Beberapa waktu lalu sahabat saya, Ati yang tinggal di Kupang, bertandang ke Bandung. Setelah 3 tahun lamanya saya nggak ketemuan sama dia karena Pandemi, akhirnya kami bisa bersua juga di tahun 2022. Kali ini, dengan anggota baru. Ati juga bawain saya oleh-oleh dari Nusa Tenggara Timur, ada apa saja? Yuk simak ceritanya.
Terpisah lama akibat pandemi Covid-19
Pastinya nggak hanya saya saja ya yang merasakan terpisah lama dari sahabat karena pandemi berkepanjangan. Mungkin dari kalian juga banyak yang mengalami hal serupa. Tak bisa bertemu sahabat, keluarga, pasangan, juga handai taulan dengan leluasa.
Setelah sekian lama tak bersua, tentu saja sebuah pertemuan akan menghasilkan kesenangan yang membuncah. Terlebih, ketika saya melihat Shakti yang sudah besar. Tingginya hampir menyamai saya!
Dan kehadiran adiknya, Shakka. Yang tak kalah lucunya. Oh iya, cerita petualangan saya sama Shakti pernah saya tulis disini sebelumnya. Bahkan tulisan ini pernah dipublikasikan oleh Media Kupang loh. Gaya, kan? Hahaha…
Oleh-Oleh dari Nusa Tenggara Timur, Ada Apa Saja?
Bicara tentang oleh-oleh di Indonesia, kita patut berbangga. Karena Indonesia, di setiap pulaunya, desanya, lautnya, sungainya, gunungnya, budayanya, semua penuh dengan kekayaan dan kearifan lokal. Setiap daerah menyajikan produk yang punya ciri khasnya masing-masing. NTT misalnya.
Saya sering ke Kupang. Biasanya kalau saya kesana, pasti saya beli Se’i Sapi dan Ikan, juga kopi untuk dibawa pulang ke Jakarta. Tak lupa, saya juga biasanya mampir ke toko tenun. Beli tenun NTT yang cantiknya sudah tak diragukan lagi. Kali ini, sahabat saya Ati memperkenalkan sesuatu yang baru buat saya.
baca juga:
Gula Hela, Makanan Khas Sabu
Oleh-oleh dari Nusa Tenggara Timur yang pertama saya buka adalah Gula Hela. Cemilan ini merupakan Khas Pulau Sabu. Pulau ini berada di Kepulauan Nusa Tenggara Timur. Tepatnya, terletak di sebelah selatan perairan Laut Sawu.
Kalau kalian pernah ke Sumba, pulau kecil ini terletak di sebelah timur Pulau Sumba. Dan di sebelah barat Pulau Rote, dimana nol kilometer Indonesia bagian selatan terdapat di pulau tersebut. Nama lain Pulau Sabu adalah Pulau Sawu. Sedangkan penduduk lokal menyebutnya sebagai Rai Hawu/Pulau Hawu.
Kembali ke Gula Hela, menurut sahabat saya Ati, orang NTT menyebutnya sebagai Gula-Gula. Permennya orang lokal, katanya.
baca juga: Kupang dan warna-warni Nusa Cendana
Komposisi dan Rasa Gula Hela
Gula Hela terbuat dari Gula lempeng, gula pasir, kacang tanah, dan minyak kelapa. Unik dan khas, bukan?
Rasanya mirip seperti Gulali yang sering kita makan di Pulau Jawa. Ada rasa kacangnya, meskipun sedikit sekali terasa di lidah saya. Mungkin ngaruhnya ke tekstur kali ya. Gula hela teksturnya terlihat keras, namun lumer di mulut. Tidak membuat gigi sakit saat mengunyahnya. Sedangkan gulali teksturnya cenderung keras.
baca juga: Semanis Madu dari Desa Loli, Timor Tengah Selatan
Jadi teringat Gulali yang dijual Abang-Abang
Saat saya kecil dulu, di Jakarta saya suka beli Gulali di abang-abang. Mereka biasanya berjualan gulali keliling kompleks atau mangkal di depan sekolah. Mereka akan mencairkan gula diatas api panas, lalu gula itu dibentuk peluit, ikan, kipas, dll. Kita bisa request bentuknya. Si abangnya pasti bakal bikinin sesuai dengan request kita.
Buat saya, penjual gulali seperti seniman jalanan yang “Know the consumer needs.” Terutama anak-anak SD yang penuh imajinasi.
Nah diantara kalian ada nggak yang ingat dengan gulali?
Oh iya, selain Gulali, mungkin untuk warna, Gula Hela ini mirip dalgona. Itu loh yang suka kita lihat di drama atau variety show Korea. Mereka biasanya memanaskan gula pasir, dicampur dengan baking soda, lalu dibentuk dengan cetakan. Bentuk cetakannya biasanya bintang, atau love.
Jagung Titi, makanan Khas Lembata
Nah, oleh-oleh selanjutnya adalah Jagung Titi. Cemilan ini berasal dari Lembata, sebuah pulau di Kepulauan NTT. Kalau kalian mau tahu lebih lanjut tentang Lembata, kalian bisa baca tulisan ini.
Secara umum, dulu makanan pokok orang NTT adalah Jagung. Sebelum akhirnya di era presiden Soeharto, masyarakat NTT banyak yang mengonsumsi beras/nasi.
Jadi dulu, kalau orang NTT belum makan jagung, ya rasanya seperti belum makan. Sama kayak kita, yang meskipun sudah makan bakso satu mangkuk tapi belum makan nasi, kita bilang kita belum makan.
Selain diolah sebagai makanan pokok, Jagung di NTT diolah sebagai camilan. Salah satunya adalah Jagung Titi.
Kenapa sih dinamai jagung titi?
Proses pengolahan jagung dititi diatas batu. Jadi jagung digoreng dulu sampai setengah matang, lalu jagung yang panas ini diambil sedikit-sedikit, dititi di atas batu, hingga jagung berbentuk tipis, mirip emping.
Jagung Titi tidak hanya populer di Pulau Lembata. Tetapi juga di Pulau Flores bagian timur seperti Adonara, Alor, dan Solor.
baca juga: Sasando, Dawai Cinta dari Nusa Bunga
Kopi NTC Flores
Kopi ini sudah sering saya beli. Setiap saya main ke Kupang, saya pasti beli kopi merek ini. Sebagai oleh-oleh dari Nusa Tenggara Timur yang wajib dibawa pulang. Harganya terjangkau, rasanya juga enak dan kuat.
Namun ternyata, sekarang rasanya sudah mengalami perubahan. Tidak strong lagi seperti dulu. Bau kopinya juga tak seharum dulu. Rasanya juga tak seenak dulu.
Kemarin saya mencoba minum kopi ini, rasanya mirip kopi yang sudah lama dibiarkan terbuka, sehingga aromanya jauh berkurang. Mungkin kalau boleh dibilang, rasanya seperti ampas kopi yang sudah diseduh. Hampir nggak ada rasanya. Agak apek juga. Padahal tanggal kadaluarsa masih lama.
Hiks sedih. Padahal dulu ini adalah oleh-oleh vavorit saya kalau main ke NTT.
Tenun Ikat NTT
Terakhir, adalah tenun NTT. Kayaknya kalian sudah banyak tahu, kalau tenun NTT ini telah mendunia. Cantik-cantik bentuknya, warnanya, juga desainnya. Dibuat handmade oleh warga NTT, yang merupakan budaya turun-temurun dari leluhurnya.
Tenun ikat NTT ini berbeda dengan tenun Lombok. Kalau di NTT tenunnya diikat satu persatu dengan tangan. Sedangkan tenun Lombok ditenun menggunakan alat tenun manual dari kayu. Tekstur tenun ikat NTT lebih kaku. Sedangkan tenun Lombok yang cenderung halus.
Buat saya tenun Indonesia dari manapun berasal, tetap menyuguhkan kekhasan dan kecantikannya sendiri.
Tenun NTT cocok untuk dijadikan selimut, pajangan, atau baju. Tergantung desainnya seperti apa.
So, kurang lebih itu oleh-oleh dari Nusa Tenggara Timur yang dibawa Ati untuk saya. Semuanya saya suka. Terlebih, ketika kita bisa bertatap muka langsung dan saling bercerita. Tidak hanya lewat dunia maya.
Add comment