Leipziger CommentTegelfabriek. Demikian yang tertulis di plang papan nama rumah ini. Tulisan itu dalam bahasa Belanda, yang artinya Pabrik Ubin LZ. Penduduk setempat dan para pelancong mengenalnya sebagai Rumah Tegel Lasem.
Rangkuman Perjalanan Dua Hari di Lasem:
- Bernostalgia dengan perabot kuno di Waroeng Lasem
- Belanja batik Tiga Negeri di Oemah Batik Lasem
- Menyusuri jajaran rumah tua di Kampoeng Heritage Desa Karangturi Lasem
- Mengenal Warung Kesengsem Lasem, pusat nongkrong anak muda Lasem yang hits
- Sejenak menyapa Opa Lo, Pemilik Rumah Opa Oma Lasem
- Mengulik Arsitektur Kelenteng Cu An Kiong Lasem, Klenteng Pertama di Pulau Jawa
- Mengenal Kong Co The Three Musketeers of Lasem di Kelenteng Gie Yong Bio
- Bertamu ke Rumah Tegel Lasem
- Menikmati Tenggelamnya Sang Surya di Pantai Watu Layar, Lasem
- Itinerary Wisata Lasem, Dua Hari nggak sampai sejuta!
- Homestay Rumah Merah, Penginapan Tiongkok Kecil Heritage Lasem yang memanjakan mata
- Menginap di Wisma Pamilie, Rumah Oei Lasem
Lokasi Leipziger CommentTegelfabriek a.k.a Pabrik Ubin LZ, atau Rumah Tegel Lasem
Rumah Tegel Lasem terletak di Jalan Raya Daendels Lasem. Rumah ini berhalaman luas dan fasadnya bertema artdeco dengan empat pilar utama ciri khas bangunan Indies Belanda. Pemandangan tersebut sontak membuat pikiran saya mengembara ke masa lalu.
Bagaikan time travel yang diputar mundur, saya seolah menyaksikan betapa megah dan anggunnya Rumah Tuan Kapitan Lie Thiam Kwie ini di awal abad ke-20.
Jejak Kejayaan Rumah Tegel Lasem
Kekokohan rumah tegel Lasem ini memberikan jejak bahwa di masa lalu, pemiliknya merupakan golongan orang yang kaya raya. Rumah Tegel Lasem terletak di sisi Jalan Utama, dengan luas tak kurang dari 5000 meter persegi.
Rumah ini terdiri atas rumah utama yang ditempati oleh keluarga inti, rumah untuk bapak dan ibu yang bekerja di pabrik tegel, bangunan Pabrik, dan tempat penyimpanan tegel.
Halaman belakang rumah tegel lasem pun luas dan banyak pohon, sehingga menjadikannya rindang dan mampu menurunkan suhu panas Lasem. Meskipun keadaannya kini kurang terawat, namun pesonanya sulit untuk kita nafikkan begitu saja.
Berkenalan dengan Tante Liu Hadinata, Pemilik Rumah Tegel Lasem
Kalau boleh dibilang, rombongan saya dan teman-teman adalah yang paling beruntung. Karena saat mengunjungi Rumah Tegel Lasem ini, sang pemilik sekaligus cucu dari pemilik pertama Leipziger CommentTegelfabriek atau Pabrik Ubin LZ, Tante Liu Hadinata, sedang ada dirumah. Oleh karena itu, pintu rumah utama dibuka.
“Ayo masuk, kalian boleh lihat dan bebas foto-foto di dalam rumah. Mumpung saya ada disini.” demikian beliau berkata. Tentu saja dengan senang hati kami mengiyakan. Langsung deh pecicilan motret sana sini.
Begitu masuk…saya tercengang dengan isi rumah. Untuk kalian yang tidak suka barang antik nan tua, tentunya tidak ada yang spesial dari cerita dan foto saya. Namun buat kalian yang memiliki ketertarikan serupa dengan saya, yaitu menikmati koleksi barang tua dan antik, apalagi yang memiliki nilai sejarah, it’s like we’re in heaven now!
This is amazing!
Isi rumah sarat akan benda kuno dan antik. Sudah barang tentu, semua barang dan perabot di rumah ini memiliki nilai sejarah yang tinggi. Lemari dari kayu jati berukir, kursi malas dari anyaman rotan, jajaran foto hitam putih, seolah mewakili ruang dan waktu antara Tuan Kapitan Lie Thiam Kwie, dengan cucunya. Juga dengan kami tentunya, tamu rumah ini.
Tante Liu. Demikian saya memanggilnya, sudah berusia 78 tahun. Beliau dan keluarganya tinggal di Semarang, dan hanya sesekali datang ke Lasem untuk menengok rumah warisan kakeknya ini. Tante sendiri tidak tahu persis kapan rumah ini dibangun.
Namun diperkirakan, sekitar tahun 1800an. Sedangkan kakek beliau, Tuan Lie Thiam Kwie sudah membangun Tegel Fabriek Lasem dengan merek dagang LZ sejak tahun 1910.
Cerita saya dan tante berlangsung seru, sampai akhirnya diketahui bahwa ternyata kami punya satu kesamaan. Tante pernah tinggal di Bandung, puluhan tahun lamanya.
Wah…surprise…tak banyak yang tahu tentunya, sebelum pindah ke Semarang, Tante Liu dan keluarga justru tinggal di Bandung. Kota yang sama dengan kota yang menjadi rumah kedua saya.
Rumah Tegel Lasem Dalam Lensa
“Itu lho, kamu foto di jendela. Ada kaca patri asli dari tahun 1800an. Jarang ada traveler yang bisa foto di dalam sini.” demikian kata Tante Liu, yang langsung saya turuti.
Mas Yudi, sahabat saya yang juga seorang fotografer pun sigap menjepretkan kameranya. Kalau kalian sering baca blog atau ngikutin Instagram saya, pasti tahu kalau kebanyakan foto saya diambil sama Mas Yudi.
Setelah berpose di dekat jendela dan tempat yang cantik ini, saya pun mengajak Mbok Sukemi (Sementara kita sebut namanya demikian, karena saya lupa-lupa ingat nama aslinya. Maaf ya…) untuk berpose bersama.
Beliau adalah seorang asisten rumah tangga yang sudah bekerja dengan keluarga Tante sejak tahun 1990an. Kalau ada yang tahu nama benarnya, tolong kabari saya ya, kalian juga bisa tulis di kolom komentar (kita revisi bersama nanti :))
“Saya belum mandi eh mbak.” demikian tuturnya malu-malu. “Nggak apa-apa, kan nggak ada yang tanya juga Mbok sudah mandi atau belum.” Ujar saya santai. “Nanti gambar saya kelihatan dimana, mbak? Banyak orang lihat?” “Iya Mbok, nanti saya pajang di website saya, biar banyak orang tahu, ini lho sosok yang setiap hari memelihara rumah tegel yang bersejarah.” Si Mbok tersenyum, lalu akhirnya mau saat saya ajak berpose.By the way, itu foto seorang pria di belakang saya adalah sosok Kapitan Lie Thiam Kwie. Pemilik pertama Rumah Tegel, sekaligus pendiri Pabrik Tegel LZ. Di sebelahnya ada nenek dari Tante Liu.
Mencicipi Mangga di Kebun Belakang Rumah Tegel
Selesai mengelilingi isi rumah, Tante Liu pun menyuruh kami untuk memetik mangga di kebun belakang. Kami, tamu yang tak diundang dan tak tahu diri ini tentu saja senang dengan jamuannya.
Saat teman-teman saya sedang sibuk menikmati mangga, saya meminta Tante Liu berpose di beranda belakang. Tadinya beliau malu-malu, namun ternyata Tante pandai bergaya.
“Nanti kalau fotonya sudah jadi, saya minta ya.” Demikian tuturnya. Saya mengiyakan. Hal ini jadi mengingatkan saya pada janji tersebut. InsyaAllah foto ini akan saya cetak dan saya kirimkan ke Tante Liu.
Jika ternyata kalian duluan yang akan kesana sebelum foto ini dikirim, tolong sampaikan ke Tante Liu dan Mbok Sukemi ya hasil fotonya. Terima kasih sebelumnya 🙂
“Ayo sebelum sore dan pegawai pada pulang, kalian lihat-lihat pabrik dulu.” Kata Tante Liu.
“Akeh sing wis budhal.” kata Mbok Sukemi. Banyak yang sudah pulang. Bahasa Jawa-red.
“Panggil dulu sebentar.” Kata Tante Liu. Membuat Si Mbok bergegas ke pabrik dan memanggil para karyawan.
Asal mula nama Pabrik Tegel LZ atau Leipziger CommentTegelfabriek
Tegel berasal dari Bahasa Belanda. Dalam bahasa Jawa, Tegel berarti Ubin. Sedangkan LZ yang menjadi merek dagang produk pabrik ini berasal dari kata Leipzig, sebuah kota terbesar di negara bagian (Bundesland) Sachsen, Jerman.
Pabrik tegel ini menggunakan mesin yang didatangkan langsung dari Leipzig. Oleh karenanya, Tuan Lie Thiam Kwie menjadikannya sebagai merek dagang Pabrik Ubinnya.
Pabrik Ubin LZ yang Mencoba Bertahan Ditengah Modernisasi
Tante bercerita, meskipun berat, beliau berusaha mempertahankan semua proses dan keberlangsungan dari Pabrik Tegel warisan kakeknya hingga akhir hayat. Bagaimanapun, ini semua adalah bagian dari sejarah yang tak boleh hilang. Demikian penuturannya.
Demi mempertahankan tempat bersejarah ini, menurut Tante Liu pabrik tegel LZ memproduksi paving block selama bertahun-tahun. Namun kini, dengan meningkatnya tren interior art deco yang mengusung tema vintage dan antik, maka permintaan untuk membuat tegel kembali berdatangan.
Sebagian besar proses pengerjaannya masih manual, dikerjakan pula oleh para pekerja yang sudah cukup sepuh, namun masih setia bekerja di keluarga Tante.
Jikalau kalian mau lihat seperti apa tegelnya, saya sempat memotret katalog tegel yang didesain tahun 1920 dan dihasilkan pabrik ini.
Cantik kan?Melihat Isi Pabrik Tegel Lie Thiam Kwie
“Kalau tante sudah tidak ada, entahlah pabrik dan rumah ini masih dipertahankan atau tidak.” Demikian penuturan Mbok Sukemi. Wajahnya nampak bersedih.
Saya bisa mengerti jika misalnya keturunan Tante enggan mempertahankan tempat ini. Secara historis dan nostalgia tentu saja keberadaan rumah dan pabrik tegel peninggalan buyut mereka menjadikannya tak ternilai harganya. Namun kembali lagi, biaya perawatan rumah dan keberlangsungan pabrik tentu saja tidak sedikit.
Rumah Tegel, Tempat yang menorehkan kesan terdalam di Lasem
Jujur, diantara semua tempat yang saya kunjungi di Lasem, Rumah Tegel adalah tempat yang paling menorehkan kesan mendalam untuk saya. Tempat ini mempertemukan saya dengan sosok legendaris dan masih hidup. Bahkan, saya bisa bercengkrama panjang lebar dengannya.
Hal yang tentu saja tak semua traveler bisa menikmatinya. Terbukti saat saya searching tentang Rumah Tegel, jarang sekali ada travel blogger atau media yang bisa memotret isi rumah utamanya. Sedangkan saya dan teman-teman, justru dipersilakan langsung oleh sang pemilik, yang juga keturunan Tuan Lie Thiam Kwie.
Semoga Pabrik dan rumah cantik ini tetap bisa bertahan ditengah gempuran zaman, bagaimanapun caranya. Boleh jadi, ketika orang sudah lebih menghargai tentang sejarah dan seni, maka bukan tak mungkin kejayaan pabrik ini kembali berkibar.
Semoga.
Post Terkait:
- Itinerary Wisata Lasem Jawa Tengah, Dua Hari Nggak Sampai Sejuta!
- Pengalaman Menginap di Homestay Rumah Merah, Tiongkok Kecil Heritage
- Menyesap Kopi Lelet di Waroeng Lasem, Rumah Merah Heritage
- Belanja Batik Tiga Negeri di Oemah Batik Lasem
- Menyusuri Jajaran Rumah Tua di Kampoeng Heritage Desa Karangturi Lasem
- Mengenal Warung Kesengsem Lasem, Tempat Kumpul Anak Muda Lasem yang Hits
- Menyapa Opa Lo Geng Gwan, Pemilik Rumah Opa Oma Lasem
- Mengenal Kong Co The Three Musketeers of Lasem di Kelenteng Gie Yong Bio
- Mengulik Sejarah Kelenteng Cu An Kiong Lasem, Kelenteng Tertua di Jawa
Add comment