Bagian Satu.
Nggak sekali dua kali saya ditanya oleh rekan saya yang non muslim. “Kamu puasa seharian penuh, apa nggak lapar? Apa nggak lemas? terus, apa bisa konsentrasi kerja dalam keadaan perut lapar?”
Nah, agak sulit menerangkannya memang. Ketika saya jawab pertanyaan mereka dengan kalimat, “Saya puasa karena Allah, jadinya saya nggak lapar. Nggak lemas juga, dan bisa tetap konsentrasi dalam bekerja.”
Maka seketika itu pula penjelasan saya sulit diterima oleh rekan saya yang non muslim tersebut. Yang saya dapatkan biasanya adalah pandangan makin bertanya disertai kening mereka yang berkerut. Hehe…kayak mahasiswa nanya ke dosen, terus dijawab dengan kalimat yang filosofis. Tambah bingung jadinya.
Kalau sudah demikian, saya akui, saya yang salah kasih penjelasan. Karena penjelasan “Saya puasa karena Allah” akan mudah ditangkap dan dimengerti oleh sesama muslim. Namun tidak demikian bagi umat non muslim. Mereka perlu penjelasan lebih detail dan terperinci. Yang mudah dicerna oleh logika dan akal pikiran. Syukur Alhamdulillah, Allah membekali kita sebagai orang muslim, untuk dapat menjawab segala pertanyaan yang diajukan dengan logis dan terbukti secara ilmiah.
Bismillah, saya coba kasih penjelasan dengan logika sederhana ya:
Kalau kita punya tujuan yang jelas, usaha seberat apapun pasti dijalani, kan? Karena kita semua tahu, ketika tujuan itu tercapai, maka rasa lelah dan berat akan hilang seketika. Nggak berbekas, hingga bahkan kita lupa rasanya susah saat tujuan kita tercapai.
Ilustrasinya gini. Kamu adalah seorang traveler berbudget pas-pas pasan, yang punya cita-cita ingin traveling ke Raja Ampat.
Iya, Raja Ampat yang itu. Salah satu spot wisata di Indonesia yang mendunia karena keindahan panoramanya. Sayangnya, selain indah, Raja Ampat juga terkenal dengan harga yang super mahal buat traveler dengan kantong pas-pasan. Suatu ketika, datanglah kesempatan untuk dapat mengunjungi Raja Ampat. Gratis! Dengan transportasi maskapai terbaik, menginap di resort terindah, bisa keliling pulau dengan yacht yang mewah, juga fasilitas makanan enak dan pelayanan kelas wahid. Peluang ini pasti, demikian pula waktu keberangkatannya, sudah ditentukan oleh sang pemberi sponsor.
Selain tunjangan ke Raja Ampat, si traveler ini juga tetap dapat gaji bulanan sesuai dengan performa kinerjanya.
Syaratnya, traveler tersebut harus bekerja sekitar 13 jam dalam sehari, selama 30 hari berturut-turut. Kalau sakit, haid, atau terpaksa tidak masuk karena perjalanan, diperbolehkan tidak masuk kerja.
Selama absen tersebut, gaji nggak dipotong dan peluang ke Raja Ampat nggak gugur sama sekali. Dengan catatan, traveler itu wajib mengganti hari kerja yang bolong di hari lain, selama sebelas bulan ke depan selain bulan yang ditetapkan untuk syarat ke Raja Ampat.
Kalau sudah begini, saya kembali tanya ke anda, syaratnya ribet nggak? Hanya 30 hari lho. Itupun dipotong masa-masa jika kita berhalangan. Kalau sudah demikian, jadi semangat nggak kerjanya? Bisa ditolerir nggak capeknya?
Dalam keyakinan kami, bahkan imbalan yang akan kami dapat jauuh lebih indah dari sekedar wisata Raja Ampat. Kesehatan, ditambah ketenangan hati, pikiran dan terhindarnya stress. Karena tadi, kita tahu tujuan kita mau kemana. Setiap yang dilakukan dengan satu tujuan, pasti bikin hati tenang.
Terus…kalo semisal sakit maag akut gimana? Jangankan puasa, telat makan saja bisa kambuh berat dan masuk UGD.
Nah, kalau ini nanti saya jelaskan secara ilmiah ya. Di postingan berikutnya.
Have a nice day 🙂
Baca juga:
Penjelasan Kenapa Muslim Berpuasa Buat Rekan Non Muslim (Bagian dua)
[…] Tulisan ini menyambung dari tulisan sebelumnya yang saya share disini […]