Hai, kalian lagi apa? Lama ya kita nggak ngobrol tentang hidup. Ciyee…Anyway, malam ini saya baru selesai menyiapkan bahan ajar buat besok. Refresh otak saja sih sebenarnya. Lalu tiba-tiba teringat tulisan saya di awal tahun 2025, yang saya tulis di Kereta Argo Merbabu. Tulisan ini lama bertengger di draft. Sebuah tulisan tentang, pelajaran hidup yang saya ambil dari aneka hal yang saya alami di usia saya sekarang ini. Kalian siap baca nggak?
Tahun Tanpa Resolusi (lagi)
Saya nggak bikin resolusi untuk tahun ini. Tapi saya punya rencana tentunya, yang jadi rahasia saya dan Allah saja. Karena dunia semakin tua, begitupula saya. Orang bilang, cukuplah saya makan asam garam kehidupan.
Cukup banget malah makan belimbing wuluh dan makan masakan sendiri yang sering keasinan itu. Heheh…bercanda…

Tapi beneran loh, ternyata ketika kita cukup makan asam dan garam kehidupan, efeknya bikin pemikiran saya jadi matang kali ya. Jadi saya ingin bagikan ke kalian semua.
Love yourself
Hal pertama yang saya ingin bilang ke kalian semua adalah, love yourself first, before you love others.
Diri kita ini berharga loh. Allah saja sayang sekali sama kita. Rasulullah Muhammad SAW mikirin kita sampai segitunya menyebut kita terus dalam setiap doa dan rintihan di malam panjangnya ke Allah SWT.
Masa kamu, yang punya raga, nggak sayang sama diri sendiri?
Dulu saya juga sempat bingung, how to love myself?
Ternyata, salah satunya adalah respect yourself. Jangan jadi people pleaser. Berani ngomong tidak buat hal yang nggak kamu suka, nggak bisa kamu terima, atau nggak sesuai prinsip kamu.
Kalau suka, bilang suka. Nggak suka, bilang nggak suka, tapi dengan bahasa yang santun. Biar orang lain tahu bounderies kamu.
“Aku tuh nggak suka kalau diginiin!”
Menolak itu nggak dosa loh, kecuali menolak beribadah.
Soft spoken itu penting!
Hal berikutnya yang menurut saya penting adalah Soft Spoken. Ini menunjukkan kamu terdidik dan memiliki iman dan akhlak yang baik.
Orang yang beriman, berilmu, dan berakhlak baik pasti bicaranya menyenangkan saat didengar. Lisannya tak menyakiti hati atau merendahkan orang lain. Dia melakukan itu karena dia paham, agama tak mengizinkannya berlaku demikian.
Insecure itu nggak ada gunanya
Seandainya saya tahu hal ini sejak saya remaja, mungkin saya jadi lebih kuat. Bahwasanya, insecure itu benar-benar nggak ada gunanya. Kita nggak perlu fokus dengan kekurangan kita. Justru lebih baik kita fokus ke kelebihan yang kita punya.
Imperfection is the perfection itself
Kenapa saya bilang begini sekarang? Karena sejatinya, orang lain juga nggak se-perhatian itu sama kita. Mereka sudah sibuk kok sama diri mereka masing-masing. Jadi ya kamu percaya diri saja.
Bahwasanya setiap manusia punya kekurangan dan kelebihan masing-masing. Jadi daripada kamu fokus dengan kekurangan kamu dan hal yang kamu nggak bisa, kenapa nggak bangga saja dengan kelebihanmu, dan fokus asah terus hal yang kamu bisa?
Nggak pakai barang bermerek, itu nggak apa-apa banget!
Saya pengen cerita ke kalian, tentang arti merek.
Jadi gini…definisi merek menurut Philip kotler adalah nama, simbol, desain, atau kombinasi diantara ketiganya yang memberikan identitas produk atau jasa, dan membedakannya dari yang lain.
Selanjutnya, pakar pemasaran lain yaitu David Aaker mengatakan bahwa a brand is the face of a business strategy.
Tuh…merek adalah wajah dari strategi bisnis.
Artinya, brand itu diciptakan dan memang dibangun sedemikian rupa oleh perusahaan untuk bisa dikenal masyarakat.
Salah satu cara membangunnya adalah dengan menggunakan cerita. Kalian dijejali konten tentang cerita sebuah merek, sehingga kalian semua sebagai konsumen percaya bahwa merek itu memang keren (padahal belum tentu), merek tersebut bikin kamu kelihatan kaya (padahal belum tentu).
Hanya karena diceritakannya demikian.
So, kalau dalam ilmu kehidupan, kalian nggak pakai barang branded pun nggak masalah. Lha wong setiap diri kalian juga punya brand.
Kalian punya nama kan? Punya ciri khas? Karakteristik? Skill? Akhlak? Itulah brand termahal yang kalian punya. Sehingga kalau pikiran kita sudah sampai disini, brand termahal di dunia tidak ada artinya di mata kita.
Nggak usah KEPO
Saya pernah nulis dalam tentang KEPO disini. Kalian bisa baca dulu.
Sehingga saya berani bilang dengan lantang, kamu nggak perlu tahu urusan orang lain, dan orang lain juga nggak perlu tahu urusanmu.
Jadi kepo itu nggak ngasih manfaat buat kamu. Malah berpotensi bikin kamu overwhelmed dan overthinking.
Hargai dan nikmati kehidupan kamu saat ini. Supaya kamu bisa bahagia dengan dirimu. Mengutip kata-kata Pythagoras,
if you want to be happy, live only in the present, no worries about the future, and no regret with your past.
Phytagoras
Uninstall Temen Toxic
Kalau ada orang yang FWB (Friends with Benefit)-in kamu, ada dua pilihannya.
Kamu hitung balik, seberapa besar manfaatnya dia buat kamu? Lalu kamu putuskan sendiri.
Atau…ganti aja temennya!
Lagian, ini mau berteman atau mau jualan? Kok transaksional banget.
Sesungguhnya teman yang tulus, nggak akan hitung-hitungan. Dan pasti saling menjaga. Rely on each other, love each other. Respect each other.
Tidak usah membandingkan diri dengan orang lain
Pernahkah kalian merasa, orang lain kok semuanya berjalan lebih cepat dari kita? Kenapa mereka lebih sukses, padahal startnya sama. Nah, akhirnya kalian membandingkan diri dengan orang lain.
Padahal, kalian juga nggak tahu, ujian apa yang mereka lalui.
Lebih baik, apresiasi diri sendiri.
Biarkan saja kalau misalkan jalan kalian terasa lebih pelan daripada orang lain. Pace dan ritme hidup setiap orang itu beda-beda. Nggak usah ingin sama.
Satu yang pasti, segala yang kalian usahakan dan hadapi, akan membuat kalian bertumbuh. Dan jika ingin bertumbuh, lakukanlah sesuatu. Ikhtiar. Usaha. Jangan kebanyakan rebahan.
Kurangi Scrolling
Nah ini nih biang kerok pembunuh waktu. Scrolling. Atau Doom Scrolling.
Sehingga memunculkan istilah Brain Rot. Hal yang sekarang banyak sekali digaungkan di social media, maupun search engine.
“Brain rot” is an internet term that refers to the negative effects of consuming low-quality content on social media and the internet. It can also refer to the excessive use of digital media.
Brain Rot boleh diartikan sebagai penyakit linglung akibat kebanyakan scrolling di media sosial. Kebanyakan terpapar konten-konten receh dengan durasi kurang dari 1 menit, sehingga membuat otak kita sulit fokus.
Ujungnya, kalian bisa anxiety. Cemas. Karena kalian banyak pikiran, tapi pikiran kalian itu nggak urut.
Saat saya tanyakan pendapat mahasiswa di kelas saya tentang Brain Rot, which is mereka Gen Z, mereka bilang bahwa sekarang mereka sulit fokus dalam waktu yang lama. Bahkan untuk sekedar nonton film hingga selesai pun mereka sulit untuk fokus.
Karena apa?
Mereka terbiasa melihat konten pendek, topiknya nggak jelas, nggak karuan, sehingga lama kelamaan neuron otak menjadi berpikir acak. Sulit untuk mengerjakan hal yang sama dalam waktu lama.
Gimana mengatasinya?
Salah satu cara adalah dengan social media detox. Lepas dulu dari social media. Lalu mulailah membaca buku. Karena buku adalah jendela dunia dan membuat kita mudah fokus dalam satu topik, sehingga membuat otak kita saling bersambung.
Selanjutnya, kita juga bisa mulai melepaskan gadget kita, dengan menyambungkan diri dengan alam. Hiking, naik gunung, ke pantai dan aktifitas outdoor lainnya yang bisa meningkatkan fungsi kognitif dan motorik kita. Menempatkan kita dalam survival mode.
Dekatkan diri kepada Allah
Hal paling utama dalam hidup kita, yang bisa bikin kita tenang adalah jika kita dekat dengan Allah.
Kalian pernah denger nggak,
Yang dibenerin sholatnya, eh yang beres malah semua urusannya.
Iya bener banget. Dengan memperbaiki sholat, dekat dengan Allah, maka Allah langsung yang akan mempermudah urusan kita. Nggak harus ngoyo ngejar dunia, insyaAllah kita bakal dicukupi rejekinya, sehat badannya, tenang hatinya.
Karena sesungguhnya, di dunia yang terlalu hingar bingar seperti sekarang ini, hal termahal yang tidak dipunyai semua orang adalah,
Rasa tenang.
Iya, itu sudah.
Add comment