Masjid Cut Meutia sering saya lewati sebelumnya. Terutama dalam perjalanan saya dari Bogor menuju Bandung. Biasanya saya akan turun di Stasiun Gondangdia, lalu melanjutkan perjalanan ke Stasiun Gambir. Namun demikian, siang itu adalah pertama kali saya akan sholat di Masjid klasik bernuansa Indies Belanda ini. Ya, bangunannya merupakan peninggalan Belanda, sehingga tidak ada kubah di atas masjid indah ini.
Masjid Series:
- Setetes Embun dari Masjid Istiqlal Jakarta
- Masjid Al-Imtijaz, Kelenteng Berkubah di Jalan Banceuy
- Masjid Agung Al-Karomah, Martapura
- Masjid Raya Sabilal Muhtadin, Banjarmasin
- Berteduh di Katedral, Bersujud di Istiqlal
- Masjid Baiturrahman Banda Aceh
- Cerita Nostalgia di Bumi Serambi Mekah
The History of Masjid Cut Meutia
Sebelum menjadi masjid, dahulu gedung ini adalah bangunan kantor biro arsitek, sekaligus pengembang bernama N.V. Bouwploeg. N.V adalah kependekan dari Naamloze Vennootschap, atau Perseroan Terbatas (PT.).
Menurut sejarah, N.V. Bouwploeg adalah sebuah perusahaan yang mengawasi dan melakukan pembangunan di kawasan Menteng, atau dahulu disebut Niew-Gondangdia. Pimpinan perusahaan tersebut bernama Pieter Adriaan Jacobus Moojen (1879 – 1955). Gedung N.V. Bouwploeg juga dirancang olehnya dan dibangun sekitar tahun 1910.

Selain merancang bangunan Bouwploeg, Pieter Adriaan Jacobus Moojen juga merupakan arsitek dari bangunan indah Bataviasche Kuntskring, atau yang saat ini menjadi restaurant mewah Tugu Kuntskring Paleis.
Pergantian Fungsi Gedung, Hingga Akhirnya Menjadi Tempat Ibadah
Setelah berdiri, gedung ini digunakan sebagai kantor N.V. de Bouwploeg sejak 1912 sampai 1925, yang akhirnya pailit setelah Moojen meninggalkannya di tahun 1918.


Bangunan bergaya Eropa Klasik/Art Nouveau ini sempat dipergunakan sebagai kantor pos, kantor jawatan kereta api Belanda, kantor Kempetai Angkatan laut Jepang, bahkan setelah Indonesia merdeka, gedung ini dipergunakan sebagai kantor urusan perumahan dan kantor urusan agama.
Sejak 1987 hingga saat ini, Gedung Bouwploeg menjadi Masjid Cut Meutia. Ia menjadi tempat para muslim dan muslimah untuk beribadah, istirahat sejenak dari penatnya urusan dunia, dan tempat mengadukan segala resah dan gelisah kepada Allah SWT. Perubahan fungsi menjadi Masjid tak lain adalah gagasan dari Jenderal A.H Nasution, saat beberapa pihak ingin merubuhkan bangunan ini.
Post Sebelumnya:
- Berlabuh Sejenak di Masjid Cut Meutia, Gondangdia
- Sebuah Review Kuntskring Paleis, Restaurant Mewah dalam Gedung Berusia 100 Tahun di Kawasan Menteng Jakarta Pusat
- Review Kawisari Coffee & Eatery, Restaurant Bernuansa Indies di Jantung Kota Jakarta
- Kepingan Kisah Rode Winkel, Toko Merah Penuh Sejarah yang Kini Jadi Café di Kota Tua Jakarta
- Cara Naik Whoosh dari Bandung ke BSD
Add comment