Ada yang sudah nyobain mengubah foto kalian ala Ghibli pakai Ghibli AI? Lagi tren banget di social media seminggu belakangan ini. Banyak diantaranya yang mengabadikan moment lebaran dengan tren seni Ghibli AI.
Bagus ya?
Estetik. Cantik juga. Menyenangkan memang, untuk anda orang sibuk dan tidak punya waktu apalagi kemampuan untuk menggambar. Bisa membuat foto menjadi ala Studio Ghibli hanya dengan satu klik, tanpa usaha berarti.
Tapi kalian pernah berpikir nggak bagaimana rasanya jadi Hayao Miyazaki? Juga pekerja seni lainnya?
Seni adalah Empati
Menurut saya, seni adalah empati, bukan eksperimen tanpa rasa. Teknologi terus berkembang, dan saya pribadi juga suka. Namun soal etika, tetap harus dijaga.
Dan kali ini, meskipun saya sering menggunakan Artificial Intelligence untuk memudahkan beberapa pekerjaan, saya tak setuju dengan adanya penjiplakan hasil karya Studio Ghibli, berdalih AI generated.
Tentang Studio Ghibli
Studio Ghibli adalah perusahaan animasi yang didirikan oleh Hayao Miyazaki, Isao Takahata, Toshio Suzuki, Yasuyoshi Tokuma, pada 15 Juni 1985 di Tokyo, Jepang.
Maskot dan simbol Ghibli yang mungkin banyak kita kenal adalah Totoro, dari Film My Neighbor Totoro tahun 1988. Film selanjutnya adalah Princess Mononoke tahun 1997, Spirited Away tahun 2002, Howl’s Moving Castle tahun 2004, Ponyo tahun 2008, dan The boy and the Heron tahun 2023.
Setiap animasinya, digambar dengan tangan. Luar biasa, bukan?
Beberapa waktu lalu saya ke perpustakaan Jakarta di Cikini, lalu menemukan buku sketsa “The art of My Neighbor Totoro.” Saya takjub dengan karya ini. Dengan melihat buku sketsanya, saya berpikir, tidak mungkin ada orang yang sanggup menyelesaikannya jika ia tidak tulus dalam pembuatannya.

Setiap gurat sketsa menggambarkan cinta, passion, juga jiwa yang dituangkan oleh para seniman yang terlibat di dalamnya.


Hasilnya? Seindah itu. Semagical itu!
Studio Ghibli dan Surat cinta buat alam
Studio Ghibli adalah surat cinta buat alam, juga potret nostalgia yang melekat dalam imaji saya, dan mungkin juga kalian. Ketika AI mereplikanya, warnanya, temanya, gerakannya, tetap saja tak mampu menghadirkan rasa magisnya dalam jiwa.


Keajaiban Ghibli, terbentuk dari intensi murni anti konsumerisme, filosofi yang dalam, dan takkan tergantikan hanya dengan mengetik sebaris prompt.
Ghibli mengajarkan kesederhanaan, keberanian, kasih sayang, dan juga menyatunya jiwa dengan alam, tanpa menampilkan kemegahan fana semata.
Makna Seni Buat Saya
Tak seperti lomba lari, seni tak mengenal garis finish. Ia berjalan terus dan selalu ada karena kebutuhan manusia untuk berekspresi, terhubung, dan saling memiliki.
Seni menyoal budaya dan pribadi, hal yang berada di luar batas algoritma. Menembus ruang, juga waktu.
The Dark Truth about Tren Ghibli AI
You know what is the dark truth if you create your pictures into Ghibli AI?
Your biometric data, is recorded.
And you shared it for free, to the world.
And the next chapter, everyone can use it, for free without your consent.
Kenapa begitu?

Menurut platform keamanan data Proton di X, Begitu kita membagikan foto pribadi ke AI, kita akan kehilangan kendali atas bagaimana foto tersebut digunakan, karena data itu bisa dipakai untuk melatih AI.
Risiko lainnya yaitu metadata, lokasi, hingga informasi pribadi yang sensitif bisa terekspos, apalagi kalau ada foto anak-anak disitu. Begini saja logikanya, kalau kalian menggunakan layanan AI gratis, data kalian adalah harganya.
Foto yang diunggah ke AI akan digunakan untuk melatih AI. Hal ini berpotensi foto tersebut disalahgunakan, tanpa sepengetahuan pemiliknya.
Post Terkait, pemandangan seperti dalam Studio Ghibli:
Add comment