Motivasi hidup bahagia
“Kenapa ya, kok kayaknya aku tuh paling nggak sukses deh dibanding teman-temanku yang lain.”
“Kenapa ya kok ada orang yang hidupnya bahagia dan keren kayak selebgram A, B, C. Tapi kenapa hidup aku kok gini amat ya? Nggak ada manis-manisnya.”
“Kenapa ya, kok dia bisa pake baju bagus terus, jalan-jalan terus, punya uang banyak banget kali ya? Sedangkan aku harus kerja keras setiap harinya, itupun hasilnya gini aja. Nggak ada yang bisa dibanggain.”
“Kenapa ya, kok dia tuh sudah cantik, pinter, punya pacar keren dan terkenal pula. Beda banget sama aku yang otaknya pas pasan, muka pas-pasan, plus member tetap jomblo ngenes.”
“Enak ya, dia kurus, tinggi, langsing, padahal makannya banyak. Aku? Kayaknya nafas aja bakal jadi daging.”
Pernah mengeluh demikian?
Atau kalian pernah merasa demikian?
Well, itu wajar. Wajar kalau kita sebagai manusia, punya keinginan untuk hidup sukses dan bahagia. Sungguh punya keinginan seperti itu tidak salah.
Hanya saja yang salah adalah, membandingkan diri kita dengan orang lain. Dengan tolak ukur feed instagram selebgram yang bahkan, kita kenal secara personal pun enggak.
Duh sayangku, tolong jangan diteruskan ya. Nanti kamu sakit.
Medsos adalah versi paling sempurna dari diri manusia
Perlu kamu tahu disini, segala yang ditampilkan dalam medsos baik itu di Instagram, Facebook dan media sosial lainnya adalah versi paling sempurna dalam diri seseorang. Atau versi disempurnakan. Versi editan snapseed, lightroom, picsart, dan aneka software lainnya. Sehingga semuanya terlihat indah. Semua terlihat menawan. Dan semua, terlihat nampak bahagia dan sempurna luar dalam. Bikin banyak sekali orang iri.
Tapi, apakah kalian tahu kalau itu dipajang untuk pencitraan atau bukan?
Apakah benar, yang sering posting sedang meeting dengan pejabat penting, foto dengan orang terkenal, atau foto dengan latar belakang menakjubkan itu lebih sukses dari kamu?
Is that really true?
Siapa tahu dia cuma sedang numpang lewat, lalu ketemu orang penting. Terus minta foto untuk kemudian diupload di instagram (itupun minta fotonya sampek ngemis-ngemis). Siapa tahu juga dia memang sedang menghadiri meeting pejabat penting, tapi posisinya hanya sebagai tukang foto? Atau, ketika dia memang sedang berfoto dengan latar belakang menakjubkan. Tapi siapa tahu, hal itu dia dapatkan dari memanfaatkan orang lain? Tanpa kerja keras. Atau bahkan, ia dapatkan dari berhutang? Demi gaya dan pencitraan.
Jangan bandingkan hidup kamu dengan orang lain
Lalu, apakah kamu tahu, misalkan selebgram selalu pakai baju bagus, jalan-jalan terus, itu dipastikan lebih bahagia dari kamu? Siapa tahu dia jalan-jalan karena harus bekerja. Siapa tahu juga dia pakai baju bagus itu hasil pinjam, atau beli di thrift store (baju bekas), baju murah, atau bahkan baju pinjam teman?
Mungkin nggak?
Tentu saja mungkin.
Apakah kamu tahu detail seperti ini?
Tentu saja tidak, bukan? Karena kamu hanya melihat apa yang bisa kamu lihat. Kamu lihat versi editan. Versi pencitraan. Versi paling sempurnanya sebagai manusia.
Lain cerita, apakah benar, dia yang cantik, pintar, punya pacar keren dan terkenal, hidupnya lebih bahagia dari kamu?
Bagaimana jika dia berpose bersama pacarnya agar dapat pengakuan orang lain supaya dia terlihat bahagia? Bagaimana kalau ternyata, di instagram hubungan mereka tampak harmonis dan manis, tapi hati dan batinnya luar biasa tersiksa karena kelakuan pacarnya nggak beres, kasar, dan tukang selingkuh?
Apakah hal ini kamu tahu?
Kalau tidak, maka jangan langsung bandingkan apa yang kamu lihat dengan kebahagiaan yang kamu miliki saat ini. Mungkin saja kamu yang dinobatkan sebagai member tetap jomblo ngenes justru 1000 kali lebih bahagia dari si cantik sempurna dengan pacar keren dan terkenal tadi. Di dunia maya mungkin si cantik yang nampak paling bahagia. Tapi di dunia nyata, keadaan kamu jauh lebih baik. Jauh lebih bahagia karena kamu punya teman yang tulus, keluarga, dan pekerjaan yang meskipun penghasilannya pas-pasan, tapi semuanya kamu peroleh dengan cara halal.
Battle antara Dunia maya vs dunia nyata
Oleh karenanya, jangan biarkan prasangkamu tentang bahagianya mereka yang terlihat di feed media sosial, mengganggu bahagiamu sendiri. Sungguh hal yang kayak gini nggak worth untuk kamu jadikan bahan kegalauan. Hentikan perbuatan kamu yang membandingkan dirimu dengan orang lain. Kamu ya kamu. Mereka ya mereka. Terserah jika mereka menampilkan keglamouran di media sosial. Tapi pastikan, kamu tampilkan yang terbaik di dunia nyata.
Karena nggak jarang juga, orang yang nampak hebat di dunia maya, pada kenyataannya ia tidak ada apa-apanya. Orang yang nampak garang di media sosial, aslinya cupu dan gampang mengkeret kalau ketemu orang. Orang yang nampak tinggi gagah di feed instagram, ternyata aslinya kecil pendek. Semuanya efek editan, atau angle pengambilan foto. Cewek yang tinggi langsing, ternyata setiap hari harus menahan lapar karena diet ketat.
Duh, kalau berpikir kebahagiaan adalah diukur dengan standar yang ditetapkan manusia lain, alangkah capeknya. Alangkah lelahnya kita. Padahal Tuhan menghadirkan kita ke dunia, dengan keunikan masing-masing. Dengan kelebihan dan kekurangan yang saling melengkapi. Kenapa musti dibuat lelah sendiri dengan melihat orang lain?
Kenapa tak fokus saja terhadap diri sendiri dan kenyataan, lalu sibukkan diri dengan bersyukur?
Motivasi hidup bahagia
Terlalu banyak nikmat yang Tuhan berikan, untuk dapat kita nafikkan begitu saja. Kalaupun kita sedang merasa tidak bahagia, terimalah. Mungkin Tuhan sedang menguji kesabaran kita, seberapa kita kuat menahan segala coba. Percayalah, jika kita mampu melewatinya, Tuhan pasti memberikan kita nikmat yang lebih indah. Bahkan sangat indah hingga jauh melebihi ekspektasi kita.
Add comment