Sebesar itukah memory kita?

Another my random thoughts, tentang memori manusia. Nggak ada kaitannya sama traveling sih, sekedar menuliskan isi kepala. So anyway, ngomongin tentang memory, disadari maupun tidak, kita semua punya memory. Sebuah sistem canggih yang dibuat oleh Sang Maha sempurna. Sistem ini terinterkoneksi dengan akal, pikiran, dan hati, serta dikendalikan oleh otak.

memori manusia
Mengasah pikir di Loe Mien Toe Cafe, Malang

Otak Manusia Menyerap Seperti Sponge

Semenjak lahir hingga saat ini, semua manusia menerima segala macam informasi, peristiwa, kejadian, yang kesemuanya masuk ke otak sedemikian cepatnya, sedemikian banyaknya. Memory ini menyerapnya seperti sponge. Nggak pernah ada habisnya, nggak pernah penuh hingga ajal menjemput.

Mari kita bandingkan dengan sebuah hardisk. Sebagai orang awam, dengar kapasitas hardisk 2 Tera saya rasanya amazing banget. Mungkin berbeda dengan mereka yang ahli IT. Hardisk 2 Tera pasti tidak apa-apanya. Oke, kembali lagi ke 2 Tera tadi. Hardisk tersebut mampu menampung Ratusan film, ribuan lagu, dan ratusan ribu file dokumen maupun foto. *Tepuktangan

Tapi ternyata…kesemua isinya bisa dihitung. Saya coba kalkulasi, 1 film dengan kualitas blue ray (itu tuh film yang kualitas gambarnya yahud sampai jerawat2 aktor dan aktrisnya kelihatan), sekitar 4 Giga.

Anggaplah Hardisk 2 Tera tadi keseluruhan isinya adalah film dengan kualitas blue ray. Berarti 2 Tera muat untuk 500 film. Anggaplah satu film 2 jam. Maka total durasi isi hardisk 2 Tera tadi adalah 1000 jam, atau kalau diputar terus-menerus akan menghabiskan waktu sekitar 42 hari.

Kapasitasnya hanya mampu menampung 42 hari. Dan itu sudah membuat manusia tercengang-cengang. Padahal, memory miliknya yang dibawanya sejak lahir jauh jauh lebih luar biasa. Dengan kualitas gambar lebih yahud dari blue ray, bahkan 4 dimensi nyata!

Saya sebut 4 Dimensi ini termasuk di dalamnya adalah imajinasi. Sebuah rekaan visualisasi yang hanya mampu diciptakan oleh manusia.

Coba kalau memory hardisk, Artis dan aktor yang cantik dan ganteng di film nggak bisa diganti. Tanpa bantuan media visual, nggak bakal kelihatan tuh isinya apa. Nggak ada listrik juga nggak bisa diapa-apakan. Hanya jadi barang tak berguna yang teronggok di sudut meja.

Memori Manusia gimana?

Kalau memori manusia? Nggak butuh listrik, nyala sendiri atas izin Penciptanya. Bisa direka-reka sesuai keiinginan, hingga akhirnya dapat menghasilkan sebuah karya, baik itu cerita fiksi maupun animasi. Kapasitas nggak terbatas, dengan durasi sepanjang hidup. Saking besarnya tuh kapasitas, maka seringkali memory kita terserak kemana-mana. Sampai akhirnya setiap kejadian dan peristiwa bisa saling tumpang tindih. Keliru, lupa, dan lain sebagainya penyakit klasik manusia.

Karena kita juga naruhnya sembarangan. Nggak dijaga apik. Nggak di inventarisir. Akibatnya, seperti halnya tumpukan baju yang belum disetrika, lama-kelamaan akan semakin kusut. Terserak, dan sulit dicari. Seolah hilang, padahal mah ada sebenernya. Keselip aja.

Susah mau recall memory saking kusutnya, saking tertindih dengan memory lain. Padahal….kapasitasnya luar biasa besar.

Banyak kejadian, gara-gara memorynya kegedean tapi naruhnya sembarangan, maka seolah-olah memory itu kepenuhan. Hanya yang buruk-buruk saja yang mencuat ke permukaan. Bagian yang bagus-bagus tertumpuk di relung memory.

Kebingungan sendiri hingga akhirnya seorang manusia menjerit, Aduhhh aku nggak kuat lagiiii!!!!

Hilang ingatan. Terguncang batin,

Dan berujung….

STRESS.

Lupa kalau sejatinya selain diberikan memory yang luar biasa besar kapasitasnya, kita juga diberikan akal untuk dapat menginventarisirnya. Bisa memilih mana yang mau ditaruh di permukaan supaya gampang ngambilnya, mana yang sebaiknya disimpan baik-baik serta diletakkan di tempat terbaik, dan mana yang semestinya diletakkan di sudut, untuk kemudian tidak dibuka lagi.

Mungkin nggak sih?

Kalau saya kebetulan penganut hal yang segalanya bisa jadi mungkin. Nothing impossible in this world. Hanya saja, untuk dapat melakukan itu pastinya kita perlu punya skill manajemen pikiran yang juga yahud.

Thinking management

Yang saya tahu, salah satu cara untuk memanage dan menginventarisir isi memory kita adalah dengan ilmu. Baik itu ilmu pengetahuan, maupun ilmu sabar. Karena, berbekal pengalaman saya waktu kuliah Manajemen kantor dulu, yang namanya menyusun arsip kan memang perlu kesabaran yang tinggi. Harus diurutkan sesuai kategori. Jangan sampai kecampur dengan arsip lain.

Selanjutnya, Melalui ilmu maka otak akan terasah. Mungkin tidak sampai tajam, tapi paling tidak ya nggak karatan. Nggak gampang kusut hingga akhirnya menyebabkan miring maupun “GELO” tadi. By the way, kita nggak ngomongin soal depresi ya. Karena “gelo” yang saya maksud, bukanlah penyakit mental. Melainkan efek dari ketidakmampuan diri untuk memilah memory, akibat kurangnya usaha untuk menjaga memory tersebut.

Buat saya, dengan ilmu, seorang manusia tidak akan mudah menyerah. Selalu ada harapan, selalu ada solusi, disertai pemikiran luas nan positif. Lalu dengan iman, semuanya akan terasa lebih ringan. Karena logikanya begini, ketika pemikiran seseorang luas, dia akan sadar kalau sesungguhnya betapa kuat dirinya. Betapa hebat Tuhan menciptakannya.

Sehingga tak ada celah untuk berpikir negatif, Tak ada celah untuk mencari-cari kekurangan, Tak ada waktu untuk menghujat keadaan, baik itu terhadap dirinya, maupun terhadap orang lain.

Apalagi terhadap Dzat yang menciptakannya.

Sekali lagi, mungkin ini hanya random thoughts saya, yang tersimpan sedemikian lama.

Post terkait:

Arum Silviani

Lecturer, Travel Blogger and Founder of Antasena Projects

Add comment

AdBlocker Message

Our website is made possible by displaying online advertisements to our visitors. Please consider supporting us by disabling your ad blocker.

Follow us

Don't be shy, get in touch. We love meeting interesting people and making new friends.