Hai, kalian apa kabar? Semoga sehat selalu ya. Beberapa waktu ini saya belum jalan-jalan keluar kota, jadi kita ngobrolin Jakarta dan sekitarnya saja yuk! Kali ini saya mau Review Hakon Ethnic Setiabudi, sebuah coffee shop yang mengusung tema Jepang. Uniknya, Hakon Ethnic ini menggabungkan galery dengan coffee. Cafenya bernuansa Jepang, namun vibes Bali. Keren nggak tuh?
Buat kalian yang baru berkunjung ke blog ini dan mau cari restaurant atau cafe yang bernuansa etnic, vintage, kalian bisa berselancar disini ya:
- 5 Cafe di Semarang bernuansa Tempo Dulu
- Review Warung Kopi Purnama Bandung
- Hafa Warehouse Bandung
- Jangan mau dibohongi overpriced cafe di Jakarta
Tentang Hakon Ethnic Setiabudi
Kalian mungkin sudah banyak yang lihat ulasan di social media seperti Instagram maupun Tiktok. Café ini sempat viral beberapa waktu lalu. Meskipun viral is not my thing, kali ini saya kepingin mencoba, sembari makan siang bareng teman-teman saya, Mbak Mei, Mas Ireng, dan Mas Adi.
Jadi café ini mengusung tema Japanese Specialty Matcha & Coffee. Dari situ bisa kelihatan ya, memang keunggulannya adalah Matcha. Jujur, melihat ulasan di Google Review, saya nggak berharap banyak. Kecil sekali bintangnya. Tapi ya saya coba deh. Namanya juga penasaran. Apakah memang separah itu?
Hakon Ethnic terletak di Galery Keramik F. Widayanto, Jl. Taman Setia Budi II No.11 5, RT.5/RW.3, Kuningan, Kecamatan Setiabudi, Kota Jakarta Selatan. Semula saya sempat ragu saat Pak Gojek bilang bahwa kami sudah sampai tujuan. Di depan saya hanya ada galeri seni.
Saya masuk saja, lalu bertanya pada penjaga galeri, bahwa saya ingin ke cafenya. Penjaga tersebut dengan ramah menunjukkan ke saya, bahwa masuk ke café bisa melalui pintu galeri seni.
baca juga:
Terkesima dengan Interior Hakon Ethnic
Jujur, saat saya masuk ke cafenya, saya bisa langsung menyimpulkan. Hakon Ethnic adalah salah satu café dengan interior terindah, yang pernah saya datangi. Mungkin kedua terindah setelah Kuntskring Paleis.
Hakon menggabungkan nuansa Jawa, Bali, dan Jepang. Setiap sudutnya bernilai seni tinggi.
“Elu banget kan budos?” tanya Kak Mei saat itu. Saya mengangguk antusias. Kalau sudah begini, saya tak peduli mau makanannya rasanya enak atau tidak. Rating langsung bintang 5 sih. Hehe…
By the way, kami duduk di kursi outdoor, tapi tidak panas sama sekali. Suasananya tenang dan teduh, karena tanamannya sebanyak itu. Dan mata saya dan Kak Mei sibuk sekali menilai, tanaman hias disini pun tanaman mewah. Bukan sekedar tanaman hias.
Karena kami tahu, kami jadi sangat menghargai pemilik Hakon Ethnic ini.
baca juga:
Menu Hakon Ethnic Setiabudi
Untuk sekelas café, saya sebut Hakon Ethnic memiliki menu yang cukup beragam. Range harganya juga terjangkau menurut saya. Tidak terlalu mahal untuk ukuran café di Jakarta Selatan.
Saya kasih lihat ke kalian ya, ini dia menu di Hakon Ethnic.






Rata-rata japanesse style makanan dan minumannya.
Review Makanan dan Minuman di Hakon Ethnic Setiabudi
Saya memesan chicken butter miso Rp 50.000,- dan minumnya matcha latte mild No. 75 Rp. 42.000,- dan snack combo platters Rp 60.000.

Saat pesanan datang, saya justru gagal fokus dengan mangkuk sajinya. Cakep banget! Dari keramik bernilai seni tinggi.

Di meja kami juga ada vas bunga yang indah banget. Keramik timbul gitu, dengan motif kecapung. Tapi harganya…sekitar 1,5 jutaan. Iya, ternyata, setiap barang seni yang dipajang di Hakon itu bisa kalian beli loh. Karena merupakan ruang pamer Galeri juga.
Oke kembali ke review rasa makanan di Hakon Ethnic. Saya kebanyakan gagal fokus terus sejak tadi.
Rasa ayamnya Asin dan Manis juga umami. Rasa miso, aroma bawang putih, dan ladanya cukup balance. Tekstur ayamnya agak sedikit keras tapi masih sangat bearable. Mungkin karena terlalu lama jangka waktu pesan dan terhidangnya ya, jadi makanan sudah agak dingin.
Lanjut ya, aroma ayamnya caramelized, ada rasa burn-nya sedikit. Ayamnya juga fresh, nggak amis. Terasa ada sedikit minyak, tapi nggak greasy. Cenderung light. Hanya saja kalau di lidah saya, agak keasinan. Tapi karena makannya pakai nasi, jadi nggak terlalu asin lagi. Malah jadi balance.
Kelihatannya porsinya sedikit, tapi sangat mengenyangkan buat saya. Selain ayam, di mangkuk saya ada sayurannya juga. Menurut saya sayurannya masih fresh, sedikit crunchy dan oke sih cara masaknya. Nggak alot karena overcooked.
baca juga:
Kalau matchanya, memang saya pilih yang mild (Kalian bisa pilih beberapa level kepekatan matcha by the way). Saya sengaja pilih yang mild karena saya pernah minum matcha yang asli, dan itu pahit banget. Nah kalau di Hakon, dicampur susu sehingga rasanya memang light tapi masih tetap enak. Aftertastenya sedikit pahit, tapi bukan pahit yang menyakitkan. You know what I mean, right?
Kata mbaknya sih matcha yang saya pesan dicampur gula sedikit. Tapi di lidah saya, tidak ada rasa gula sama sekali.
Selain itu, kami juga pesan snack platters. Nah kalau yang ini isinya kentang goreng, calamari, ayam goreng tepung. Rasanya standard sih, tidak ada yang membedakan dari tempat yang lain. Cukup crunchy, dan gurih.
Fasilitas di Hakon Ethnic
Terdapat meja makan yang indoor maupun outdoor. Dan keduanya nyaman. Di luar pun menurut saya cukup sejuk karena memang tempatnya teduh banget.

Ruang rapat juga ada beberapa. Mulai ruang rapat yang bentuknya kamar bernuansa Joglo Jawa, kapasitas berdua, berempat, hingga kapasitas 10 orang lebih. Semuanya nyaman dan estetik kalau menurut saya.


Terdapat 3 lantai dengan temanya masing-masing.
Lantai dasar bertema galeri dan efek tanaman teduhnya, lantai 2 bertema galeri seni, dimana banyak terdapat patung budha, juga aneka patung lainnya yang membuat kita serasa berada di kawasan Candi Borobudur. Musholla juga ada di lantai ini.
Setiap lantai ada toilet, dan itu super estetik. Krannya berbentuk kodok, ada juga bak mandi yang berbentuk bejana besar dari keramik. Indah sekali.


Kemudian lantai 3, yaitu rooftop, terdapat ruang terbuka yang juga tidak panas, dan ruang rapat estetik. Terdapat pula pajangan keramik yang dijual. Harganya berkisar antara Rp250.000 hingga jutaan rupiah per pcsnya.


Dan yang lebih kerennya, meskipun cuma 3 lantai, tapi ada lift yang super estetik, dengan dinding dan lantai keramik bernilai seni tinggi.
Semua yang ada disini memiliki kesan quite luxury. Sebuah kemewahan yang bisa ditangkap oleh mata mereka yang mengerti.
By the way, kita juga bisa makan di galerinya. Karena ternyata disediakan kursi dan meja untuk menikmati hidangan dari Hakon.
Loh kok makanannya enak dan bagus tapi Google Reviewnya jelek?
Menurut pengalaman saya, sebenarnya masalah di Hakon Ethnic bukan soal rasa makanan, minuman, atau tempatnya. Karena kalau dinilai, menurut saya mereka layak mendapatkan bintang 4,8 atau 4,9 soal ini. Kalau secara interior, jelas bintang 5.
Tapi pelayanan?
Nah sebaiknya ini jadi koreksi pihak Hakon Ethnic Setiabudi. Pelayanan yang saya terima mungkin akan saya kasih bintang 2 dari 5.
Baca juga:
Kritik dan Saran Membangun buat Hakon Ethnic Setiabudi
Waktu penyajian:
Butuh waktu sekitar 2 jam, sejak kami pesan hingga semua makanan dan minuman kami terhidang. Bahkan butuh waktu sekitar 1 jam untuk sekedar memesan minuman.
Tentu saja hal ini menjadikan Hakon Ethnic tidak cocok untuk lunch para karyawan kantor yang memiliki waktu istirahat terbatas. Padahal lokasinya dekat dengan gedung perkantoran besar, dan kondisinya, saat itu café tidak sedang dalam keadaan ramai. Baru opening hours malah.
Buat pihak café juga tidak menguntungkan, karena turnovernya jadi rendah. Pelanggan duduk lama, dengan pesanan yang tidak banyak.
Attitude waiter dan waitress:
Sepertinya Hakon kurang sekali dalam memberikan pelatihan kepada karyawannya. Semestinya, untuk café sekelas ini (kami berempat, total bill Rp550ribu rupiah), pelayanannya juga menyesuaikan.
Namun di Hakon, pelayan menjerit saat memanggil untuk memastikan pesanan kami. Lalu sikapnya juga tidak sesuai dengan standar pelayanan resto & café. Attitudenya juga bintang 1. Karena menganggap kami seperti tetangga yang bertamu. Padahal kami ini customer yang bayar cukup mahal.
Hal ini jauh berbeda dengan pelayanan di Omah Badok. Sebuah restaurant Sunda di area danau Parigi, Bintaro. Yang jadi pelayan rata-rata adalah warga sekitar. Bertato, berpenampilan seadanya, dan tak pandai berkomunikasi.
Saya menilai, mereka tidak berpendidikan tinggi, apalagi mengenyam sekolah khusus barista/hospitality. Namun terlihat jelas mereka ditraining dengan sangat baik oleh pengelola resto. Saya kasih bintang 5 sih untuk pelayanan dan attitude resto tersebut.
Semoga Hakon Ethnic bisa memperbaiki layanannya ya. Berbenah terus supaya bisa bertahan lama.
Recommended or Not?
Yes, Recommended!
Menurut saya Hakon Ethnic sangat layak untuk dikunjungi. Saya pun mau kok kalau kesana lagi. Apalagi kalau saya punya banyak waktu. Saya kepengin eksplor galerinya, juga mencicipi kopinya.
Buat kalian yang suka vintage, suka ketenangan, tanaman, dan galeri seni, Hakon Ethnic sangat saya rekomendasikan untuk kalian coba. Terlepas dari pelayanannya yang masih minimalis, kalian bisa mendapatkan banyak hal kalau berkunjung kesini. Belajar tentang seni, atau bahkan mau ikutan kelas pottery. Silakan cek saja di social media mereka ya.
Lesson Learned: tidak semua yang jelek ratingnya di google review, jelek juga di kalian. Sekarang persaingan bisnis banyak yang nggak sehat. Banyak tempat bagus dan menyenangkan, tapi karena kekurangan sedikit, langsung dicela habis-habisan, oleh para reviewer fomo.
Saya tidak diendorse, tidak pula dibayar untuk menuliskan hal jujur ini ke kalian semua. Silakan kalian putuskan dan simpulkan saja dari review yang sudah saya berikan.
Post Sebelumnya:
- Berlabuh Sejenak di Masjid Cut Meutia, Gondangdia
- Sebuah Review Kuntskring Paleis, Restaurant Mewah dalam Gedung Berusia 100 Tahun di Kawasan Menteng Jakarta Pusat
- Review Kawisari Coffee & Eatery, Restaurant Bernuansa Indies di Jantung Kota Jakarta
- Kepingan Kisah Rode Winkel, Toko Merah Penuh Sejarah yang Kini Jadi Café di Kota Tua Jakarta
- Cara Naik Whoosh dari Bandung ke BSD
Add comment