Heh, rujak? Apa spesialnya? Demikian kata salah seorang teman saya saat saya cerita kalau Rujak Aceh rasanya sangat enak dan eksotis.
Mengenal Rujak Nusantara
Bagi teman-teman yang biasanya kulineran di Jawa, mungkin ketika kita bilang rujak ya begitu saja rasanya. Manis, asin, pedas. Kita semua cukup familiar. Tapi saya mau mengajak kalian untuk mengulik keunikan salad a-la Indonesia secara lebih dalam.
Bahwasanya “Rujak” di bumi Nusantara adalah sebuah nama sederhana, namun memiliki citarasa yang berbeda-beda tergantung daerahnya. Serius.
Di Ambon, saya menemukan Rujak Natsepa yang memiliki kekhasan bumbu asam tomi-tomi dan kacang metenya. Pernah saya ceritakan juga soal cara membuat dan rasanya.
Lalu di Sabang, ada rujak buah Rumbia.
Baca juga: Berburu Rujak Ulek di tepi Pantai Natsepa Ambon
Berkenalan Dengan Rujak Aceh
Di kawasan Kilometer Nol Indonesia-Sabang, saya menemukan rujak buah yang menggunakan bumbu buah Rumbia. Rasanya unik dan ngangenin pokoknya. Ada manis, asem, asin, sepet, dan gurih.
Saat pertama kali melihat buah Rumbia, saya takjub. Buahnya seperti Srikaya, tapi dalam bentuk kecil. Mirip kulit leci, tapi teksturnya keras seperti kulit salak. Menurut pedagangnya, buah ini adalah buah dari tanaman Sagu.
Di Aceh, buah ini dikenal dengan nama Boh Meuria. Banyak pula masyarakat setempat yang menyebutnya sebagai Salak Aceh.
Konon katanya, Buah Rumbia ini berkhasiat untuk mengurangi diare, meningkatkan daya tahan tubuh, dan tentunya, menyedapkan Rujak Buah Aceh.
Pada saat saya bertandang ke Tugu Nol Kilometer Sabang, banyak sekali pedagang buah Rumbia di sepanjang jalan masuk menuju Monumen. Buah ini dijual sekitar Rp50.000 per kilonya.
Cukup mahal karena kini buahnya sudah sangat langka.
Sedangkan Rujak Aceh dijual seharga Rp10.000 per porsinya.
Baca juga: Rahasia Gurih Ayam Tangkap di Rumah Makan Aceh Rayeuk, Banda Aceh
Rujak U Groh
Selain Rujak Buah Rumbia, di Aceh juga ada rujak unik yang terbuat dari batok kelapa yang masih muda, atau kelapa Hijau! Ya, namanya adalah Rujak U Groh.
Rasanya gurih, manis, sedikit asin, dan nagih!
Bumbunya terbuat dari gula aren yang manis, asam jawa, dan cabe rawit. Sederhana memang, karena keunikannya terletak pada buah kelapa yang belum ada dagingnya.
Teksturnya renyah, seperti sedang makan tulang ayam muda. *Kalian bisa membayangkan kan deskripsi saya ini?
Tenang saja, rasa Rujak Aceh U Groh ini menurut saya bisa kok diterima oleh lidah kita orang Indonesia pada umumnya.
Hanya saja sedikit pedas kalau di lidah saya orang Jawa. Harus request dulu kepada penjual agar tidak terlalu banyak menaruh cabai.
Harga per porsinya murah, hanya sekitar Rp10.000an saja. Sangat terjangkau kan?
Itu dia cerita yang saya bawa dari Bumi Serambi Mekkah dan Golden Island, Weh. Semoga bermanfaat dan Salam traveling!
Add comment