Behind the Scene Podcast ITB Press TV

The Untold Story: Bukan Lulusan ITB

Halo penghuni Rumah Arum, bagaimana kabar kalian? InsyaAllah sehat ya. Tapi kalau ada diantara kalian yang sedang tak prima kondisinya, saya doakan semoga segera diberikan kesehatan oleh Allah SWT. Saya mau ngobrol saja sih, bahwasanya saya Bukan Lulusan ITB. Hanya saja saya mau cerita, kunjungan saya ke ITB beberapa waktu lalu.

ITB itu bukan hanya #KampusOrang

Saat ke Bandung beberapa minggu lalu, saya main ke Rumah F. Tempat pertama kali saya kerja dulu, waktu baru lulus kuliah di Politeknik Negeri Bandung.

Pekerjaan pertama saya jadi sekretaris, dan kemudian menjadi project coordinator.

Baca juga: Pulau Sebira, Sang Jaga Utara di Ujung Kepulauan Seribu

Dari situ saya kenal banyak orang, terutama para tenaga ahli, dosen, profesor, juga researcher ternama. Karena saya mengkoordinir berbagai project di ITB. Khususnya project-project tentang Renewable Energy, kelistrikan, Energi bersih, Pembangkit Listrik, Sipil Air, dll yang berhubungan dengan dunia Engineering.

Gedung STP ITB, dan ITB Press
Gedung STP ITB, dan ITB Press

Saya banyak belajar selama bekerja. Sedangkan ilmu saya, saya pendam dalam diam.

Basis saya di Marketing, tapi saat itu marketing tidak sepopuler hari ini. Indonesia dulu lebih kenal dengan namanya Multilevel Marketing (yang sistem downline gitu loh) dimana saya nggak pernah minat sama sekali. Juga marketing 101 (nanti kalau sempat saya cerita ya marketing 101 itu gimana).

Hijrah ke Jakarta, Jadi Asisten Akademik

Tahun 2009 saya “hijrah” ke Jakarta. Mulai menjadi asisten akademik di Kementerian Pendidikan Nasional. Meskipun, saya masih tinggal di Bandung.

Lagi-lagi, ilmu saya di marketing tidak digunakan di Kemdiknas. Saat itu saya lebih banyak mengurusi dokumen negara, dan juga membangun sistem informasi pendidikan tinggi, yang kelak kalian kenal dengan nama PDDikti, SIPKD, SISTER. Namanya lucu-lucu ya?

Baca juga: Suka duka jadi tenaga ahli Kemenristekdikti

Masih di Jakarta, Jadi Asisten Ahli Sistem Informasi Pendidikan Tinggi

Setahun kemudian, di 2010, tanggung jawab saya naik, menjadi asisten ahli Sistem Informasi Pendidikan Tinggi. Kerjaan saya ya membangun sistem informasi “from the scratch.”

Benar-benar menggunakan data mentah, yang saya input sendiri. Dengan tangan sendiri.

Keahlian saya mengetik 10 jari buta bisa tersalurkan disini. Skills yang kelak membuat saya memberanikan diri dan menerima tantangan untuk membangun Antasena Projects.

Saat menginput data, kami ada tim, 5 orang saja. Setiap dari kami mengkoordinir para penginput data dari seluruh Indonesia. Namanya juga asisten ahli, pokoknya kerjanya berat, sering nggak tidur, dan harus siap ditugaskan kemana saja.

Meskipun saat itu, saya mulai menjadi dosen praktisi di Politeknik Negeri Bandung, mata kuliah Technopreneur.

Tahun 2011, saya bangun 2 bisnis sekaligus. Pertama adalah fashion boutique, dan yang kedua adalah peternakan sapi.

Dua bisnis yang bertolak belakang.

Saya praktik ilmu marketing dan ekonomi yang saya punya di keduanya. Meskipun akhirnya di 2013, butik saya gulung tikar karena salah perhitungan. Hahaha…

Sedangkan bisnis peternakan sapi masih berdiri hingga saat ini. Bahkan yang menyokong juga menyuplai keuangan saya saat saya jeda bekerja di 2014-2015.

Balik lagi ke ITB, karena belum lepas dari bayangan

Click bait banget ya. Padahal memang iya. Jadi di tahun 2011, meskipun saya sudah bekerja di Kementerian Pendidikan Nasional, saya diminta balik ke ITB. Ada beberapa pekerjaan yang menunggu.

Jadi tenaga ahli database untuk Pertamina dan PLN.

Nah disini lumayan, ilmu saya yang terpakai cukup banyak. Ilmu ekonomi, statistik, dan kemampuan saya mengolah data berpadu jadi satu. Saat itu saya lebih sering WFH, karena status di ITB sebagai tenaga ahli freelance. Cukup menyenangkan sih.

Tahun 2012 bahkan saya bertugas di pedalaman Kalimantan selama 6 bulan, tapi stay di Kalimantan Selatan sekitar 2 bulan saja. Sisanya, bolak-balik Banjarbaru-Bandung-Jakarta.

Hal ini berlangsung hingga tahun 2013. Di tengah kesibukan yang sangat padat, saya mencoba kuliah lagi di ITB, ambil program S2. Tapi gagal karena jadwal berantem terus sama tugas negara. Saya nggak bisa konsen. Terlalu lelah setiap hari pulang-pergi Bandung-Jakarta.

Ternyata benar kata pepatah, jika kau duduk diantara dua kursi, niscaya kau akan terjatuh di tengahnya.

Hingga akhirnya saya fokus untuk menjadi tenaga ahli di Dikti dan mengajar di Politeknik Negeri Bandung sebagai dosen praktisi.

Sekolah S2 di Universitas Padjadjaran Bandung

Tahun 2014, saya memutuskan kalau saya harus studi lanjut S2. Kegagalan studi di tahun 2013 membuat saya harus rela melepaskan satu tanggung jawab.

Iya, saya melepas tanggung jawab sebagai tenaga ahli di Kemenristekdikti (saat itu). Harap maklum, karena nama kementeriannya berubah-ubah terus.

Jujur, sempat galau juga sih karena itu berarti, sumber penghasilan terputus. Padahal untuk kuliah biaya sendiri, butuh uang yang tak sedikit.

Satu tahun pertama, saya fokus kuliah, sambil mengajar di Politeknik Negeri Bandung.

Tahun kedua, dimana saya sudah mulai menyusun thesis, gabut, dan tabungan habis, saya ditawari oleh PT. Lapi ITB, untuk mengerjakan program community development di PT. Indonesia Power Kamojang.

Baca juga: Senyum dari desa Murung Raya Kalimantan Selatan

Saya juga diminta untuk menjadi project coordinator, yang mengumpulkan pekerjaan anggota tim. Sebelum akhirnya diolah menjadi laporan ke klien.

Pada pekerjaan ini, hampir tiap hari saya bolak-balik Bandung-Kamojang, dan membuat beberapa program community development. Keahlian saya lumayan banyak terpakai disini. Ilmu ekonomi, project management, dan public relation. Experience saya bertahun-tahun di bidang public relation dan pembangunan listrik desa membuat pekerjaan menjadi mudah.

Beberapa cerita dari pekerjaan ini saya jadikan setting dalam menulis cerpen yang dipublikasikan di 2021, Bataracita: Rihan, Duta Kecamatan Ibun.

Baca juga: Terbenamnya Matahari di Rimba Kamojang

Lulus Unpad di Desember 2016

Setelah banyak drama dan berdarah-darah saat menyusun thesis (kebanyakan karena waktu saya habis untuk menunggu dan menemui dosen pembimbing, juga setengah mati nunggu dosen penguji).

Bukan karena saya nggak bisa nyusun thesis. Anak kampus negeri pasti ngerti banget hal ini.

Kembali ke Kemenristekdikti di Januari 2017

Ya, akhirnya saya balik lagi jadi tenaga ahli di Kemenristekdikti pada Januari 2017. Saya menjadi tenaga ahli bidang monitoring dan evaluasi program Kemenristekdikti.

Mulai keliling Indonesia lagi. Meskipun nggak sepadat dulu.

Januari 2019, saya bergabung di Universitas Multimedia Nusantara. Menjadi dosen Digital Marketing.

Baca juga: Lulus S1, lebih baik bekerja dulu atau Langsung S2?

Agak kaget juga sih dapat mata kuliah tersebut. Meskipun pekerjaan saya bersinggungan dengan IT, database, dan data analytic, tapi itu IT banget. Sedangkan masuk kembali ke dunia kampus berarti saya harus kembali ke core ilmu saya, Marketing.

Beruntung, saya juga seorang travel blogger yang sering diminta klien untuk content placement, atau membuatkan copywriting brand. Jadi sudah sangat familiar dengan algoritma google, pembuatan website, SEO, dan social media.

Meskipun demikian, beberapa part masih benar-benar baru buat saya, terutama soal advertising in the digital media.

Hingga akhirnya melalui beberapa pelatihan dan juga update dari industri terkait, saya pun menjadi sangat familiar dengan Digital Ads.

Akhir tahun 2021 membangun Antasena Projects

Berbekal pengalaman di dunia pendidikan, IT, dan Digital Marketing yang saya geluti dari 2017, tahun 2021 saya beranikan diri mengajak beberapa sahabat saya untuk mendirikan Antasena Projects.

Lahirlah antasenaprojects.com dengan klien pertama 255 orang dari Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya. Lalu dilanjutkan sebanyak 57 orang peserta yang mengikuti pelatihan Digital Marketing.

Diajak bicara Digital Marketing di ITB

Tahun 2023 saya berniat untuk mempublikasikan buku yang saya tulis. Buku Digital Marketing, bukan novel. Oleh karenanya, saya mencoba berkunjung ke ITB Press. Ngobrol dengan teman-teman ITB lagi.

Rasanya seperti pulang kampung. Langsung klik dan nyambung dengan teman-teman ITB Press.

Karena saya cerita akan menulis buku tentang Digital Marketing, dan saat ini saya juga sebagai Course Coordinator untuk mata kuliah Digital Marketing di UMN, maka saya didaulat untuk mengisi Podcast Episode Pertama di ITB Press TV.

Ya, akhirnya saya bicara tentang bidang ilmu saya, Digital Marketing.

Diliput juga disini: ITB Press Selenggarakan Talkshow Digitalisasi dalam Bisnis

Behind the Scene Podcast ITB Press TV
Behind the Scene Podcast ITB Press TV

Sebelumnya, saya juga pernah jadi pembicara di ITB, namun itu tentang Rencana pengembangan dosen di Aula Barat. Saat saya menjadi tenaga ahli di Kemenristekdikti. Tentunya jauh berbeda rasanya. Karena dulu saya bicara bidang IT, sekarang benar-benar di keahlian saya, Digital Business and Marketing.

Behind the scene Podcast Digital Business bersama ITB Press dan Duta Kampus ITB
Behind the scene Podcast Digital Business bersama ITB Press dan Duta Kampus ITB
Duta Kampus ITB, Antasena Projects
Todays I’m not a lecturer, but founder and CEO of Antasena Projects

Simpan disini ya hasil podcastnya.

Agak berbeda rasanya karena saya nggak bisa lihat audience langsung.

Baca juga: Cara menanyakan fee ke Pembicara

Semuanya butuh proses, butuh satu persatu dilalui. Jalan panjang yang belum sampai di ujungnya. Saya sendiri masih punya cita-cita yang tertunda, tapi tidak saya tuliskan disini.

Tunggu buku saya terbit ya. Buku yang insyaAllah bakal kasih insight buat kalian yang baru akan mulai bisnis digital.

Salam,
Arum Silviani.

Travel Blogger, Lecturer and Founder of Antasena Projects.

Arum Silviani

Lecturer, Travel Blogger and Founder of Antasena Projects

Add comment

AdBlocker Message

Our website is made possible by displaying online advertisements to our visitors. Please consider supporting us by disabling your ad blocker.

Follow us

Don't be shy, get in touch. We love meeting interesting people and making new friends.