Dadakan ke Purwokerto, karena diajak teman-teman saya. Mereka penasaran dengan wisata Purwokerto yang banyak viral di Social media akhir-akhir ini. Oleh karenanya, meskipun saya nggak niat, tapi the power of kepepet itu biasanya berhasil. Nah, di postingan ini saya mau cerita ke kalian, perjalanan saya selama 3 hari 2 malam di Purwokerto.
Post Terkait Purwokerto:
- Review Kereta Kutojaya Utara Jakarta (Pasar Senen) – Purwokerto
- Pengalaman naik kereta dari Pasar Senen
Stasiun Purwokerto, 14.27 WIB
Dari Jakarta, saya naik kereta Kutojaya Utara dari Pasar Senen, turun di Stasiun Purwokerto. Dari Stasiun, oleh petugas saya diarahkan keluar lewat pintu barat untuk bisa order grab.
Saya jalan hingga ke Pasar Pon. Kurang lebih, saya jalan kaki sekitar 350 meter. Selanjutnya, saya order Grab Bike dari ATM BNI di seberang Pasar Pon, untuk memudahkan driver menemukan saya.
Menginap dimana Selama di Purwokerto?
Karena saya 3 malam di Purwokerto, hari pertama saya menginap di Bonavida Guesthouse. Rencananya, hari kedua saya baru akan bertemu dengan teman-teman yang kali itu, masih berada di Dieng.
Review penginapan Bonavida Guesthouse:
Saya pilih tempat ini karena cukup strategis buat saya. Gampang kemana-mana, dan mudah untuk order transportasi online. Banyak tempat makan juga dekat Guesthouse, dan dekat sekali ke Pasar Wage.
Menurut saya Guesthousenya bersih, petugasnya ramah dan fast respon. Untuk fasilitas, segala basic needs sudah mencukupi. Ada tempat tidur yang bersih, handuk, kamar mandi yang bersih dengan water heater yang berfungsi dengan baik, air juga melimpah.
Lalu ada televisi (meskipun saya nggak nyalain TV ya), AC yang berfungsi baik, dan juga disediakan air mineral di pantry. Jadi kita bisa bikin kopi sendiri.
Tidak ada amenities seperti sikat gigi dan sabun. Jadi sebaiknya kalian siapkan ya.
Yang bikin nggak nyaman justru ulah sesama tamu guesthouse sih. Ngobrol kenceng banget dan berisik hingga tengah malam. Jadi masalah bukan pada guesthousenya, melainkan pada tamu yang tidak beretika tersebut.
Saya menginap di kamar seharga Rp 175.000/malam. Ada juga jenis kamar lain, bisa dilihat disini.
Jalan-jalan kemana?
Hari pertama, saya jalan keliling kota saja. Hal yang pertama kali saya lakukan adalah membeli charger hp, karena ketinggalan dirumah. Dari Guesthouse, saya jalan kaki sekitar 7 menit, lalu beli di pusat ACC namanya. Sebuah kawasan yang menjual aksesories dan elektronik.
Menikmati Treatment di Salon Gussy
Selesai beli charger, saya ke salon untuk potong rambut dan creambath. Nama salonnya Gussy Salon, sebuah salon muslimah yang ternyata nyaman banget sih kalau menurut saya.
Review Salon Gussy: Pelayanannya ramah dan bikin kita feels like home. Creambathnya enak banget. Tapi potongan rambutnya biasa saja. Harganya menurut saya sangat terjangkau, saya potong + creambath hanya Rp70.000 saja. Murah kan?
Apakah saya akan kembali lagi? Kalau ada kesempatan, insyaAllah. Saya mau coba treatment lainnya.
Rita Supermall, Mall Terbesar di Purwokerto
Dari Salon Gussy, saya jalan kaki ke Rita Supermall. Kota kecil memang nyaman untuk jalan kaki. Tidak berpolusi seperti di Jakarta atau Serpong.
Malam itu hujan rintik-rintik, jadi bikin syahdu suasana. Apalagi alun-alun Purwokerto malam itu warna warni, jadi sejuk saja terasanya.
Saya ke Rita Supermall untuk beli perlengkapan mandi, karena memang sengaja nggak saya bawa dari Jakarta. Untuk mengurangi berat tentunya.
Ternyata Rita Supermall ini lengkap banget lho. Saya surprise karena di kota sekecil ini, banyak brand besar yang ada di mall. Seperti Guardian, Giordano, Nike, Adidas, dll. Supermarketnya juga super lengkap. Mungkin lebih mirip hypermart gitu.
Makan Malam di Omahe Inyong, Purwokerto
Saya kira ini adalah restaurant yang didatangi oleh adik saya dan dia puas makan disini. Tapi ternyata resto yang dimaksud sepertinya bukan ini.
Karena disini menjual menu kambing, gulai, dan aneka masakan modern lainnya. Bukan masakan Jawa. Lokasi yang saya datangi adalah di Jl. Jend. Gatot Subroto No.67, RT.01/RW.05, Sitapen, Kranji, Kec. Purwokerto Timur.
Saya jadi pengunjung satu-satunya malam itu. Pelayanannya ramah, dan ternyata makanannya enak juga. Meskipun kalau di rate harga Purwokerto, tempat ini tergolong mahal ya. Total jadi Rp55.000.
Hari ke-2, Casaluna Bed and Breakfast
Saya menunggu teman-teman sampai di Purwokerto. Hari ini saya menginap di Casaluna Bed and Breakfast. Lokasinya di Jl. Jend. Sudirman No.865, Pejagalan, Purwokerto Wetan.
Penginapan ini baru. Cukup nyaman meskipun sederhana. Estetik juga tempatnya. Kurang lebih kondisi kamarnya begini:
Kamar ini cukup besar dibandingkan yang teman-teman saya dapatkan. Harganya Rp250ribu untuk Jumat malam Sabtu, dan untuk Sabtu malam minggu seharga Rp275 ribu. Jauh lebih murah daripada harga yang ditawarkan di Platform OTA.
Kita disediakan breakfast juga, dan boleh memilih beberapa menu. Pagi itu saya memilih menu Lodeh dan telur. Porsinya cukup besar dan mengenyangkan. Minumnya kopi yang diracik oleh Barista café hotel.
Petugasnya ramah-ramah semua, fast respon juga. Kekurangan menginap disitu saat itu adalah air mati di hari ke-2. Bikin saya nggak bisa mandi di malam hari. Ternyata karena pompanya bermasalah sepertinya. Semoga nggak kejadian lagi di lain waktu ya.
Makan malam di Mampir Pawon
Lokasinya terletak di Jl. Gelora Indah I, Mangunjaya, Purwokerto Timur. Di lokasi ini, banyak sekali cafe dan restaurant yang bagus. Jadi kalian yang ke Purwokerto cobain deh ke daerah ini. Tidak jauh dari GOR Satria Purwokerto.
Restaurantnya bergaya Joglo Jawa, dengan metode prasmanan. Menunya banyak dan enak. Harga juga sangat murah. Makan sepuasnya hanya Rp20ribuan saja. Worth the price.
Sayang karena kami berempat sedang lapar, jadi nggak sempat foto apapun di tempat ini.
Pancuran Pitu Baturraden, Wisata Purwokerto Legendaris
Kami niat banget untuk mencoba transportasi publik. Jadi ternyata untuk ke Baturraden, sudah tersedia Bus Trans Jawa Tengah. Semacam busway gitu dengan tarif Rp3900. Murah banget kan?
Jadi dari hotel, kami naik grab car dulu ke SMAN 4 Purwokerto. Dari situ kami naik busway ke Baturraden. Nyaman banget kok busnya. Krunya juga ramah-ramah.
Dari Terminal Baturraden, kami carter angkot Rp 200.000 buat nganter ke pancuran pitu. Jadi kalian bisa carter disini. Ditungguin seharian sama supirnya. Karena kami ramean, jadi worth the money. Satu orang bayar Rp
Di Pancuran Pitu kami hiking, dan sampai ke curug di bawahnya. Lumayan banget bisa menghirup udara segar dengan pemandangan seindah itu. Meskipun saat itu, kabut turun demikian hebatnya.
By the way, disini kita juga bisa pijit loh. Menurut temen saya Stef, katanya pijitannya enak. Start from 20ribu aja. Kalau mau dilulur belerang juga bisa, paling kalian dikenakan tarif sekitar Rp30 ribu-50ribu. Murah kan? Sekalian bisa bantu-bantu warga sini.
Makan siang di Soto Sruti 2, Sokaraja
Dari Baturraden, kami ke Sokaraja. Kami memang mau makan soto asli khas Sokaraja. Menurut teman saya orang Purwokerto asli, soto paling enak adalah di Soto Sruti Sokaraja. Otentik, gurih, dan worth the price.
Ternyata teman saya nggak salah. Saya dan teman-teman suka sekali dengan rasa Soto Sruti. Kalau buat saya, ini kali kedua saya makan disini. Bertahun lalu pernah kesini ditraktir oleh guru SMA saya, Bapak Remigius Indrajati.
Rasanya tetap sama, soto dengan potongan daging yang besar-besar dan empuk, gurih, dilengkapi dengan bumbu kacang yang khas.
Makan Malam di Empal Koyor Banyumasan
Letaknya tepat di seberang Hotel Besar, Purwokerto. Tidak jauh dari penginapan kami.
Koyor adalah jaringan otot dan urat sapi yang biasanya menempel di sekitar tulang punggung, lutut, hingga daging sapi. Bagian ini adalah bagian yang langka, jadi harganya cukup mahal.
Meskipun demikian, menurut saya sih sangat terjangkau ya. Nasi koyor dengan lauk pauk lain seperti gudeg, krecek, dan telur hanya Rp38 ribu saja. Porsinya sebenarnya bisa untuk berdua. Karena memang porsinya besar.
Buat kalian yang tidak pernah makan Koyor, rasanya mirip kikil, tapi dengan tekstur lebih lembut.
Di tempat ini, meskipun tempatnya sempit dan di pinggir jalan, menurut saya semua menunya enak dan terjangkau. Lagi-lagi, saya lupa memotretnya. Maaf ya…
Menutup Malam di Cafe Kebun Purwokerto
Mmm…yang ini no comment deh. Tempat paling zonk yang kami datangi di Purwokerto. Padahal review di google tinggi dan bagus sekali.
Tapi ternyata tempatnya tidak nyaman, agak spooky (entah karena hujan atau memang aslinya spooky), rasa makanannya bukan standar cafe, dan juga rasa kopinya zonk semua.
Semoga bisa ditingkatkan ya. Karena untuk sekelas cafe dan harga segitu, kayaknya enggak banget deh. Pantesan saat kami datang kesana, hanya kami grup yang datang. Beda dengan cafe di depannya.
Kulineran di Pasar Manis
Sambil lari pagi, kami jalan ke Pasar Wage. Membeli susu kedelai, nanas madu, dan juga beberapa jajanan pasar. Setelah itu, perjalanan kami lanjutkan ke Pasar Manis. Disini banyak kuliner khas Purwokerto seperti mendhoan, bakso, aneka kue, jajanan pasar, soto, dan lain sebagainya.
Rata-rata makanan dan minuman yang dijual disini murah dan enak.
Hari ke-3, Desa Wisata Tambaknegara dan Cafe Serayu
Hari ke-3, kami sewa mobil, dan jalan agak jauh dari kota Purwokerto. Pertama kami ke Desa Wisata Tambaknegara, disini hanya melihat-lihat saja. Karena ternyata di hari Minggu siang kondisi agak keos dan penuh sekali.
Maklum, sedang viral.
Selanjutnya perjalanan kami arahkan ke Cafe Serayu yang terletak tepat di seberang Desa Wisata Tambaknegara. Meskipun terlihat dari seberang, namun kita harus memutar cukup jauh untuk mencapainya.
Cafe Serayu ini viral karena pemandangannya yang indah. Kita bisa melihat sungai Serayu dan jembatan kereta yang legendaris. Bisa menikmati makanan dan minuman sambil melihat kereta yang melintas. Memberikan pengalaman unik bagi para pengunjung.
Meskipun kalau secara menu dan kualitas cafe, beneran biasa saja. Pelayanannya lama dan kurang profesional, harganya juga tidak worth the price. Harganya hampir sama dengan cafe di Jakarta, tapi kualitasnya jauh dibawah. Padahal cafe ini terletak di dusun lho.
Lumayan lah buat foto-foto.
Makan Siang di Kopi Keprok
Kopi Keprok Restaurant berlokasi di Jl. Raya Karanggintung No.km.0,5, RT.1/RW.1, Karang Gintung, Kedungmalang, Kec. Sumbang, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Arah Baturraden.
Warung ini bernuansa tradisional Jawa, dimana kalian bisa langsung melihat proses memasak dengan menggunakan pawon (tungku kayu).
Kemudian, tamu bisa makan dengan cara prasmanan, atau untuk beberapa menu, kalian bisa request untuk disajikan per porsi.
Tempatnya luas, dengan bangunan bergaya Limasan dan berbagai ornamen kayu. Terdapat pula kolam ikan koi di belakang restaurant. Ada tempat makan outdoor yang menghadap ke persawahan, ada pula yang indoor.
Menurut saya, rasanya cukup enak. Kopi Keprok ini menawarkan masakan rumahan yang biasanya kita rindukan. Kalau kalian kesini, jangan takut soal harga. Karena rata-rata murah sekali harganya. Berkisar antara Rp5000-15.000 untuk makanan, dan minuman mulai dari Rp1000-12.500 per gelasnya.
Beli Oleh-oleh di Sawangan
Perjalanan kami ditutup dengan beli oleh-oleh di kawasan Sawangan. Kawasan ini sejak dulu memang menjadi pusat oleh-oleh Purwokerto.
Apa saja khasnya?
Ada Gethuk Goreng, Mendhoan, Lanthing, Nopia, dan masih banyak lagi yang lainnya. Buat kalian yang bingung bikin mendhoan bagaimana, terdapat pula paket satu besek mendhoan siap masak. Harga masih terjangkau juga di kantong. Sekitar Rp30ribuan untuk yang kecil, dan yang saya pegang ini sekitar Rp55.000an.
InsyaAllah, kalau di Purwokerto apa yang kita beli masih worth the money.
Add comment