Hai, kalian apa kabarnya?
Kalian lagi apa? Semoga saat kalian baca ini, hati kalian sedang diliputi ketenangan dan keihklasan, juga jiwa kalian semakin kuat, seiring dengan habisnya tahun 2024.
Kalau saya, hari ini baru saja menyelesaikan pekerjaan yang menurut saya sih melelahkan. Apalagi kalau bukan mengoreksi ujian?
Tapi…saya lagi nggak mau bahas itu. Selepas sholat ashar, tiba-tiba saya kangen kalian semua. Iya, kalian yang masih setia mengunjungi blog ini di tengah gempuran social media seperti Instagram, Tiktok, dan Youtube. Terima kasih ya…
Tentang 2024, setahun belakangan, kalian menghadapi hal apa saja? Banyak pastinya ya. Diantara kalian mungkin ada yang mengalami hal baik, hal yang kalian nggak suka, atau bahkan…hal yang kalian sangat tidak siap yaitu…
Kehilangan.
Seandainya kita bisa saling cerita….
Saya mau cerita sedikit, boleh ya?
Setahun ini alhamdulillah kehidupan saya tidak seperti Roller Coaster seperti tahun sebelumnya. Tahun ini ombaknya lebih tenang. Allah menguji saya dengan cara yang lain, yaitu sedikit mengambil nikmat kesehatan.
Saya yang sebelumnya jarang sekali sakit, tiba-tiba mengalami sakit yang ternyata, parah. Akhirnya untuk pertama kalinya dalam hidup, di bulan Ramadhan, saya merasakan suasana rumah sakit yang sibuk, dimana para suster dan dokter terus saja kebanjiran pasien. Termasuk, saya.
Saat saya sendirian di ruang IGD, saya melihat sendiri perjuangan nakes di IGD yang begitu ikhlas mengobati pasien. Ruang IGD penuh, dan saya termasuk ke dalam pasien prioritas saat itu, karena keadaan saya. Kala itu saya sedang berada dalam pertarungan hidup dan mati.
Meskipun masih bandel ya, saya masih pegang laptop. Tidak berhenti jika tidak dilarang oleh dokter yang mengatakan, “Jangan sampai pembuluh darah otak kamu pecah, nanti semua tidak akan ada artinya.”
Jujur, kali itu saya sedang mengeluh. Kenapa pekerjaan saya begitu melelahkan, tapi hasil tidak sepadan? Kenapa semua yang saya usahakan, kebanyakan gagal? Kenapa saya justru mengalami banyak kerugian dan kehilangan materi? Dosa saya yang mana yang membuat kehidupan saya seperti ini?
Semua Terjawab di Ruang IGD
Saat berbaring di ruang IGD, saya seperti ditampar. Waktu berbuka sudah tiba, namun keadaan IGD justru semakin hectic. Para dokter dan suster hanya sempat untuk membatalkan dengan beberapa teguk air. Saya melihatnya dari tempat saya berbaring, karena saya sedang diobservasi. Mereka bekerja shift, 8-12 jam, seringnya dalam keadaan berdiri, atau berlari.
Kondisi tempat kerja mereka juga full of stress. Selalu keos.
Keadaan mereka terbatas.
Bahkan untuk ibadah pun mereka harus bergantian dan harus cepat, karena pasien yang membludak.
Sedangkan saya? Saya tak melihat nikmat itu kalau saja saya tak berbaring disini.
Ujian saya apa? Kalau dibandingkan mereka, tentunya ujian saya boleh dianggap tidak ada. Pekerjaan saya cukup tenang, saya punya waktu luang, saya sehat, punya keluarga, tempat kerja saya juga merupakan sebuah gedung dengan fasilitas yang lengkap. Saya anggap itu given. Atau sudah semestinya. Padahal itu nikmat Allah.
Air mata saya meleleh, dan lamunan saya terputus ketika salah seorang suster bilang, alhamdulillah, hari ini masih bisa buka puasa. Padahal dia hanya makan 1 biji gorengan. Dia bersyukur.
Seketika saya sadar, dosa saya terbesar adalah, saya kurang bersyukur. Saya tidak pernah melihat ke bawah. Saya selalu merasa, dengan kapasitas saya yang segini, saya harusnya….
Padahal cara Tuhan bekerja bukan seperti itu. Kalau saja nyawa saya diambil saat itu, tentunya saya akan berpulang tanpa dapat apa-apa. Dunia tak didapat, di akhirat pun merugi banyak. Naudzubillah.
Seringkali sebagai manusia, begitu ya? Ketika dilanda kesibukan, kita serasa sulit mengejar akhirat. Padahal kan, konsepnya nggak gitu.
Kita dikasih hidup di dunia sama Allah, untuk menunggu waktu ibadah. Sedangkan rejeki, hidup, jodoh, dan mati, itu Allah sudah tetapkan dan ditakar. Tidak akan tertukar. Kenapa kita justru sibuk mengejar dunia yang tak seberapa itu?
Kenapa tidak memelankan ritme? Sedangkan Allah sudah mengatakan pada kita, tergesa-gesa adalah sifatnya setan. Tapi kita malah justru seringkali tergesa. Tertimbun dalam konsep, face paced environment.
Tahun 2025, mau apa?
Kalian, ada yang direncanakan nggak di tahun 2025?
Semoga segala rencana yang kalian tuliskan dan harapkan, bisa terwujud ya.
Kalaupun tidak terwujud, yakinlah bahwa Allah sebaik-baiknya pembuat skenario. Tidak akan salah. atau meleset seujung jari pun. InsyaAllah diganti dengan yang lebih baik.
Hanya ada takdir baik, jika kita mengimani dan memasrahkan dunia juga akhirat kita padaNya. Kalian juga yakini itu ya…
Semoga kita selalu dalam lindungan Allah, jadi orang-orang yang diberikan hidayah, dipermudah jalannya, mencintai Allah lebih dari segala yang ada di muka bumi, agar hati kita selalu tenang.
Kalian sehat-sehat semuanya ya…sampai jumpa di tahun 2025.
Salam Sayang,
Arum.
Bumi Serpong Damai, Selasa, 31 Desember 2024.
Add comment