Hallo teman-teman pengunjung Rumah Arum, sudah lama saya nggak menyapa. Tak banyak tutur kata yang terucap di rumah ini selama beberapa bulan terakhir. Tapi semoga, kita semua masih bisa terhubung lewat sudut maya. Setelah sekian lama nggak bikin review, kali ini nggak apalah ya saya sharing soal pengalaman Vaksin Covid-19 Sinovac di RS Yarsi Cempaka Putih. Seperti yang kita tahu, pandemi Covid-19 ini masih terus berlanjut. Entah sampai kapan. Upaya kita, sebagai warganegara ya mencegah penularannya. Salah satunya dengan mengikuti program pemerintah, Vaksinasi.
Kebetulan profesi saya termasuk ke dalam garda depan, atau kategori yang diutamakan divaksin duluan. *Demi jalan-jalan, *Demi Kuliah Offline gengs…Demi Kesehatan mental dan jiwa-jiwa mahasiswa pengabdi kuota yang kini kian meronta. Akhirnya, saat panggilan (Baca: Kewajiban) vaksin itu sampai ke email saya, ya udin saya langsung deh tuh cuss dari Bandung ke Jakarta.
Anyway, karena kampus tempat saya mengajar itu tercatat alamatnya adalah di Palmerah Jakarta Pusat, makanya saya kebagian lokasinya di Rumah Sakit Yarsi, Cempaka Putih. Lumayan banget piknik BSD-Cempaka Putih tuh. Hampir 2 jam perjalanan.
Baca juga: Sebuah Makna dari Novel Coronavirus 19
Tahap awal mengikuti Vaksin Covid-19 Sinovac:
Pertama saya didata sama kampus untuk mengikuti vaksin (lewat google form). Nah ini yang ngurusin adalah Tim HRD kampus.
Kedua, saya mengisi data vaksinasi di Rumah Sakit Yarsi (lewat google form). Intinya sih datanya berisi data pribadi seperti nama, alamat, tempat tanggal lahir, status dosen, dan data pribadi lainnya. Setelahnya, maka keluar jadwal vaksinasi.
Setelah semua proses pengisian data selesai, selanjutnya semua urusan dikoordinir oleh Tim HRD kampus. Saya hanya tinggal hadir di RS Yarsi pada hari-H. Saat itu, saya kebagian jadwal Selasa, 20 April jam 08.00-11.00. Tapi oleh HRD, saya diminta untuk sudah di TKP jam 07.30 pagi, untuk menghindari antrian. Dua hari sebelum vaksin, oleh tim HRD saya juga disuruh tidur sebelum jam 22.00, sarapan/sahur yang cukup, dan jangan stress/galau karena mau divaksin.
Kesan pertama saat sampai di Rumah Sakit Yarsi:
Semua dikelola dengan sangat professional. Disini Kerjasama antara HRD Kampus, pihak LLDIKTI, dan RS Yarsi keren. Alhamdulillah saya ngajar di tempat yang HRDnya care banget sama dosen-dosennya. Semua diurusin. Ada PIC yang standby di TKP, mengarahkan kita harus antri dimana dan belok kemana, juga siap sedia mendampingi kami kalau ada yang bingung. Serasa spesial karena beda sama kampus lain yang dosennya ya ngantri sendiri.
Urutan Pelaksanaan Vaksinasi di Sentra RS Yarsi:
Saat masuk Rumah Sakit, saya tinggal ngisi data di meja 1 (disini tim dari Satgas Covid yang konfirmasi data saya), dan saya diminta mengisi data untuk screening kondisi kita. Jangan lupa tunjukkan KTP.
Kurang lebih, isi formnya begini:
Selanjutnya saya ke meja 2 (di bagian antrian rawat inap). Disini sudah standby tim dari Kopertis/LLDIKTI Wilayah III yang mengonfirmasi ulang data saya (nyocokin dosen terdaftar dimana, sudah pernah kena Covid atau belum, sudah pernah ikut Vaksin Covid-19 atau belum, menginput data screening, dll). Setelahnya, saya diminta tandatangan surat pernyataan untuk mengikuti Vaksinasi Tahap 1.
Selesai di Meja 2, saya diminta naik ke lantai 4. Disitu saya menyerahkan form screening yang sudah saya isi kepada petugas yang jaga. Setelah itu saya diminta menunggu di ruang tunggu, dimana ruangan tersebut sudah diatur untuk physical distancing.
FYI: petugas, dokter, dan perawat di RS Yarsi super ramah banget. Dan karena ini adalah rumah sakit islam, jadi setiap mau bertanya, semua staf rumah sakit menyapa saya dengan Assalamualaikum. Adem banget kerasanya.
Kurang lebih 15 menit saya menunggu, saya sudah dipanggil ke ruangan dokter untuk diperiksa. Disitu saya di cek tekanan darah, ditanya sedang mengkonsumsi obat apa saja, pernah sakit apa saja. Intinya sih Riwayat Kesehatan kita. Alhamdulillah saat itu tensi saya 120/80. Kondisi juga sedang fit meskipun sedang berpuasa.
*Btw, buat teman-teman yang belum tahu, kita tetap diperbolehkan vaksin loh ya meskipun sedang berpuasa. Karena sudah ada fatwa MUI yang menyatakan bahwa vaksin covid-19 saat berpuasa tidak membatalkan puasa kita. Ya sudah, ulil amri saja.
Setelah pemeriksaan Kesehatan, saya diminta nunggu lagi di depan ruang dokter. Kurang lebih 10 menit kemudian, saya dipanggil untuk divaksin. Dokternya perempuan (di RS Yarsi, sepertinya sudah diatur kalau kita perempuan, pasti dapat dokter yang perempuan juga. Alhamdulillah banget buat saya yang berhijab).
Ruangan juga private ya gengs. Jadi buat saya yang berhijab, alhamdulillah sangat aman dan nyaman terasanya.
Nah dokternya ini masih muda. Ngajak kita ngobrol dulu biar kitanya rileks. Sembari menyiapkan vaksin, saya diinformasikan sama dokternya, bahwa jenis vaksin yang akan saya dapatkan adalah Sinovac, namun yang dibuat oleh Biofarma.
Nggak lama kemudian, vaksinnya siap untuk disuntikkan, terus pas suruh tarik nafas, tau-tau sudah selesai. Nggak terasa disuntik malah. Kayaknya dokternya hebat sih bisa langsung tepat sasaran. Hehehe…thank you dok.
Buat saya yang jarang sakit dan jarang ke Rumah Sakit, saya tuh penting banget ngerasa nyaman sama dokternya, juga staf yang melayani kita. That’s why kalau saya kenapa-kenapa di Bandung, saya hanya mau berobat di RS Borromeus. Nggak mau di tempat lain, karena saya merasa paling nyaman disitu. Sayang RS Yarsi jauh banget dari rumah saya ya.
Nah selesai di vaksin, kita diminta untuk tunggu di ruang observasi selama 30 menit. Disitu kita menyerahkan form screening dan kartu vaksin tahap 1 kepada petugas, lalu saya duduk di ruang tunggu. Nah fungsinya observasi 30 menit ini adalah melihat reaksi tubuh kita setelah pemberian vaksin. Ada gejala nggak. Misalnya ngerasa pusing, mual, gatal, demam, atau reaksi alergi lainnya yang mungkin kita alami setelah pemberian vaksin.
Alhamdulillah, saya nggak merasa apa-apa. Sehat Sentosa. Jadi pas petugas observasi memanggil dan saya diperiksa ulang, ya saya kasih tahu apa adanya. Nggak ada kerasa apapun. Setelahnya, petugas menjelaskan, kalau saya harus mengikuti vaksinasi tahap II pada tanggal 25 Mei 2021. Di jam yang sama, dan alur proses yang sama seperti vaksinasi tahap I. Di dalam form tersebut, saya juga diberikan nomor kontak dokter jika terjadi reaksi alergi seperti demam, mual, gatal, atau apapun setelah saya meninggalkan rumah sakit.
Jam 09.00 saya selesai vaksin, Langsung pulang deh tuh ke BSD. Sampai rumah jam 11.00, dan jam 14.00 saya sudah duduk manis di depan laptop untuk mengajar online sampai jam 17.00 WIB. Sambil iseng, bikin twibbon yang disiapin sama kampus. Narsis deh di status.
Baca juga: Aplikasi meeting online penunjang work from home
Reaksi dan pengalaman Vaksin Covid-19 Sinovac di saya:
Lapar!
Yes lapar. Jadi sejak dalam perjalanan dari RS Yarsi kerumah, sepanjang jalan saya merasa lapar banget. Ditambah saya puasa. Aneh lah pokoknya. Lapar. Tapi masih bisa ditahan sih.
Kalau aktivitas, saya merasa tidak ada yang terganggu. Semua berjalan normal. Selesai vaksin saya ngajar juga biasa saja. Tetap semangat ngeledekin mahasiswa, dengerin mereka curhat sekaligus presentasi, dan kegiatan normal lainnya pada saat kelas.
Di hari kedua, saya baru ngerasa, di lengan bekas suntikan agak pegel. Tapi sebentar saja sih. Cenut-cenut sedikit, setelah itu di hari ketiga nggak kerasa apa-apa lagi. Kecuali lapar hahaha….
Nah gitu dulu cerita dari saya tentang urutan vaksinasi covid-19 tahap 1, dengan Vaksin Sinovac. Saya bakal share lagi pengalaman vaksin tahap II lanjut di postingan berikutnya ya gengs. Semoga bermanfaat.
Add comment