunung.”
Saya hanya tersenyum simpul sambil berucap, mereka belum pernah merasakan cobaan luar biasa seperti yang saya alami. Jadi pasti agak aneh ketika saya bilang ke mereka, sahabat adalah anugerah terindah yang Tuhan berikan untuk saya. Kalian adalah anugerah terindah. Tanpa kepercayaan dan support kalian, mungkin saya akan sulit bertahan dalam kewarasan.
Ranu Kumbolo, Surganya Mahameru
Sebelum sampai Ranu Kumbolo, kami sempat beristirahat sejenak di tanah lapang, selepas turunan tajam. Sisi lain Ranu Kumbolo yang sebenarnya dilarang untuk digunakan sebagai tempat perkemahan. Namun ada saja pendaki yang berkemah disini. Kalau siang hari, seperti ini penampakan tempatnya:
Kami semua rebahan. Menatap langit dan milky way di atas kami. Seolah bisa kami sentuh. Kami juga melihat bintang jatuh, sang meteor yang gagal mempertahankan dirinya di tatanan galaksi, hingga akhirnya terlempar ke atmosfer. Entah dimana ia mendarat. Untung saja nasibku tak seperti meteor itu. Tsaaah…
Jam menunjukkan pukul 19.30, ketika kami sampai di tenda kami di Ranu Kumbolo. Mas Burhan dan Fauzi sudah menunggu. Sambil mendirikan tenda dan masak makan malam. Saya satu tenda dengan Mbak Mei, Mbak Ani, dan Mbak Putu.
Toilet di Kawasan Ranu Kumbolo
Buat saya, camping di Ranu Kumbolo cukup nyaman. Karena terdapat toilet bersih dan juga shelter di dekat sini. Ada juga warung yang berjualan, meskipun tidak 24 jam.
Kalian bisa mandi di toilet (kalau kuat ya), tapi maksimal 10 menit. Kalau menurut saya sih, nggak usah mandi lah, kalian bersih-bersih secukupnya saja, karena udara sangatlah dingin. Kisaran 9 derajat celcius. Bahkan bisa sampai minus. Air juga lebih dingin dari air es deh. Terus juga, tolong hargai pendaki lain. Kan nggak lucu juga kalau mereka ngantri karena kamu memaksakan diri mandi.
Biaya menggunakan toilet Rp5000/orang.
Warung di Ranu Kumbolo
Kalau kalian malas masak, pengen cepet jadi ya kalian bisa jajan di warung Ranu Kumbolo. Harganya kurang lebih sama dengan pos sebelum Ranu Kumbolo. Semangka/potong Rp2500. Gorengan Rp2500/buah. Air mineral ukuran 600ml Rp10.000/botol. Ukuran 1500ml Rp25ribu/botol. Wajar banget kan harganya? Karena untuk membawa air mineral ke tempat ini juga butuh perjuangan luar biasa.
Tips Pendakian Ke Ranu Kumbolo Untuk Newbie
Kalau budget kalian tipis, ya bisa bawa perbekalan dari rumah. Bawa kompor, makanan, dll. Untuk air bersih, kalian bisa ambil di Ranu Kumbolo. Dengan catatan, dilarang mencuci piring dekat danau, dilarang menggunakan wadah berminyak untuk mengambil air di Ranu Kumbolo.
Please taati aturan itu ya. Jangan jadi pendaki hanya untuk selfie, lalu mengabaikan aturan dan etika camping di surganya Mahameru. Mari kita lestarikan tempat seindah ini, supaya kelak, jika ada umur dan kesempatan, kita bisa ajak anak kita berkunjung kemari. Melihat indahnya surga dunia, yang Tuhan ciptakan untuk manusia.
Tugas kita hanya, menjaganya.
Sekian dulu dari saya, review berikutnya bakal saya share secepatnya insyaAllah.
Add comment