Solo Traveling ke Batu Caves, merpati

Menapaki Ratusan Anak Tangga di Batu Caves Temple

Saat keluar stasiun Batu Caves, saya disambut oleh tebing batu dan patung Krisna yang tinggi menjulang (sorry ya kalau salah, mungkin diantara kalian ada yang tahu ini patung apa?). Ada beberapa temple disini. Selain itu, banyak burung merpati yang bebas berterbangan di sekitar temple. Lalu tentu saja, Ratusan anak tangga di Batu Caves yang warna-warni itu. Buat kalian, saya ceritakan pengalaman Solo Traveling ke Batu Caves, Malaysia.

Rangkaian Tulisan Solo Traveling Malaysia:

Kesan Pertama Masuk ke Kawasan Wisata Batu Caves

Sesungguhnya tempatnya bagus sih…tapi menurut saya agak kotor dan kurang terpelihara dengan baik. Tidak sebersih tempat-tempat yang saya kunjugi di Kuala Lumpur atau Ipoh.

Solo Traveling ke Batu Caves
Kuil di dekat Stasiun Batu Caves

Untuk masuk ke kawasan Batu Caves, kita tidak dikenakan biaya. Gratis. Namun sebaiknya kalian pakai pakaian yang sopan ya. Supaya kalian nggak perlu sewa selendang atau semacam kain penutup aurat gitu.

Karena saya pakai jilbab, saya tidak ada masalah dan langsung diperbolehkan masuk oleh petugasnya. Ibu-ibu dari ras India.

Iya disini banyaknya ras India begitu. Jadi sepertinya memang di manage oleh Ras India Malaysia. Bahasanya juga masih pakai bahasa India. Beda dengan Goa Hindu di Indonesia yang rata-rata sudah menyatu dengan orang lokal. Bahasa hanya ada bahasa Indonesia.

Menaiki Ratusan Anak Tangga Warna-Warni

Saya tuh benci banget sama tangga. Saat saya melihat tangga yang tinggi menjulang di Batu Caves, awalnya saya bicara gini dalam hati,

“Nggak ah, aku ngga mau naik kesana. Capek. Panas. Lebih baik lihat burung merpati saja.”

Tapi…kok kakinya jalan sendiri…penasaran.

ratusan anak tangga yang dinaiki saat Solo Traveling ke Batu Caves
Ratusan anak tangga di Batu Caves
Tempat persewaan selendang untuk menutup aurat
Tempat persewaan selendang untuk menutup aurat

Akhirnya saya naiki lah tangga itu. Saya hitung hingga 250 tangga, tapi kok belum sampai juga. Ternyata setelah saya baca di internet, di Batu caves itu ada 272 anak tangga. Berikut dengan monyet-monyet yang selalu mengikuti pengunjung.

Untungnya, monyet disini tuh nggak sejahil monyet yang ada di daerah Uluwatu, Bali. Atau monyet di Tahura Bandung yang ngambil gorengan yang lagi dimakan Ibhek. Sahabat saya. Kalau si monyet itu jahil, kayaknya kamera mirrorless saya sudah ditarik deh.

Setelah berhasil melalui 272 anak tangga, saya lihat ke bawah. Pemandangannya bagus disini. Langitnya bagus banget!

Sudah lama saya tak melihat langit biru.

Pemandangan setengah jalan menuju puncak
Pemandangan setengah jalan menuju puncak
Pemandangan dari Puncak Batu Caves
Pemandangan dari Puncak Batu Caves

Serius nggak lebay, karena saya tinggal di Tangerang Selatan, kota yang polusinya tertinggi di Indonesia. Dimana warna langit selalu abu-abu.

Tangga sebanyak itu, kira-kira kita naik ke Gedung 15 lantai deh. Tapi masih lebih tinggi tangga di Gunung Galunggung dan Kampung Naga sih. Jadi menurut saya, tangga di Batu Caves masih bearable.

Rasa penasaran saya terobati setelah sampai di puncak tertinggi Batu Caves (menurut saya). Disitu banyak yang jual souvenir Malaysia. Bau khas kotoran kelelawar menyengat ke hidung saya.

Solo Traveling ke Batu Caves
Goa batu di dalam Area Batu Caves Temple
Inside Batu Caves Temple

Goanya lembab, basah, tapi nggak spooky sih. Menurut saya mirip dengan Goa Jatijajar di Kebumen.

Namun Ternyata Salah…

Sampai akhirnya saya berdiri di tengah-tengah goa, di depan sebuah kuil yang biasa digunakan untuk sembahyang umat hindu.

Lalu lagu Kahitna terngiang di telinga, “Namun ternyata salah, namun ternyata salah…”

Saya tidak di puncak tertinggi Batu Caves! Ternyata ada tangga lagi #istighfar

Tangga diatas tangga
Tangga diatas tangga

Tapi kan penasaran ya, sudah sampai disini masa perjalanan tidak dituntaskan. Akhirnya saya lanjutkan deh naik tangga lagi. Namun saya sudah malas untuk menghitungnya. Gimana kaki melangkah saja lah.

Di belakang saya terdapat turis Jepang, Korea, dan beberapa Bule berambut pirang. Mereka pun memaki seperti saya. Ternyata ya…dimana-mana namanya tangga itu menyebalkan buat setiap orang! Hahahaha…

Setelah tiba di anak tangga terakhir

Saya kira saya bakal ketemu goa yang lebih besar lagi. Ternyata ini goa buntu. Dan bau kotoran kelelawar jauh lebih menyengat disini. Tidak banyak yang bisa dilihat juga. Hanya tebing dan patung yang digunakan untuk bersembahyang umat Hindu.

Tebing di puncak tertinggi Batu Caves
Tebing di puncak tertinggi Batu Caves

Ya iyalah…ini kan aslinya tempat untuk ibadah, bukan buat main ya. Beruntung tempat ini dibuka untuk umum dan kita bisa isi di dalamnya.

Lesson Learned Solo Traveling ke Batu Caves

Buat kalian yang baru pertama kali ke Batu Caves, cobain deh naik sampai ke puncak tertinggi. Mungkin kalian akan merasa ini adalah pengalaman yang biasa saja, tapi paling tidak, bisa untuk tabungan cerita kita di masa depan.

Gunakan pakaian yang sopan saat datang kesini. Pakaian lengan panjang, celana panjang atau rok panjang. Kalaupun kalian tidak berhijab, setidaknya kita harus menghormati tempat ibadah agama lain. Untuk yang laki-laki, sebaiknya gunakan celana panjang juga. Atau kalian bisa bawa selendang, kain, atau sarung deh.

Menurut saya lebih baik kita bawa perlengkapan sendiri daripada harus sewa. Karena terakhir saya kesana, ada keributan di loket peminjaman selendang. Ada beberapa turis asing yang merasa kena tipu gitu.

Selamat mencoba Solo Traveling ke Batu Caves ya! InsyaAllah aman untuk Solo Traveler. Asal kalian datangnya jangan terlalu pagi atau pulang kesorean.

Arum Silviani

Lecturer, Travel Blogger and Founder of Antasena Projects

Add comment

Follow us

Don't be shy, get in touch. We love meeting interesting people and making new friends.