Sepertinya Garut menjadi akrab banget dengan saya sejak tahun lalu, hingga tahun ini. Pertengahan tahun 2016, hampir setiap hari saya main ke Kamojang, atau Kota Garut. Pun demikian dengan tahun ini. Selepas mengelilingi pantai perawan Garut Selatan di awal bulan Februari, pada akhir bulan saya kembali lagi ke kota ini dengan my partner in crime. Teman seperjuangan waktu kuliah S2. Ceritanya saat itu adalah syukuran lulusannya Umari, salah seorang teman saya di MSM Unpad. And this is it, another short escape in Cipanas and Karacak Valley.
Hujan Lebat Mengguyur Jawa Barat saat Perjalanan Menuju Cipanas
Malam hari, kami berangkat dari Kota Bandung dengan ditemani rintik hujan. Bukan rintik sih, melainkan hujan lebaaaat sekali seharian itu. Hampir saja nggak jadi karena takut daerah Rancaekek dilanda banjir.
For your information, Rancaekek, khususnya jalan di depan pabrik tekstil Kahatex yang melegenda itu, selalu banjir dadakan jika hujan turun. Hujan gerimis saja bisa banjir apalagi hujan lebat.
Eniweeyyy…selagi niat membara, pastinya hujan ditembus dong yaa…:D
Karena belum makan malam, kami singgah di Soto Betawi apa ya namanya…Udin atau apa gitu yang ada di tepi Jalan Raya Jatinangor. Rasanya enak, harga juga sangat terjangkau yaitu Rp15.000/porsinya.
Baca juga: Eat, Pray, and Shopping in Garut
Setelah makan perjalanan dilanjutkan dengan…ngerumpi. Sempat mampir juga ke Kue Balok Maranti di daerah Kadungora, Garut. Nah, sepanjang jalan Kadungora ini banyak banget tuh yang jual kue balok. Tapi kata Pak Udung yang bawa mobil kue balok yang paling enak adalah buatan warung Maranti.
Dan Ternyata memang benar! Kue Balok Maranti adalah yang terenak dari jajaran kue Balok se-Indonesia Raya hahaha…
Baca juga: Review Kue Balok Maranti Kadungora, Garut
Menyewa Villa di Cipanas, Garut
Kami menginap di Cipanas, di sebuah Villa dekat dengan area Tirta Gangga. Karena kami datang pada saat weekend, harga per malamnya adalah Rp600.000. Terdiri atas 2 kamar, satu ruang tamu, dan satu kamar mandi yang dilengkapi dengan kolam rendam air panas pribadi.
Kolam ini berasal dari air gunung yang bersih, dan merupakan air yang mengalir. Jadi terjaga kebersihannya.
Selain itu, fasilitas yang diberikan villa ini adalah kolam renang untuk pemandian air panas umum. Overall, kesan saya menginap di tempat ini baik. Pemandangan Gunung Guntur, Gunung Geulis, dan Gunung Papandayan menyambut kami di pagi harinya.
Menjejakkan Kaki dan Mancing di Kolam Ikan Desa Karangpawitan
Acara esok harinya kami lanjutkan di Karangpawitan, untuk mancing bersama. Namun berhubung saya, Umari, Husni, dan Lola nggak suka mancing, maka kami memutuskan untuk eksplore Garut di sisi lain.
Mumpung ada Husni dan Karmila, orang Garut asli. Pilihan kami jatuh pada Karacak Valley. Saya sendiri baru pertama kali mendengar nama itu. Saya kira tempatnya dekat dari Karangpawitan. Ternyataa….jauuh…
Menantang Jalur Ekstrem Menuju Karacak Valley
Karacak Valley. Tempat ini masih begitu asing di telinga saya. Husni bilang, Karacak Valley bisa dijangkau menggunakan kendaraan roda empat dengan aman. Tapi seperti yang sudah-sudah, si Husni ini memang kategori teman yang selalu kepingin ditimpuk deh.
Jalur yang menurut Husni bisa ditempuh dengan kendaraan roda empat, mungkin adalah 4 wheel drive. Sedangkan kami pakai Avanza kesana. Gila nggak sih? Jalurnya super ekstrem dan aduhai. Karena kanan kirinya adalah jurang.
Sungguh ekstrem sekali kondisi jalan tanah berbatu disertai tanjakan yang “mematikan” jika salah perhitungan. Jalur ini bahkan lebih ekstrem daripada jalur cukang monteng di Kamojang.
Nggak usah saya ceritakan lah ya ekstrimnya kayak gimana…yang penting semuanya terbayar setelah kami sampai di puncaknya.
Untung Umari sabar nyetirnya. Sedangkan Saya, Karmila, dan Lola sudah berasa mau “pindah alam.”
This is it, the other “negeri di atas awan”
Karacak Valley Seperti apa sebenarnya?
Karacak Valley sendiri merupakan hutan pinus dan hutan kopi LMDH yang kini dibuka untuk umum. Disitu kita bisa melihat sumber air tanah dan pepohonan pinus yang indah. Sangat indah sampai saya didaulat untuk jadi fotografer prewedding dadakan.
Baca juga: Menembus Keindahan dan Misteri Kawah Kamojang
Biaya masuk ke Karacak Valley ini Rp10.000/orang. Kami jalan terus mengikuti rute yang telah disediakan. Jalurnya mengingatkan saya akan hutan di kampung halaman saya di Purwokerto sana. Bersih, sejuk, dan bikin adem di hati.
Karena hari sudah cukup sore dan hujan sepertinya sudah hampir turun, maka kami tak melanjutkan perjalanan hingga ke puncak Karacak Valley. Cepet-cepet tancap gas sebelum hujan turun dan membuat jalan tambah licin. Risiko nyungsep ke jurang akan lebih tinggi tentunya jika keadaan hujan.
Kembali ke Karangpawitan untuk makan Ikan Bakar
Daan…sesampainya kami ke lokasi pemancingan di Karangpawitan, segera kami masak ikan hasil pancingan (pakai jala sih sebenernya, kreatifitas si Husnai yang nggak mau ribet-ribet mancing). Yang bakar ikan juga hanya Wufron dan Karmila.
Sementara itu saya bikin nasi liwet yang gosong, tapi enak kok 😀 *sorry…terus Lola Wawa bikin sambel Padang super pedes. Ini dia hasilnya, not bad kan 😀
Ya, segitu dulu cerita saya tentang Short Escape in Cipanas and Karacak Valley. Juga perayaan sederhana kami setelah lulus S2 dari program studi Magister Ilmu Manajemen Universitas Padjadjaran Bandung. Ini akan selalu jadi kenangan indah sepanjang masa, setidaknya buat saya.
Add comment