Hai, kalian apa kabar? Sehat dan bahagia selalu ya. Waktu nulis ini, isi pikiran saya sedang membuncah dan menuntut untuk dikeluarkan. Sebenernya lagi merenung dan mencoba menahan untuk nggak belanja sih. Because in this economy, sebaiknya kita jangan jadi orang yang konsumtif. Jangan terlalu banyak belanja hal-hal yang nggak penting. Lebih baik mikirin tabungan, investasi, atau kebutuhan sehari-hari. Atau belajar hidup minimalis. Karena sesungguhnya, yang kamu punya sudah cukup.
Hidup minimalis itu menantang
Tapi…ngomongnya sih gampang. Nulisnya juga gampang. Melaksanakannya itu loh…sulit bukan main. Setelah mencoba menjadi minimalis di tahun 2021, ternyata dunia saya pasang surut. Susah untuk benar-benar menjadi minimalis di tengah keluarga yang super maksimalis. Godaannya banyak banget.
Apalagi setiap hari kita terpapar iklan digital yang nggak sedikit. Semua produk diiklankan dan mampir ke feeds kita. Atau nggak sengaja kita scrolling.
Mmm…sebagai praktisi iklan digital, sebenarnya tidak ada yang tidak disengaja sih saat kita scrolling. Kitanya nggak sengaja, tapi brand tersebut sudah memainkan algoritma kita. Bahwa kita adalah konsumen potensialnya.
Baca juga: Memulai hidup minimalis buat si maksimalis
Belanja dari lemari sendiri
So anyway, supaya menekan keinginan saya untuk checkout shopee, saya buka deh lemari saya. Bersamaan dengan adik saya yang mau wisuda, saya buka kembali lemari lama. Demi nggak usah beli kebaya baru.
Ternyata, barang-barang saya masih sangat sangat banyak. Terutama pakaian.
Mau jenis dan desain seperti apa saja ada. Rok? Celana? Kemeja? Blazer? Kebaya? Baju pesta? Gamis? Baju muslim? Tunik? Jeans? Semua ada ratusan pasang dan semua dalam kondisi sangat baik. Sebenarnya yang setiap hari saya lihat di media sosial, ada di dalam lemari saya. Hanya saja karena sudah terlalu banyak barang, saya tak bisa melihatnya. Sehingga akhirnya berujung pada checkout e-commerce lagi.
Kemudian saya juga lagi scrolling sunglasses, yang ternyata di rumah saya sudah ada 5 sunglasses dengan aneka desain. Sepatu? Nggak usah ditanya.
Tantangannya adalah di mix and match sebenarnya.
Baca juga: Tantangan jadi minimalis di tahun pertama
Yang kamu punya sudah cukup
Kalau mau jujur, sungguh saya nggak butuh barang baru. Yang saya butuhkan adalah menarik nafas panjang dan menahan nafsu untuk belanja dan mengeluarkan uang untuk hal yang tidak perlu.
Selain itu, saya juga butuh semangat untuk menghargai apa yang sudah ada, daripada mencari yang tidak ada, atau membeli barang yang tidak kita butuh.
Seperti kata Adam Smith tentang the law of marginal utility. Hukum kepuasan yang semakin berkurang. Ketika kita punya banyak, malah nggak puas dan nyari kepuasan dari luar. Dan sebagai orang ekonomi, saya tahu betul hal ini tuh nggak bisa dibiarkan, dan nggak boleh dituruti. Karena ya nggak akan ada habisnya.
Lesson Learned tentang hidup minimalis
Apakah kalian pernah mengalami hal yang seperti saya alami? Susah banget deh menghilangkan kebiasaan belanja online dan menjaga pola hidup minimalis.
Sepertinya sih saya harus mengalihkan ke hal lain, yaitu traveling. Karena bagi saya, traveling bukan suatu kegiatan yang konsumtif, melainkan sebagai bentuk investasi experience. Traveling membuat saya bisa belajar tidak nyaman, mengalami hal diluar kendali, menyelesaikan masalah dengan cepat, dan juga cepat dalam membaca situasi.
Jadi, mau main kemana lagi kita?
Add comment