Yap. Kalian tidak salah baca. Setelah menjadi user selama 10 tahun, atau semenjak Traveloka didirikan, akhirnya di Agustus 2022 saya Uninstall Traveloka. Mengapa?
Decluttering Aplikasi
Jadi pada awalnya saya memang sedang melakukan downsizing, demi pola hidup minimalis. Termasuk diantaranya, digital minimalism. Well, saya memang mengajar digital marketing di kampus, tapi saya rasa saya juga perlu untuk membatasi penggunaan memory ponsel saya. Biar nggak full melulu. Salah satu caranya adalah dengan uninstall aplikasi yang jarang saya gunakan, atau tidak lagi memberikan manfaat untuk saya.
Mengapa Saya Uninstall Traveloka?
Ada beberapa alasan mengapa saya uninstall traveloka. Sebuah aplikasi berlogo burung biru yang tak jarang, membuat saya keliru dengan logo twitter. Berikut alasan saya:
- Harga yang ditawarkan oleh traveloka lebih mahal dari aplikasi lain. Itu sih alasan utama saya. Sebenarnya memang traveloka, tiket.com dan pegi-pegi itu kan satu holding, ya. Tapi diantara 3 brand tersebut, traveloka sudah menjadi market leader dalam OTA (Online Travel Agent). Tak heran harganya lebih mahal. Promo-promonya pun makin sedikit.
- Saya bisa akses traveloka lewat website. Jadi meskipun harga di aplikasi lebih murah, namun saya masih tetap bisa memantau harga tiket pesawat, mencari hotel, dan juga informasi lain melalui website traveloka.com. Atau website penyedia jasa merek lain dengan sangat mudah.
- Ada banyak aplikasi yang jaringan hotelnya lebih lengkap, lebih murah, dan reviewnya lebih jujur. Intinya sih, traveloka sudah banyak saingannya.
- Saya kecewa dengan traveloka. Terutama pada saat awal pandemi. Kita yang sudah beli tiket, namun dibatalkan sepihak dan tidak mendapatkan penggantian uang. Padahal kalau dilihat dari status maskapai, uang sudah ditransfer ke rekening penumpang. Nyatanya? tidak sama sekali.
- Traveloka tidak memberikan manfaat lagi buat saya. Jadi seperti halnya sebuah barang, aplikasi pun demikian. Ketika sudah tidak memberi manfaat, ya uninstall saja.
Lalu, setelah saya uninstall traveloka, apakah hidup saya jadi sulit?
Jawabnya, tidak juga.
Hidup saya normal seperti biasanya. Saya masih bisa memesan tiket pesawat, kereta api, hotel, juga transportasi lain dengan mudah. Karena saya sering bekerja di depan laptop dan juga selalu tersambung dengan jaringan internet yang memadai, uninstall traveloka tidak berdampak sama sekali dalam kehidupan saya. Hari gini, kita disuguhkan dengan berbagai alternatif yang memudahkan.
Sekarang, saya pesan tiket pesawat langsung ke website maskapainya. Pemesanan Kereta Api langsung ke KAI access. Hotel? Juga mudah sekali. Karena saya sudah sering traveling, saya jadi punya database hotel yang nyaman ditempati. Biasanya saya telepon langsung hotelnya. Atau saya booking melalui situs hotelnya.
Salah seorang teman saya pernah berkata, “Bukannya lebih mahal ya kalau kita langsung pesan ke hotelnya? Kan nggak ada promo?”
Karena saya juga mengajar digital marketing. Saya tahu betul bahwa promo itu sebenarnya strategi penjualan saja. Apalagi dalam konsep value ladder, traveloka yang sekarang sudah jadi startup unicorn tentunya tidak mau bakar uang terus. Harus sudah mulai profit yakan? Itu berarti, skema promo juga diatur sedemikian rupa. Harga dinaikkan terlebih dahulu, kemudian baru dicoret. Seolah-olah konsumen dapat diskon besar. Padahal, aslinya ya tidak demikian. Namanya juga strategi.
baca juga: Oleh-oleh dari Nusa Tenggara Timur
Apakah promo sudah hilang dari Traveloka?
Tentu saja tidak. Aplikasi tetap membutuhkan strategi promosi dalam bauran promosinya. Hanya saja, kini porsinya tentu tidak sebanyak dulu.
Beberapa hotel yang saya telepon langsung justru menawarkan rate dibawah harga yang tertera di OTA. Hal ini karena kita beli langsung ke tangan pertama.
Ada tips dan triknya sih untuk mendapatkan harga terbaik jika kita telepon langsung ke hotel. Disinilah kemahiran negosiasi kalian dibutuhkan.
baca juga: Transportasi dari Bandung ke Jogja, paling enak naik apa?
Bagaimana Jika Malas Bernegosiasi?
“Duh kak, aku sih orangnya males negosiasi. Mau yang praktis-praktis saja.”
Ya itu terserah. Pilihan kalian juga sih. Nggak harus juga kalian mahir bernegosiasi. Karena memang ada orang yang suka nego, ada yang tidak suka. Kalau saya justru menikmati proses negosiasi tadi. Apalagi dengan demikian, saya punya jaringan marketer hotel (mantan sekretaris emang gitu, seneng nego biar dapet murah meriah).
Negosiasi tidak selalu menawar ya. Beda. Negosiasi bisa bentuknya tambahan fasilitas, potongan harga, voucher menginap untuk kunjungan berikutnya, dll. Tergantung goals kita apa.
Dengan memiliki informasi dan jaringan hotel, di kemudian hari mungkin itu akan bermanfaat. Terlebih buat saya yang sering traveling dan melakukan perjalanan bisnis.
Anyway, itu hanya sekelumit alasan saya uninstall traveloka. Postingan ini nggak bermaksud mempengaruhi kalian untuk mengikuti jejak saya. Lagi-lagi, ini hanya pendapat saya pribadi, tanpa dipengaruhi oleh pihak lain.
So, next, aplikasi apalagi yang bakal saya uninstall ya?
Add comment