Mie Kepiting Aceh

Sensasi Mie Kepiting Aceh: Kuliner Khas Tanah Rencong yang Menggoda Selera

Salah satu hal menarik yang tak boleh ketinggalan jika teman-teman ke Banda Aceh, adalah mencicipi Mie Kepiting Aceh Khas Tanah Rencong. Meskipun di Pulau Jawa juga banyak yang menjual, tapi di Aceh rasanya lebih khas, Kepitingnya lebih besar dan segar. Bumbunya juga lebih otentik.

Tempat Makan Mie Kepiting Aceh

Ada banyak tempat yang menjual Mie Kepiting Aceh. Menurut saya, antara rumah makan Mie Aceh yang satu dengan lainnya rasanya mirip-mirip, kualitasnya juga kurang lebih sama bagusnya. Karena lagi-lagi, saat itu saya sedang berada di tempat dimana kuliner tersebut berasal.

Kalau saya biasanya makan di Mie Razali (Since 1967) yang berlokasi di I.T. Panglima Polem No. 83-85, Peunayong, Kec. Kuta Alam, Kota Banda Aceh.

Tempat lain yang saya kunjungi yaitu Mie Simpang Lima, yang terletak di Peuniti, Kec. Baiturrahman, Kota Banda Aceh.

Saya makan disitu karena memang teman-teman saya mengajak makan di tempat tersebut. Tempat yang menurut warga lokal cukup terkenal dan suasananya cukup asik. Saya sebagai pelancong nurut saja deh pokoknya.

baca juga: Sate Matang, Kuliner Bireun

Review Rasa dan Harga Mie Razali vs Mie Simpang Lima

Baik di Mie Razali atau Mie Simpang Lima, keduanya punya rasa mie yang otentik, gurih, dan bikin nagih. Mienya sama-sama kenyal, bumbunya sama medoknya. Rich kalau orang bule bilang. Rasa mienya seperti ada smokey-nya begitu.

Cara masaknya melakukan permainan api dan terus diaduk dalam kuali yang besar. Seperti masakan China yang pakai wok. Kurang lebih gambarannya seperti ini:

Saat memasak nasi goreng aceh
Cara memasak dengan kuali besar di Mie Simpang Lima

Di Mie Razali, daging kepitingnya melimpah dan ukurannya lebih besar kalau dibandingkan dengan Mie Simpang Lima. Porsi mienya terlalu banyak kalau menurut saya. Sehingga saya effort banget untuk menghabiskannya. Cape bestie.

Harga Mie Kepiting di Razali berkisar antara Rp35.000-Rp40.000 per porsinya. Satu porsi bisa buat berdua kalau gaya makan teman-teman seperti saya. Iya, se-melimpah itu.

Sedangkan porsi di Mie Simpang Lima lebih manusiawi kalau menurut saya. Sehingga kita bisa menghabiskan satu porsi. Ini contohnya:

Mie Kepiting Aceh
Mie Kepiting Simpang Lima

Buat kalian yang bisa makan banyak, mungkin bakal lebih suka Mie Razali. Porsinya beneran memuaskan. Tapi kalau untuk yang light eater seperti saya, Mie Simpang Lima sangat pas. Harga per porsi Mie di tempat ini berkisar antara Rp30.000-Rp40.000/porsi. Tergantung toppingnya.

Rasanya? Sama kok enaknya.

baca juga: Kedai Mie Sedap Sabang

Varian Mie yang bisa dipesan

Mie Kepiting Aceh ini ada yang mie goreng, dan ada mie nyemek/biasa disebut mie basah. Keduanya sama enak kok. Tergantung selera masing-masing saja. Kalau saya lebih suka yang berkuah meskipun sedikit, atau mie basah biar bumbunya tak terasa terlalu pekat.

Iya, masakan Aceh memang kuat bumbunya! Saya yang biasanya menyukai bumbu yang cenderung ringan, saat mencoba makanan yang satu ini rasanya lidah saya seperti ditonjok.

Terlalu gurih, tapi agak kurang asin di lidah saya. Kurang pedas juga bagi saya, orang Jawa yang biasa tinggal di Bandung dan Jakarta.

Atau kalau saya deskripsikan, bumbunya medok, rich banget, pedasnya berasal dari merica, tapi kurang rasa Indonesian coccain (Baca: Micin).

baca juga: Rahasia gurihnya ayam tangkap di RM Aceh Rayeuk

Mungkin memang tidak dikasih micin deh, karena se-natural itu rasanya. Sebagai gambaran, bumbu mie kepiting Aceh ini seperti citarasa masakan India dan Arab.

Rasanya agak sedikit berbeda dengan Mie Aceh yang biasa dijual di Jakarta atau Bandung sih kalau menurut saya. Mungkin yang dijual di daerah ini sudah menyesuaikan dengan citarasa lokal ya. Sedangkan Mie Aceh di Banda Aceh ya sangat terasa otentiknya.

Sangat patut untuk dicoba kalau kalian main ke tanah Rencong. Citarasa kuat, harga bersahabat.

Nah segitu dulu cerita dan ulasan dari saya, semoga bermanfaat.

Salam Traveling!

Post Terkait:

  1. Review Kapal Cepat Banda Aceh-Sabang
  2. Jiwaku bergetar di Tugu Nol Kilometer Sabang
  3. Melepas Romansa Senja di Pantai Iboih, Pulau Weh
  4. Cerita Nostalgia Bumi Serambi Mekah
  5. Gagal Lagi ke Sabang!

Arum Silviani

Lecturer, Travel Blogger and Founder of Antasena Projects

Add comment

AdBlocker Message

Our website is made possible by displaying online advertisements to our visitors. Please consider supporting us by disabling your ad blocker.

AdBlocker Message

Our website is made possible by displaying online advertisements to our visitors. Please consider supporting us by disabling your ad blocker.

Follow us

Don't be shy, get in touch. We love meeting interesting people and making new friends.